Bebaskan Penyihir Itu

Cinta yang Tidak Terbalas



Cinta yang Tidak Terbalas

0 …      1

"Selamat menikmati." Pelayan itu menaruh gelas anggur di atas meja dan menatap ketiga orang ini dengan tatapan aneh. "Jika kalian ingin menambah minumannya lagi, cukup tarik tali yang ada di dekat pintu."     

"Baiklah. Kamu boleh pergi." jawab Otto sambil mengibaskan tangannya, dan pelayan itu membungkuk dan pergi meninggalkan mereka. Ketika pintunya ditutup, suara riuh di lobi menghilang, dan ruangan itu kini sunyi.     

Bahkan sampai saat ini, jantung Otto masih berdegup kencang, dan ia terus-menerus menatap Andrea, seolah-olah ia takut Andrea tiba-tiba menghilang. "Kukira aku sedang bermimpi. Belinda dan Oro juga mengira kamu sudah meninggal, dan aku tidak pernah menyangka bisa bertemu denganmu lagi …."     

Teriakan Otto di pasar tadi membuat Andrea menoleh, dan berhubung Andrea bereaksi saat Otto menyebut namanya, itu berarti Andrea memang mengakui bahwa nama yang disebut memang namanya.     

Lagi pula, Andrea tidak mungkin berpura-pura menjadi orang lain, karena kecantikan dan aura keanggunan yang dimiliki Andrea memang tidak tertandingi di antara gadis-gadis lain.     

Namun, tampaknya Andrea tidak begitu senang ketika melihat Otto seperti yang Otto harapkan, sebaliknya, Andrea mengerutkan keningnya, ia berjalan menghampiri Otto, dan dengan tegas menyuruh pria itu untuk mengikuti Andrea dan keluar dari pasar.     

"Andrea mungkin tidak ingin ada kehebohan. Ya, benar juga, seorang bangsawan seharusnya tidak menarik perhatian orang banyak ketika sedang berada di antara rakyat jelata. Aku sudah bersikap tidak sopan."     

Otto mengikuti Andrea dan temannya ke sebuah ruangan pribadi di sebuah bar dan akhirnya mendapat kesempatan untuk melihat Andrea lebih dekat. Bahkan setelah lima tahun berlalu, Andrea masih terlihat sama seperti yang Otto bayangkan. Jika ini hanya mimpi, Otto berharap mimpi ini akan bertahan sedikit lebih lama.     

"Jadi pria ini mantan kekasihmu?" Gadis yang berambut hitam itu bersiul kagum.     

"Karena kamu yang memaksa untuk ikut ke sini, kamu sebaiknya tahu kapan harus tutup mulut," kata Andrea dengan ketus. "Bahkan jika kamu hanya berdiam diri, tidak ada orang yang akan menganggap kalau kamu bisu."     

"Aku ikut ke sini untuk melindungimu," kata Ashes sambil menyeringai. "Selain itu, kamu yang menyeretku ke pasar ini untuk membeli hadiah ulang tahun untuk Tilly, jadi jika kamu mengusirku sekarang, itu perilaku yang tidak sopan bagi seorang wanita bangsawan sepertimu."     

"Tergantung kepada siapa aku berbuat seperti itu." balas Andrea sambil mencibir. "Aku tidak harus bersikap sopan kepadamu."     

"Apa gadis ini …" Otto tidak mendapat respons apa-apa dari Andrea dan ia merasa sedikit canggung, jadi Otto menoleh ke arah Ashes sambil bertanya. "… apa gadis ini temanmu, Andrea?"     

"Namaku Ashes," kata Ashes cepat sebelum Andrea bisa menjawab. "Namamu siapa, dan bagaimana kamu bisa mengenal Andrea?"     

"Namaku Otto Luoxi, dan aku berasal dari Kerajaan Fajar." sahut Otto, ia sedikit terkejut dengan nada bicara Ashes yang terkesan menginterogasinya — gadis ini bicara blak-blakan dan tegas untuk ukuran wanita bangsawan yang berpendidikan, bagaimana Andrea bisa menjadi temannya? "Aku kenal Andrea sejak kami masih kecil, juga adikku Belinda, Oro Tokat, dan putra sulung Raja Fajar yang bernama Yang Mulia Appen. Dulu, hubungan kami berlima sangat dekat."     

"Kedengarannya seperti sekelompok anak-anak kaya yang manja." kata Ashes sambil mengangkat bahu. "Mengapa kamu bilang Andrea sudah meninggal?"     

"Itu karena …."     

"Cukup." Andrea menyela. "Belinda dan Oro memang benar — Lady Andrea dari Keluarga Quinn yang kamu kenal memang sudah mati."     

"Tetapi kamu ada di sini, di hadapanku." jawab Otto sambil menggelengkan kepala. "Apa yang terjadi sebenarnya?"     

Selain keluarga kerajaan, keluarga bangsawan yang paling berpengaruh di Kota Cahaya adalah keluarga Tokat, Keluarga Quinn dan Keluarga Luoxi, karena semua ayah mereka adalah teman-teman kepercayaan Raja dan mereka semua memegang posisi yang tinggi. Tradisi ini telah diturunkan sejak berdirinya Kerajaan Fajar dan tetap berlaku seperti itu dari generasi ke generasi.     

Andrea adalah anak perempuan sulung dari keluarga Quinn dan ia sangat luar biasa dalam hal penampilan dan latar belakangnya, jadi sudah pasti ia memiliki banyak pengagum yang ingin menikahinya, termasuk Otto Luoxi dan Oro Tokat.     

Namun, tidak ada yang menyangka bahwa dalam sebuah perjalanan tamasya di musim semi, kereta kuda Andrea akan lepas kendali dan jatuh ke dalam jurang, itu adalah sebuah kecelakaan yang sangat menghebohkan, bahkan sampai membuat Raja Kerajaan Fajar terkejut ketika mendengar berita itu. Ketiga keluarga bangsawan itu bersatu dan berusaha mencari mayat Andrea, dan bertahun-tahun kemudian, mereka menemukan mayatnya yang tinggal tulang belulang di dasar jurang.     

Setelah 'kematian' Andrea, Otto merasa depresi untuk waktu yang lama, karena sejak Oro Tokat mulai mendekati Andrea, Otto bahkan belum sempat mengungkapkan perasaannya kepada Andrea. Otto tidak pernah menyangka ia akan mendapatkan kesempatan kedua untuk menyampaikan isi hatinya, dan ia tidak pernah menyangka akan melihat Andrea lagi di suatu negeri yang asing ini.     

Setelah terdiam cukup lama, Andrea akhirnya menghela napas dan berkata, "Sebenarnya insiden itu bukan sebuah kecelakaan.     

"A … apa?!" Otto merasa sangat syok.     

"Kecelakaan kereta lima tahun lalu itu semuanya sudah direncanakan oleh keluargaku," bisik Andrea. "Ayahku mengetahui bahwa aku adalah seorang penyihir."     

Otto tersentak. "Kamu seorang penyihir?!"     

"Sepertinya aktingmu sangat bagus supaya bisa menyembunyikan kekuatanmu," kata Ashes sambil menutupi mulutnya, "Karena kamu berhasil menipu teman-teman masa kecilmu selama itu."     

Andrea mengabaikan komentar Ashes. "Itu benar. Setelah ayahku mengetahui hal ini, ia segera mengatur agar kecelakaan itu terjadi — aku bahkan tidak berada dalam kereta itu, dan seorang kusir dan pelayan kehilangan nyawa mereka untuk menggantikanku. Kemudian, aku dikirim keluar dari Kerajaan Fajar dan diam-diam aku menetap di Kota Palisade di Kerajaan Graycastle." Andrea berhenti sejenak. "Ayahku tidak pernah meminta pendapatku tentang masalah ini dan ia tidak peduli bagaimana perasaanku karena ayahku hanya ingin segera menyingkirkanku secepatnya."     

"Jadi itu yang terjadi sebenarnya …" Otto terdiam. "'Bunga Cahaya' yang Otto cintai ini sebenarnya adalah seorang penyihir. Jika kabar ini tersebar keluar, itu akan sangat merusak reputasi Keluarga Quinn." Namun, kecelakaan itu juga melindungi Andrea dari bahaya — sebagai seorang anggota keluarga bangsawan terkemuka, Otto sudah sering mendengar banyak kisah tragis tentang penyiksaan para penyihir yang tertangkap oleh gereja.     

Setelah merasa ragu sejenak, Otto mengemukakan pemikirannya itu kepada Andrea, tetapi Andrea malah memotong kalimat Otto sambil tertawa sinis.     

"Kamu pikir ayahku melakukan itu untuk melindungi aku? Selama ayahku tidak menyerahkan aku kepada mereka, apa yang bisa dilakukan gereja? Mengirim Pasukan Penghakiman ke pusat kota untuk menangkapku?" kata Andrea dengan nada tinggi. "Ayahku adalah Perdana Menteri Raja Fajar dan ialah yang mengendalikan tim pengawas di luar kota, tetapi ia tidak melakukan apa pun untuk melindungiku. Ayah Nana hanya seorang Baron, tetapi demi putrinya, ia langsung pergi ke istana Yang Mulia Roland dan meminta belas kasihan dari Yang Mulia untuk putrinya, sementara yang ayahku lakukan hanyalah mengusirku pergi dari rumah. Apakah itu yang kamu sebut melindungi?"     

Otto bungkam, ia tidak bisa berkata apa-apa, dan setelah terdiam cukup lama dan suasana menjadi agak canggung, ia akhirnya berkata dengan ragu, "Apakah … kamu akan pulang ke rumahmu?"     

"Tidak akan." sahut Andrea sambil bangkit berdiri. "Aku sudah bilang tadi, Lady Andrea Quinn dari Keluarga Quinn sudah meninggal lima tahun yang lalu, seperti yang diinginkan ayahku."     

"Oro Tokat masih meninggalkan bunga di kuburanmu setiap tahun. Oro tidak bisa melupakanmu, Andrea." kata Otto.     

Andrea berjalan ke pintu dan berbisik, "Cinta Oro kepadaku hanya bertepuk sebelah tangan, suatu hari nanti ia akan melupakanku."     

Selagi Otto memperhatikan kepergian Andrea dan Ashes sampai mereka menghilang dari pandangan, ia bersandar dengan lemas di kursinya.     

Otto membenci dirinya sendiri yang selalu bersikap pengecut.     

Bahkan pada saat seperti ini, Otto masih menyebut nama Oro Tokat daripada mengungkapkan perasaannya sendiri kepada Andrea.     

"Aku juga tidak bisa melupakanmu, Andrea." kata Otto dalam hati.     

Lalu Otto menutup kedua matanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.