Bebaskan Penyihir Itu

Menjebak Iblis



Menjebak Iblis

3…     
0

Balon udara membawa Wendy dan Sylvie ke arah Laut Bergejolak, sementara Kilat dan Maggie melayang di kedua sisi keranjang balon, sambil menunggu untuk membawa Wendy dan Sylvie kapan pun mereka membutuhkan bantuan dari Kilat dan Maggie.     

Karena misi mereka bukan untuk menyelidiki pemukiman iblis, mereka tidak terbang terlalu tinggi. Begitu mereka terbang di atas salju, Sylvie bisa melihat langsung melalui bebatuan dan tebing-tebing di sepanjang tepi Sungai Air merah dan melihat Mata Iblis yang berada di atas Menara Hitam.     

Menurut Agatha, Mata Iblis tidak perlu benar-benar 'menatap' secara langsung ke arah musuh yang ingin dilihatnya, karena Mata Iblis dapat merasakan dan menemukan musuh mereka setelah mereka menyadari keberadaan musuhnya. Tidak ada musuh yang bisa lolos dari pengawasan Mata Iblis, baik musuh yang tidak terlihat maupun yang berada di langit kecuali Mata Iblis itu dalam keadaan tertutup. Karena itulah, Mata Iblis telah menyebabkan banyak korban berjatuhan di pasukan Penyihir Pilihan.     

Cara lain untuk menghindari pengawasan dari Mata Iblis adalah dengan menahan diri untuk tidak memandang langsung ke arah Mata Iblis. Namun, hal ini cukup sulit dilakukan karena Mata Iblis biasanya berada di tempat tertinggi di wilayah pemukiman Iblis.     

"Bagaimana keadaannya? Apakah kamu sudah melihat Mata Iblis itu?" tanya Kilat kepada Sylvie.     

"Aku masih perlu mendekat sedikit lagi, kalau tidak Mata Sihirku tidak bisa bekerja dengan baik," jawab Sylvie sambil menggosok-gosok matanya. Sylvie membutuhkan banyak kekuatan sihir untuk melihat melalui berbagai macam rintangan dengan menggunakan Mata Sihirnya. Pandangan Mata Sihir milik Sylvie juga sangat terbatas. Meskipun Sylvie berhasil mengurangi visinya dan hanya memandang ke depan secara lurus, ia masih merasa pusing ketika ia bisa melihat isi dalam sebuah tebing yang retak.     

"Aku mengerti." kata Wendy sambil menciptakan sebuah hembusan angin. "Tunggu sebentar."     

Saat bebatuan pegunungan itu perlahan-lahan terlihat lebih jelas, Kabut Merah tipis perlahan mulai terlihat di saat yang bersamaan. Meskipun hari itu cerah, Kabut Merahnya masih tampak mengelilingi area sekitar tebing, hanya saja warna Kabut Merahnya terlihat sedikit lebih cerah daripada ketika terakhir kali mereka melihatnya.     

Sylvie menatap ke dalam Kabut Merah itu. Kali ini, Sylvie akhirnya bisa melihat tanah melalui kabut tebal itu. Beberapa bangunan berbentuk menara menjulang tinggi menembus Kabut Merah, dan seluruh pemandangan itu tampak seperti sebuah wilayah yang sunyi dan tidak berpenghuni.     

Tidak lama kemudian, Sylvie menemukan sebuah Menara Hitam yang paling besar dari antara menara-menara itu.     

Dibandingkan dengan kunjungan para penyihir yang terakhir kali ke pemukiman iblis, misi kali ini telah direncanakan dengan lebih cermat. Pertama-tama, para penyihir akan mengejutkan iblis-iblis itu dengan kedatangan mereka kemudian mereka akan memancing iblis-iblis itu untuk melancarkan serangan. Tidak seperti Kilat yang selalu tampak lincah dan bersemangat untuk mengalahkan iblis, Sylvie hanya ingin menjalani sebuah kehidupan biasa. Sylvie sama sekali tidak ingin menjadi seorang penjelajah. Namun, saat Sylvie menyadari bahwa dirinya juga ditakdirkan untuk turut serta dalam Pertempuran Besar Ketiga yang akan datang, tidak ada cara lain baginya untuk tetap hanya berdiam diri, meskipun ia sangat membenci peperangan. Sama halnya ketika Sylvie berjanji kepada Tilly ketika ia datang ke Kota Perbatasan pertama kali dengan tujuan untuk memeriksa apakah Yang Mulia Roland telah dimanipulasi oleh para penyihir, Sylvie tetap mematuhi perintah Yang Mulia Roland ketika ia menceritakan rencananya untuk menyerang pemukiman iblis.     

Awalnya Sylvie datang ke Kota Perbatasan hanya untuk memeriksa Yang Mulia Roland demi kepentingan semua penyihir di Pulau Tidur. Namun sekarang Sylvie berjuang demi kepentingan Persatuan Penyihir dan juga demi kepentingan seluruh Kerajaan milik Yang Mulia Roland.     

Sylvie menarik napas dalam-dalam dan ia mengalihkan pandangannya ke atas.     

Dalam sekejap, ratusan bola mata masuk ke dalam pandangan Mata Sihir Sylvie. Monster hitam yang seperti jeli itu masih berada di tempat biasanya. Tubuh monster itu telah menyatu dengan puncak menara seolah-olah monster itu tumbuh dari dalam batu. Semua bola mata yang ada pada Mata Iblis itu menatap balik ke arah Sylvie secara bersamaan. Sylvie bahkan bisa melihat bayangan wajahnya sendiri di dalam bola mata hitam yang berkilauan itu!     

Dalam sekejap, semua bulu kuduk Sylvie meremang, dan hawa dingin terasa menjalar di punggungnya.     

"Iblis-iblis itu datang!" Sylvie menghentikan Mata Sihirnya sambil berteriak dengan penuh ketakutan.     

"Mari kita pergi!"     

"Owh!" Maggie segera berubah menjadi seekor burung raksasa dan ia melayang di bawah keranjang balon udara. Sylvie melompat turun dari keranjang dan mendarat di punggung Maggie yang lebar, sementara Kilat membawa Wendy di punggungnya dan mereka terbang menuju Hutan Berkabut. Berbeda dengan perjalanan terakhir di mana mereka semua merasa panik dan ketakutan, kali ini para penyihir itu sepenuhnya merasa lebih siap. Menurut rencana, Kilat akan kembali ke balon udara yang sudah kosong itu sendirian dan ia yang akan memancing iblis ke dalam perangkap yang telah mereka persiapkan.     

Sementara itu, Sylvie berbalik dan melihat ke belakang.     

'Lima titik hitam' muncul di atas tebing. Jumlah iblis yang mengejar mereka lebih banyak dari yang diprediksi oleh Agatha, tetapi masih dalam jumlah yang bisa mereka atasi.     

Namun, Sylvie menyadari ada sesuatu yang tidak biasa melalui Mata Sihirnya.     

Dari 5 iblis yang sedang mengejar mereka, hanya ada 4 Binatang Iblis Bersayap, dan penampilan 2 dari mereka sangat berbeda dari penampilan Iblis Gila yang biasa. Iblis-iblis itu tidak memiliki tubuh yang besar, mereka juga tidak memiliki lengan yang kekar. Mereka tidak mengenakan pakaian dari kulit binatang atau baju besi seperti yang biasanya dipakai oleh Iblis Gila, tetapi mereka mengenakan jubah yang bersinar berwarna-warni seperti pelangi. Sylvie tidak bisa mengetahui jubah itu terbuat dari apa saat melihat jubah itu sekilas. Namun, kini Sylvie bisa melihat sesuatu yang berkerumun dan menggeliat di bawah jubahnya seperti segerombolan ular berbisa.     

Kepala kedua iblis itu terlihat lebih besar dari pada kepala Iblis Gila biasa. Namun, mata dan hidung mereka agak aneh. Wajah kedua iblis itu adalah wajah yang paling mengerikan yang pernah dilihat oleh Sylvie. Kedua wajah iblis itu tampak seperti terkena 2 bekas luka cakaran besar, dengan kerutan daging berwarna merah dan goresannya memanjang dari bagian tengah wajah.     

Ketika Sylvie melihat ke arah iblis yang terakhir, ia tercengang.     

Iblis itu mengenakan baju besi yang tampak berat tetapi mulus, sambil membawa sebuah pedang raksasa di punggungnya. Meskipun demikian, Iblis itu tidak bergerak dengan lambat sama sekali, tetapi ia ikut terbang tepat di belakang keempat iblis lainnya.     

Wajah iblis ini tertutup oleh ketopong seluruhnya. Tidak seperti ketopong berbentuk tengkorak yang biasanya dipakai oleh iblis lainnya, ketopong yang dikenakan iblis ini terbuat dari logam dan tampak senada dengan baju besinya. Di kedua sisi ketopong iblis itu terukir pola-pola yang tidak biasa. Beberapa tanduk tajam, yang tampak seperti Menara Hitam jika dilihat sekilas, berdiri tegak di atas ketopongnya. Di bagian mata iblis itu berkilau dengan warna merah, dan membuat penampilan iblis itu terlihat ganas dan agresif.     

"Iblis macam apa itu?" pikir Sylvie.     

Sylvie diliputi perasaan gelisah dan takut. Karena Agatha tidak pernah memberitahu mereka bagaimana cara mengatasi situasi seperti ini, Sylvie bertanya-tanya apakah ia masih perlu mengikuti rencana yang sudah mereka persiapkan sejak awal.     

Sylvie merasa sangat gelisah.     

Sylvie mengikuti Wendy masuk ke dalam hutan. Ketika Sylvie turun dari punggung Maggie, ia melihat sosok keemasan melesat ke udara dan terbang ke arah balon udara dengan kecepatan yang luar biasa.     

Tidak mungkin Sylvie bisa menghentikan Kilat dan menyuruh gadis kecil itu kembali.     

Setelah merasa ragu sejenak, Sylvie merasa ia perlu memberitahukan kepada Agatha mengenai apa yang telah dilihatnya. Sylvie menepuk sayap Maggie dan berkata, "Bawa aku ke titik penyergapan!"     

"Ada apa?" Wendy berlari ke arah Sylvie. "Bukankah kita seharusnya bergabung dengan Tentara Pertama saat ini?"     

Wendy dan Sylvie telah diperintahkan untuk meninggalkan medan perang utama dan bergabung dengan Tentara Pertama secepat mungkin setelah mereka berhasil memancing perhatian iblis ke titik penyergapan, mengingat bahwa mereka berdua tidak cukup kuat untuk bertempur melawan iblis.     

"Aku melihat ada beberapa iblis yang aneh." jawab Sylvie sambil menggelengkan kepalanya. "Musuh yang mengejar kita bukan hanya Iblis Gila saja. Aku harus memberitahukan informasi ini kepada semua orang!"     

"Tetapi area titik penyergapannya cukup besar, owh!" jawab Maggie. "Mungkin kita perlu waktu lebih lama untuk menemukan Agatha dan rekan-rekan lainnya jika kita pergi ke sana."     

"Tidak apa-apa. Antar saja aku ke sana." Sylvie kembali naik ke punggung Maggie dan ia menoleh ke arah Wendy. "Pergilah dan bergabunglah dengan Tentara Pertama di tepi sungai. Aku akan segera kembali."     

…     

Kilat terbang secepat yang ia bisa. Angin bersiul dan menderu di kedua telinga Kilat. Kilat melihat tanah, hutan, sungai, dan pantai yang ada di bawahnya dengan cepat menyusut dan semuanya menjadi tidak jelas, semua pemandangan itu berubah menjadi berbagai macam warna dan garis-garis yang tampak kusut.     

Kilat harus segera kembali ke tempat balon udara sebelum iblis itu sampai di sana. Untuk menarik perhatian musuh, Kilat harus berpura-pura melarikan diri dengan tergesa-gesa.     

Ketika lautan luas mulai berangsur-angsur muncul di hadapan Kilat, ia akhirnya melihat balon udara itu, begitu pula dengan para iblis yang sudah berada di sana.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.