Bebaskan Penyihir Itu

Diskusi Mengenai Sistem Perundangan-undangan yang Baru



Diskusi Mengenai Sistem Perundangan-undangan yang Baru

3"Bagaimana menurutmu?" tanya Edith kepada Cole sambil duduk di tempat tidur.     4

"Kamar mandinya?" Cole balas bertanya.     

"Bukan itu, maksudku mengenai undang-undang baru yang dibicarakan oleh Yang Mulia Roland." kata Edith.     

"Hmm…" Cole tampak agak ragu. "Aku akan menulis surat kepada ayah esok dan memberitahukan kepadanya mengenai persyaratan yang diminta oleh Yang Mulia. Kurasa ayah tidak akan menyetujuinya."     

"Benarkah?" Edith tidak bisa berkata apa-apa.     

Melihat Edith tidak membantah ucapannya, Cole memberanikan diri untuk melanjutkan kalimatnya. "Aku telah membaca buku panduan promosi yang diberikan oleh Yang Mulia. Mari kita kesampingkan masalah kredibilitas untuk saat ini dan mari lihat saja contohnya. Bangsawan terkemuka yang dipakai sebagai contoh dalam menerapkan sistem perundangan-undangan yang baru hanya seorang putera Earl, yang saat ini setara peringkatnya dengan seorang Adipati tanpa wilayah kekuasaan. Sejujurnya, aku pasti akan membuat pilihan yang sama jika aku hanya seorang kesatria. Namun, ayah kita adalah seorang penguasa yang ditunjuk untuk mengepalai Wilayah Utara, ayah kita adalah Adipati Kota Evernight. Ayah memiliki kekuatan yang jauh lebih besar dan status sosial yang lebih tinggi daripada putra sulung Keluarga Penghisap Madu. Jika ayah setuju dengan persyaratan yang diminta Yang Mulia, itu berarti ayah setuju untuk menyerahkan wilayah kekuasaannya. Ini bukan sebuah promosi namanya, tetapi penurunan jabatan."     

"Alasan yang bagus," Edith mengangguk sambil tersenyum, tetapi ia segera melanjutkan sebelum Cole bisa merasa tenang dengan jawaban yang baru saja ia berikan. "Ada 1 hal penting yang kamu lewatkan."     

"Apa itu?" tanya Cole.     

"Apakah kita dapat mempertahankan status dan kekuasaan kita saat ini, itu masih belum pasti." jawab Edith.     

Cole merasa sedikit terkejut.     

"Kelihatannya kamu hanya fokus pada cerita di bagian akhir buku panduan itu, tetapi aku lebih memikirkan kalimat yang ada di awal paragraf." Edith mengambil buku panduan itu dari meja di samping tempat tidur dan ia membalik halamannya. "Jika ini benar-benar gagasan Yang Mulia … menurutku, itu cukup menarik."     

"Penyebab … terjadinya feodalisme?" Cole mengintip isi buku itu dari belakang Edith, "Apa kamu mengerti apa artinya itu?"     

"Itu hanya kata yang sama yang diucapkan dengan cara yang berbeda. Kita mengenalnya dengan kata sistem yang kita pakai saat ini atau sistem yang mengatur para bangsawan." jawab Edith.     

Cole tampak kebingungan.     

Edith menggelengkan kepalanya diam-diam. Rasanya agak aneh jika Yang Mulia menempatkan paragraf yang canggung ini di halaman pertama buku ini. Isi paragrafnya tidak benar-benar bisa dipahami jika dibaca sekilas, dan isinya juga jauh lebih sulit dipahami daripada contoh-contoh yang diceritakan di halaman berikutnya. Namun, jika dibaca lebih saksama, Edith menyadari bahwa kalimat pengantar ini adalah dasar dari keputusan Roland Wimbledon untuk menerapkan undang-undang yang baru.     

Ini adalah pertama kalinya Edith membaca sebuah argumen yang inovatif dan hebat.     

"Apakah kamu pernah memikirkan alasan mengapa kita memberikan tanah kepada para kesatria dan semua anggota keluarga mereka?" tanya Edith kepada Cole.     

"Agar mereka tetap setia kepada Keluarga Kant," gumam Cole, "Dan juga untuk menarik lebih banyak kesatria untuk bekerja bagi keluarga kita."     

"Bagaimana jika ayah kita menjadi satu-satunya penguasa di seluruh Wilayah Utara?" Edith terus bertanya kepada Cole.     

"Apakah kamu bermaksud untuk merebut semua tanah itu untuk keluarga kita?" tanya Cole sambil menggelengkan kepalanya setelah merenung sejenak. "Cara itu tidak akan berhasil. Jika kita menguasai seluruh tanah itu, para kesatria ini akan kehilangan rumah mereka dan mereka akan pergi ke tempat lain untuk mencari pekerjaan, demikian juga para bangsawan kelas bawah. Keluarga Kant akan menjadi satu-satunya bangsawan yang ada di kota."     

"Bukankah itu bagus?" tanya Edith.     

"Tentu saja tidak!" Cole mengerjapkan matanya, tampaknya ia gagal memahami mengapa kakaknya mengajukan pertanyaan yang aneh seperti itu. "Wilayah Utara terlalu besar untuk kita tangani sendiri. Dibutuhkan waktu selama setengah minggu bagi para pengawal untuk berangkat dari Kota Evernight ke Kota Palisade jika terjadi serangan, belum lagi waktu yang kita butuhkan untuk mengirim pesan. Selain itu, akan sulit untuk mengumpulkan pajak dan pasokan makanan dari wilayah yang sangat luas ini. Kita tidak bisa menunggu orang-orang kecil itu melakukan pembayaran secara sukarela, bukan begitu?"     

"Jadi, kita harus terus meningkatkan taraf kehidupan bawahan kita untuk menjaga wilayah kekuasaan kita, karena pada dasarnya para bawahan kita itu adalah orang-orang berpotensi yang akan berperang demi membela kepentingan kita dan mereka juga berfungsi sebagai tangan kanan kita untuk mengolah sistem manajemen kita yang terbatas. Dua faktor ini yang dianggap Yang Mulia sebagai penyebab utama terjadinya feodalisme," kata Edith sambil mengusap buku itu, "Namun, zaman telah berubah. Tidak peduli bagaimana kita mempersenjatai diri kita sendiri, semua usaha kita akan sia-sia jika kita melawan pasukan Yang Mulia yang begitu kuat. Sementara itu, Yang Mulia meyakini bahwa sebuah Balai Kota yang kuat akan mampu mengelola seluruh wilayah kekuasaannya. Karena itulah, Yang Mulia merasa ia tidak perlu lagi memberikan tanah kepada para bangsawan." kata Edith.     

"Yah …" Cole mencoba untuk merespon Edith tetapi ia tidak tahu harus berkata apa.     

"Roland Wimbledon berpikir perubahan seperti ini tidak bisa dihindari." kata Edith sambil menunjuk pada kalimat terakhir yang ada di paragraf kalimat pengantar. "Sebuah pemerintahan terpadu yang berfungsi dengan baik akan menggantikan sistem pemerintahan feodal para bangsawan, karena sistem manajemen terpadu dapat memanfaatkan sumber daya yang lebih baik dan menyalurkan semuanya ke seluruh wilayah serta memaksimalkan taraf hidup penduduk, dengan demikian, hal itu akan meningkatkan produktivitas bagi seluruh kerajaan. Produktivitas menentukan kekuatan dalam suatu negara."     

"Omong kosong." sembur Cole. "Apa produktivitasnya? Keterampilan bertani? Seorang kesatria dapat mengalahkan 10 orang petani. Selain itu, dari mana Yang Mulia bisa mendapatkan begitu banyak pekerja untuk mengelola seluruh negara dan bertanggung jawab atas pengumpulan pajak bagi kerajaan? Lagi pula Yang Mulia masih bergantung kepada para bangsawan untuk membantu mengelola pemerintahannya. Kalau begitu, apa bedanya? Orang-orang kelas bawah itu tidak akan memikirkan siapa yang akan menjadi raja mereka."     

"Aku juga sama penasarannya denganmu dalam hal ini," jawab Edith sambil tersenyum. "Tetapi, orang yang telah menulis buku ini pasti sudah memiliki persiapan matang untuk mengimplementasi undang-undang baru."Edith berhenti sejenak kemudian melanjutkan, "Kita akan menghadap Yang Mulia lagi esok. Kali ini aku yang akan berbicara dengan Yang Mulia."     

"Secepat itu?" Cole terkejut. "Bukankah biasanya kamu baru mengungkapkan identitas aslimu hanya setelah mereka menanyakan siapa dirimu?"     

"Aku tidak bisa menunggu selama itu," jawab Edith sambil mengangkat bahu. "Oh ya, jangan menulis surat kepada ayah dulu. Kamu tentu sudah tahu bahwa ayah mengizinkan aku yang memegang keputusan dalam pertemuan ini."     

"Apakah kamu … akan menyetujui sistem perundang-undangan baru yang digagas oleh Yang Mulia?" Cole terkesiap. "Ayah akan membunuhmu, kakak!"     

"Hah? Menurutmu begitu?" tanya Edith.     

"Hm … bukan, maksudku, ayah mungkin akan sangat marah kepadamu." Cole segera mengoreksi kata-katanya. "Lagi pula, ayah mengutus kamu ke sini dengan tujuan untuk mempertahankan kedudukannya sebagai Adipati Wilayah Utara."     

"Jangan khawatir. Aku tidak serta-merta akan menyetujui gagasan Yang Mulia semudah itu." kata Edith sambil mengangkat alisnya, "Karena sang raja sudah memberikan penawarannya, tentunya aku harus menegosiasikan proses tawar-menawar yang lebih baik, bukan begitu?"     

*******************     

Hari berikutnya, Roland menerima beberapa laporan percobaan lanjutan terhadap iblis itu.     

Secara fisik, iblis tidak lebih kuat daripada penyihir. Meskipun pistol dan pedang dapat melukai iblis secara fatal, namun mereka tidak mempan terhadap racun yang disebabkan oleh struktur tubuh mereka yang berbeda dari penyihir dan manusia.     

Contohnya, klorin, nitrat oksida, dan gas karbon monoksida, semuanya tidak berpengaruh apa-apa terhadap iblis itu. Bahkan jika terjadi suatu reaksi penurunan, hal itu lebih dikarenakan berkurangnya kadar Kabut Merah dalam tabung iblis itu.     

Begitu pula dengan Air Tanah Impian dan Pil Berserk, semuanya tidak mempan terhadap iblis itu. Air Tanah Impian tidak bisa membuat iblis itu tertidur, dan Pil Berserk juga tidak membuat iblis itu jadi lebih agresif.     

Sedangkan untuk kandungan yang terdapat dalam Kabut Merah, bahan-bahannya terdiri dari berbagai macam gas dan air. Kyle Sichi telah mengkonfirmasi melalui percobaan bahwa satu dari bahan-bahan itu adalah gas yang mudah terbakar yang disertai dengan bau yang tidak menyenangkan. Kandungan gas lainnya yang ada dalam Kabut Merah adalah nitrogen, dan sisanya tidak diketahui. Iblis itu tampaknya lebih bergantung pada kekuatan sihir yang ada dalam Kabut Merah daripada bahan-bahan ini untuk mempertahankan hidup mereka, mungkin itu sebabnya mengapa Kabut Merah ini hanya bisa bertahan dalam waktu singkat.     

Ditambah lagi, Kabut Merah ini akan berkurang lebih cepat pada suhu 300 derajat celsius dan bahkan akan terbakar pada suhu 800 derajat celsius.     

Roland melipat hasil laporan itu dan meletakkan berkasnya di laci. Tampaknya selain senjata api biasa, api juga menjadi kelemahan bagi iblis. Paling tidak, suhunya yang tinggi dapat secara efektif mengurangi Kabut Merah yang diperlukan iblis. Karena itu, tampaknya Roland masih bisa membalikkan situasi dengan cara membakar seluruh pemukiman iblis itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.