Bebaskan Penyihir Itu

Rumah Bagi Orang-Orang Merdeka



Rumah Bagi Orang-Orang Merdeka

2Ashes bertanya dengan terkejut, "Apa katamu? Aku tidak pernah berpikir untuk meninggalkan kamu."     0

"Bukan itu maksudku. Terus terang, kota ini tidak buruk sama sekali … dan kamu sendiri juga menyukai kota ini, bukan?" kata Tilly.     

Setelah merasa ragu-ragu sejenak, Ashes mengangguk dan berkata, "Para penyihir dari Asosiasi Persatuan Penyihir pasti punya alasan sendiri untuk menetetap di kota ini dan bekerja untuk Roland, tetapi kita berbeda. Kita punya rumah sendiri …."     

Tilly menyela ucapan Ashes, "Hanya ada tiga kemungkinan bagi kita dalam peperangan ini. Yang pertama, kita dikalahkan oleh Pasukan Penghukuman Tuhan dan tewas di Wilayah Utara. Jika dihadapkan dengan keadaan seperti itu, baik Pulau Tidur maupun Kota Tanpa Musim Dingin sama-sama tidak ada gunanya lagi bagi kita."     

"Aku bersumpah, demi nyawaku sendiri. Putri Tilly, kamu tidak akan pernah tewas di tempat seperti itu," kata Ashes dan ia buru-buru membungkam mulut Tilly dengan tangannya, ia bahkan juga sampai menyebut Tilly dengan gelar kehormatannya.     

Tilly terus memandangi Ashes sambil tersenyum sampai Ashes melepaskan tangannya dari mulut Tilly, kemudian Tilly kembali berkata, "Itu hanya tebakanku saja. Kurasa aku sendiri tidak akan tewas terbunuh oleh gereja."     

"Kalau begitu jangan katakan hal itu lagi. Yang sering kamu katakan adalah …" kalimat Ashes terhenti.     

"Biarkan semua hal berjalan dengan sendirinya," kata Tilly. Tilly berjalan ke jendela untuk melihat ke arah halaman belakang istana yang penuh dengan keindahan dan semangat, kemudian ia melanjutkan, "Itulah sebabnya aku berkata begitu. Kemungkinan yang kedua adalah Roland mungkin akan kalah dalam peperangan, tetapi kita semua akan selamat. Jika kita sampai kalah, Kerajaan Graycastle tidak akan lagi dapat melawan gereja, Kota Tanpa Musim Dingin akan terbakar sampai habis dan Roland hanya memiliki 1 tempat tujuan lagi."     

"Pulau Tidur?" tebak Ashes.     

"Benar, kita akan terus berperang melawan gereja di pulau itu sampai Pertempuran Besar Ketiga dimulai. Mungkin umat manusia baru akan punah ratusan tahun kemudian, tetapi tidak ada yang bisa kita lakukan karena kita tidak mungkin hidup sampai selama itu."     

"Bagaimana dengan kemungkinan yang ketiga …." tanya Ashes.     

"Jika kita berhasil mengalahkan gereja dan mengambil alih Kota Suci Hermes, semua penyihir akan terbebas dari penindasan dan penganiayaan, dan misi Pulau Tidur juga akan terpenuhi." kata Tilly.     

"Terpenuhi?" tanya Ashes dengan bingung.     

"Ya, Pulau Tidur hanya menjadi tempat persembunyian para penyihir untuk saat ini. Jika gereja dihancurkan, kita tidak perlu mengurung diri di pulau Fjords lagi. Fjords tidak bisa menawarkan lingkungan yang menyenangkan untuk hidup nyaman karena persediaan makanan dan bahan-bahan lain terbatas di sana dan cuaca di Pulau Tidur juga tidak bisa diduga … tentunya, kita tidak akan meninggalkan Pulau Tidur untuk selamanya dan kita akan tetap melanjutkan pekerjaan Mantra Tidur. Satu-satunya perubahan yang terjadi nanti adalah, kita dapat memilih untuk tinggal di kota-kota yang benar-benar kita sukai, bukan begitu?"     

"Aku akan selalu ikut denganmu bahkan meski kita pergi ke neraka sekalipun." kata Ashes.     

"Dan di dunia yang penuh dengan ikan asin dan sup ikan yang amis juga?" tanya Tilly sambil bercanda.     

"Uhh …" Ashes tidak tahu harus berkata apa.     

Tilly tidak bisa menahan tawanya. Tilly berkata, "Tenanglah, makan ikan asin dan sup ikan terus-menerus juga membuat aku muak. Aku mungkin akan tinggal di Kota Tanpa Musim Dingin selama beberapa waktu kali ini. Aku juga ingin mengalami perubahan dalam menu makananku."     

"Hei, apa yang sedang kalian bicarakan?" tanya Andrea sambil membuka pintu, ia menjulurkan lehernya untuk melihat ke dalam ruangan. Andrea sudah mengenakan jubah mandi dan ia membawa sebuah baskom kayu di atas kepalanya.     

"Apa yang hendak kamu lakukan?" tanya Ashes sambil mengerutkan kening.     

"Tentu saja aku hendak mandi," jawab Andrea, "Aku sudah tertahan di kapal selama lebih dari 10 hari. Aku heran dengan seseorang yang merasa betah dengan bau amis ikan yang begitu kuat. Lady Tilly, kamu mau ikut mandi denganku?"     

"Ya, tunggu aku. Aku akan berganti pakaian," jawab Tilly.     

"Ehem … aku juga." Ashes pura-pura tidak mendengar sindiran Andrea dan ia menyatakan niatnya untuk ikut bergabung ke kamar mandi.     

"Hei, aku tidak mengajakmu," kata Andrea sambil memutar kedua bola matanya ke arah Ashes.     

"Aku mau menemani Tilly, bukan kamu. Jangan salah paham." balas Ashes.     

Melihat Andrea dan Ashes yang saling berpandangan dengan sengit, Tilly merasa tenang dan ia mulai membayangkan bahwa mereka semua dapat hidup dengan nyaman dan bahagia seperti yang mereka berdua lakukan sekarang setelah mereka mengalahkan gereja nanti.     

*******************     

Roland merasa linglung di kantornya untuk waktu yang lama sampai Nightingale datang sambil membawa dendeng ikan di tangannya.     

Roland tidak menyangka, Tilly yang tidak menganggapnya sebagai kakaknya ketika terakhir kali ia ke sini tiba-tiba kini memanggil Roland dengan sebutan kakak hari ini. Roland merasa sangat senang sekaligus bingung, ia bertanya-tanya apakah Tilly benar-benar menganggapnya sebagai kakaknya atau hanya teman dan tempat berlindung.     

"Yah, Tilly memang memanggilmu kakak hari ini. Itu bukan sesuatu yang luar biasa. Aku juga bisa memanggilmu seperti itu jika kamu mau," kata Nightingale dengan sinis.     

"Kamu 3 tahun lebih tua dariku. Bukankah kalian para bangsawan sangat menjunjung tinggi status kalian?" sahut Roland sambil menghela napas, "Tetapi sepertinya tidak buruk juga jika aku memiliki seorang kakak perempuan sebagai … tidak, tidak, jangan dipikirkan lagi." Roland mengenyahkan pemikirannya dan bertanya, "Menurutmu, apa yang mengubah sikap Tilly terhadapku?"     

"Mana aku tahu? Mungkin Tilly sudah melihat ketulusanmu, karena kamu tidak menggunakan penyihir Asosiasi Taring Berdarah untuk memecah belah para penyihir di Pulau Tidur dan kamu langsung menyatakan perang terhadap gereja. Dibandingkan dengan sekedar janji-janji belaka, tindakan akan lebih meyakinkan seseorang. Tetapi itu hanya dugaanku saja. Mungkin, Tilly hanya salah bicara atau keceplosan," kata Nightingale sambil mengangkat bahu.     

"Ya, alasannya memang tidak penting. Tidak peduli apa pun yang telah membuat Tilly berubah, ia memang lebih mendekatkan diri padaku. Itu berarti aku akan mendapat pengakuan yang lebih luas di antara para penyihir Pulau Tidur," pikir Roland.     

Lalu Roland berkata kepada Nightingale, "Sekarang, mari kita menemui Heidi Morgan."     

…     

Roland melangkah ke penjara di ruang bawah tanah istana dan melihat Heidi Morgan sedang terbaring pingsan di atas tempat tidur yang terbuat dari jerami. Luka yang ada di paha Heidi kini sudah sembuh dengan sempurna.     

"Untuk memastikan keselamatan Nana, aku sudah membuat Heidi Morgan pingsan terlebih dahulu sebelum Nana mulai menyembuhkannya. Kalau tidak, akan sangat berbahaya jika kita melepaskan Batu Pembalasan Tuhan dari Heidi. Aku dengar dari penyihir Asosiasi Taring Berdarah yang lain, bahwa Heidi mencoba menyerang Andrea untuk dijadikan sandera pada waktu mereka menyergapnya," bisik Nightingale di telinga Roland.     

"Aku mengerti. Tindakanmu sudah tepat." jawab Roland.     

Ada lingkaran besi yang berisi Batu Pembalasan Tuhan yang dikalungkan di sekitar leher dan pergelangan tangan Heidi, mustahil ia bisa membuka borgol itu dengan mudah. Mereka melakukan ini kepada Heidi karena ia adalah seorang penyihir tempur yang sangat kuat.     

Heidi bisa menyebabkan cedera fatal pada semua benda dan manusia dalam radius 10 meter yang bisa membuatnya lawannya cedera parah. Menurut Tilly, kerusakan yang ditimbulkan oleh kekuatan sihir Heidi tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, karena apa pun yang Heidi sentuh, semuanya akan hancur. Jika Heidi menyentuh kayu, maka kayunya akan patah dan hancur, sedangkan jika ia menyentuh logam, maka logamnya akan penyok.     

Rongga perut dan rongga dada manusia juga akan hancur dan kekuatan sihir Heidi menekan organ-organ dalam yang lunak, hal ini mengingatkan Roland akan apa yang terjadi saat ia menekan pasta gigi keluar dari tabungnya.     

Dalam pandangan Roland, Heidi seharusnya bekerja di pabrik daripada berperang di medan tempur.     

Karena Heidi bisa bertindak sebagai mesin untuk memproses bahan baku dengan cara mencetak, yang merupakan fungsi kemampuannya yang paling dasar. Roland yakin bahwa potensi kekuatan sihir Heidi akan sangat bermanfaat jika saja Heidi bisa memahami bahwa ada ruang antara molekul dan atom jika ia menerima pelajaran ilmu pengetahuan alam.     

Namun sayangnya, Roland juga mengetahui bahwa kini semuanya sudah terlambat untuk Heidi.     

"Bangunkan wanita itu," kata Roland kepada Nightingale.     

Nightingale mengangguk dan ia melesat ke dalam penjara untuk mengangkat Heidi dan menyeretnya ke depan jeruji besi.     

Roland menatap Heidi sambil berkata, "Aku Roland Wimbledon, Raja Kerajaan Graycastle. Aku dengar kamu ingin bicara secara pribadi denganku. Nah, kamu bisa bicara sekarang."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.