Bebaskan Penyihir Itu

Sebuah Perjalanan yang Tidak Bisa Dihindari (Bagian II)



Sebuah Perjalanan yang Tidak Bisa Dihindari (Bagian II)

4"Katakan kepada Roland Wimbledon tentang tujuan utama kita, juga kebenaran mengenai Pertempuran Besar yang terjadi selama 400 tahun ini serta rahasia gereja … tidak, maksudku rahasia mengenai Pusat Persatuan Penyihir," kata Isabella dengan terang-terangan.     1

Sejak Zero menjadi Paus Tertinggi, semua Penyihir Suci yang berada di Kuil Rahasia Utama dapat datang ke perpustakaan ini dan mengetahui fakta yang sebenarnya tentang Pertempuran Besar.     

"Bagaimana jika Roland Wimbledon tidak mempercayai kita?" tanya Zero.     

"Roland pasti percaya kepada kita! Bawa Roland ke Ruang Ilusi di Pantulan Gereja. Ia pasti akan percaya dengan semua yang kita katakan!" jawab Isabella.     

"Atau, Roland akan menganggap semua yang ia lihat di Ruang Ilusi sebagai tipu muslihat yang dibuat oleh para penyihir. Apa kamu yakin Roland akan mencurahkan seluruh waktunya untuk memerangi pasukan iblis, begitu ia mengetahui kebenaran tentang Pusat Persatuan Penyihir?" tanya Zero dengan pelan.     

Isabella tertegun. Isabella hendak membuka mulutnya tetapi ia tidak bisa berkata apa-apa.     

"Kita berdua mengetahui sifat para bangsawan dengan sangat baik. Para bangsawan itu hanya tertarik untuk memperluas wilayah mereka, meningkatkan kekayaan, dan menikmati kehidupan mereka. Mungkin mereka akan memimpin pasukan mereka untuk bertarung melawan pasukan iblis pada saat Bulan Merah tiba, tetapi bagaimana kamu bisa pastikan bahwa pangeran yang terkenal pesolek itu mau bertarung sampai titik darah terakhir demi menghadapi hari kiamat?"     

Zero menggenggam tangan Isabella dan berjalan bersamanya menuju ke meja bundar dan melanjutkan, "Isabella, Roland Wimbledon hanyalah seorang manusia biasa yang rapuh dan lemah. Hidupnya singkat dan tekadnya akan hilang seiring berjalannya waktu. Wabah flu biasa dapat dengan mudah mengakhiri hidup manusia biasa seperti Roland. Bahkan jika Roland percaya pada kita dan memilih untuk bertarung sampai mati melawan pasukan iblis bersama Pusat Persatuan Penyihir, belum tentu rakyatnya dan penerusnya mau melakukan hal yang sama. Apa mereka mau menyerahkan semua kenyamanan hidup mereka dan mengumpulkan semua sumber daya kota mereka untuk menghadapi peperangan brutal yang tiada akhir ini? Hanya gereja yang bisa melakukan hal ini, karena jemaat kita memiliki iman dan keyakinan yang kuat kepada Tuhan dan juga kepada kita."     

"Setidaknya … pertama-tama kita harus mengirim seorang utusan untuk berbicara dengan Roland Wimbledon."kata Isabella.     

Zero menggelengkan kepalanya dan berkata, "Negosiasi tidak bisa menyelesaikan masalah seperti ini. Memang benar, jika aku melahap memori Roland, itu akan menyebabkan kerugian besar bagi Hermes, tetapi tunduk pada penguasa sekuler seperti dirinya juga akan menghancurkan kepercayaan jemaat pada gereja dan menghancurkan Kota Suci Hermes. Roland tidak akan mengampuni kita atau Pasukan Penghukuman Tuhan untuk menstabilkan organisasi penyihir miliknya sendiri. Kedua pilihan ini sama-sama tidak menguntungkan kita. Jika demikian, mengapa kamu mau menaruh harapanmu pada seorang manusia biasa seperti Roland?"     

Isabella tampak ragu-ragu.     

Isabella paham maksud Zero. Bertarung melawan Roland Wimbledon mungkin bisa menyebabkan kedua belah pihak sama-sama kalah, tetapi tunduk kepadanya juga tidak bisa mencegah niat Roland untuk membalas dendam kepada gereja. Jika Roland sampai melakukan hal itu, gereja yang akan membayar mahal dan segala sesuatunya akan kembali seperti semula.     

Zero kembali berkata, "Memiliki pengetahuan tentang senjata adalah sesuatu yang sudah umum untuk seorang manusia, tetapi manusia tidak akan pernah memiliki tubuh seperti penyihir. Setiap kali aku berada di alam pertempuran jiwa, aku mendapatkan seluruh pengetahuan dan memori milik musuhku. Aku akan tetap hidup lama dan aku bertekad demi seluruh hidupku bahwa aku dapat mencegah agar kaum kita tidak dihancurkan oleh generasi berikutnya, tidak peduli berapa lama Pertempuran Besar ini akan berlanjut. Dalam 200 tahun terakhir, aku telah melahap begitu banyak orang-orang berbakat. Tidak peduli seberapa berani dan cemerlang mereka ketika mereka masih muda, pada akhirnya mereka juga akan mati. Fakta ini menunjukkan, bahwa aku jauh lebih baik daripada Roland Wimbledon."     

"Tetapi …." Isabella masih merasa ragu.     

"Dan yang terpenting, akulah orang yang dipilih oleh Tuhan, Isabella. Tidak peduli siapa lawanku, aku tidak pernah kalah dalam sebuah pertempuran. Ribuan jiwa yang sudah aku lahap telah menjadi buktinya!" kata Zero sambil menekankan fakta yang memang tidak bisa dibantah oleh Isabella.     

Isabella menghela napas panjang.     

Akhirnya Isabella menyerah, ia sudah terbujuk oleh semua ucapan Zero.     

"Baiklah, kalau begitu apa rencanamu? Jika kita tidak bisa mendekati Roland Wimbledon, aku tidak bisa menghilangkan efek Batu Pembalasan Tuhan untukmu." kata Isabella.     

"Jangan lupa kita masih memiliki pelat simbol Tingkat Tinggi yang ditinggalkan oleh Pusat Persatuan Penyihir," jawab Zero sambil terkikik.     

"Tidak ada orang yang bisa menggunakan pelat simbol Kehendak Tuhan … dan pelat simbol Tak Terbatas adalah pelat simbol yang hanya bisa digunakan 1 kali. Apakah kamu yakin akan menggunakan kedua pelat simbol itu untuk urusan ini?" tanya Isabella sambil mengerutkan kening.     

"Kita akan membalikkan situasi kekalahan ini kepada Roland. Tidak sia-sia jika kita bisa menggunakan pelat simbol itu kepada orang biasa atau iblis, asalkan kita bisa memastikan kemenangan kita," kata Zero dengan mantap.     

"Semua kekuatan sihirku akan habis. Itu sama sekali tidak menyenangkan untukku," sahut Isabella sambil cemberut.     

Zero mengangguk dan menambahkan, "Bahkan, kamu akan pingsan. Namun itu tidak akan membahayakan tubuhmu. Begitu aku bisa mendekati Roland Wimbledon, peperangan ini akan segera berakhir."     

"Tetapi jika kamu sampai kalah, nasib kita sudah tamat." jawab Isabella.     

Zero kembali menyanggah, "Aku tidak pernah kalah. Ketika kamu bangun dari pingsanmu nanti, kamu pasti sudah berbaring di kamarmu di katedral."     

Setelah mengucapkan kata-kata itu, Zero menuangkan secangkir teh merah untuk Isabella dan menghiburnya. "Aku tahu kamu masih merasa ragu-ragu, tetapi jangan lupa kamu telah dibesarkan olehku. Aku yang memilihmu sebagai Penyihir Suci untuk Yang Mulia O'Brien setelah kebangkitanmu sebagai penyihir dan aku yang mengajarimu ilmu pengetahuan dan keterampilan bertarung. Kamu sudah mengetahui kekuatan dan tekadku untuk mengalahkan pasukan iblis lebih daripada siapa pun. Intinya, akulah yang terbaik untuk memimpin umat manusia dalam Pertempuran Besar Ketiga yang akan datang."     

"Yah … kuharap juga begitu.," sahut Isabella sambil menyesap tehnya, "Tetapi menurut buku sejarah, Pelat Simbol Tak Terbatas tidak benar-benar tanpa batas, dan kekuatan sihirnya hanya bisa tetap efektif untuk waktu yang singkat ketika kamu kembali dalam bentuk jiwa. Jika kamu gagal melahap Roland Wimbledon, kamu tidak akan memiliki kesempatan lagi."     

"Yang perlu kita lakukan pertama-tama adalah menemukan di mana Roland Wimbledon," kata Zero sambil tersenyum.     

*******************     

"Pengisian ulang selesai!"     

"Sudut 22, lemparan ke 13, tembak!"     

Setelah perintah diteriakkan, Meriam Benteng 152 mm yang terletak di bagian belakang garis pertempuran menyemburkan api berwarna oranye terang dan hembusan angin yang kuat menerbangkan berbagai kotoran dan debu ke udara. Roland masih bisa mendengar raungan meriam yang menggelegar meski ia telah menutup telinganya dengan pelindung telinga.     

Para prajurit berjinjit dan meregangkan leher mereka untuk melihat ke arah pegunungan yang jauh, tetapi mereka masih tidak bisa melihat titik jatuh pelurunya kali ini.     

"Di sini Kilat, peluru meriam itu mendarat di … hampir bagian tengah lereng gunung." suara gadis kecil itu terdengar melalui Pelat Simbol Pendengaran.     

"Bagus, tandai titik itu," jawab Roland.     

Roland sedang sibuk mengarahkan pasukannya untuk berlatih menembak jarak jauh dengan senjata baru, ia baru mulai uji coba ini setelah semua penduduk Bukit Angin Dingin sudah di evakuasi. Karena pembuatan meriam ultra jarak jauh ini menghabiskan banyak biaya, Roland tidak akan membiarkan pasukan artileri menembakkan pelurunya segera setelah melihat musuh, dengan begitu Roland menciptakan serangan jarak jauh visual pertama di zaman ini.     

Roland paham ia tidak bisa mengandalkan prajurit untuk memperbaiki sudut meriam sesuai dengan posisi target sepenuhnya, jadi ia menggunakan metode perubahan penembakan ini. Roland mencatat titik jatuh dan sudut meriam untuk setiap tembakan setelah pelurunya mendarat di lereng gunung. Berdasarkan catatan ini, Kilat akan melaporkan sudutnya ke pasukan artileri begitu ia menemukan musuh melangkah ke dalam jangkauan tembakan meriam di medan pertempuran, kemudian pasukan artileri akan menyesuaikan sudut meriam sesuai dengan instruksi Kilat dan baru menembak.     

Kedua Meriam Benteng 152 mm ini sudah cukup untuk memberikan pukulan telak kepada musuh selagi mereka bergerak menuruni gunung.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.