Bebaskan Penyihir Itu

Langkah Kedua Pembangunan Kota



Langkah Kedua Pembangunan Kota

1Roland mengadakan sebuah pesta jamuan makan untuk para bangsawan untuk menenangkan hati dan pikiran mereka.     
1

Sebuah meja panjang yang ditutup dengan taplak meja berwarna putih berdiri di tengah aula, dengan berbagai macam makanan lezat, anggur lezat, dan bunga-bunga yang tertata dengan cantik di atasnya. Para bangsawan duduk di kedua sisi meja saling berhadapan.     

Setelah minum beberapa gelas anggur merah, semua orang tampaknya merasa lebih nyaman dan lebih rileks. Mengingat bahwa Keluarga Penghisap Madu dan Keluarga Rusa Besar adalah keluarga pendukung Pangeran Roland dan semua keluarga bangsawan besar juga telah dihancurkan, para bangsawan biasa ini tidak mungkin berani berbuat macam-macam pada saat seperti ini. Sebaliknya, mereka secara sukarela mengungkapkan perasaan mereka dan ingin berada dekat di sisi sang pangeran selama perbincangan itu. Dalam keadaan seperti ini, Roland tahu sudah waktunya ia menyampaikan tentang kebijakan barunya.     

Setelah mereka semua selesai menyantap makanannya, Roland membagikan brosur-brosur yang sudah ia siapkan sebelumnya kepada masing-masing bangsawan itu.     

Brosur itu adalah semacam 'brosur pemasaran' yang didesain dan ditulis Roland dengan cermat.     

"Yang Mulia … apa ini?" Seperti yang sudah Roland duga, para bangsawan ini segera bertanya dengan heran, "Mengapa gambar-gambar dalam buku ini bisa tampak begitu hidup?"     

"Benar, gambarnya terlihat sangat nyata."     

"Ini bahkan tidak terlihat seperti gambar … tidak ada cat yang bisa mengekspresikan warna yang begitu halus seperti ini."     

Sudah jelas, mereka ini adalah para bangsawan yang berasal dari kota besar, mereka tahu bagaimana cara untuk menghargai hasil karya seni. Roland bertepuk tangan dan menjawab sambil tersenyum, "Brosur ini memang digambar dan dibuat oleh seorang pelukis. Satu-satunya perbedaan di sini adalah pelukis itu adalah seorang penyihir, dan cat yang ia gunakan sebenarnya adalah kekuatan sihirnya sendiri."     

Semua bangsawan itu terkejut mendengar kata-kata sang pangeran, mereka tidak yakin apakah mereka harus meletakkan brosur itu atau tidak.     

"Gereja lokal di benteng ini sudah dihancurkan. Apa lagi yang kalian khawatirkan?" sang pangeran bertanya sambil mengangkat alisnya, "Penyihir tidak berbeda dengan kita, kita sama-sama manusia. Aku sudah memastikan hal itu berkali-kali."     

"Uhhmm … hhm." Petrov nyaris tersedak. "Ucapan Yang Mulia memang benar."     

"Tentu saja, Yang Mulia benar. Hahaha …" para bangsawan lain mulai tertawa.     

"Hm … sepertinya aku baru saja mengatakan sesuatu yang mengandung topik yang tidak ingin didengar banyak orang." Roland tetap mempertahankan ekspresinya lalu ia mengganti topik pembicaraan sambil berpikir. Sejak Roland menjadi seorang pangeran lebih dari 1 tahun yang lalu, ia telah menyadari bahwa kemampuannya untuk tetap bersikap tenang di tengah pembicaraan yang canggung telah meningkat dengan pesat - atau lebih tepatnya: kini Roland sudah semakin berani. "Intinya adalah cerita yang ada di dalam brosur itu. Gambarnya dibuat untuk membuat brosur itu lebih mudah di mengerti dan lebih menarik."     

Sementara para bangsawan masih asyik membaca brosur itu, Aurelia, putri dari Keluarga Rusa Besar, mendongak dan tiba-tiba bertanya, "Apakah ini adalah sejarah keluarga seorang bangsawan?"     

"Aurelia!" Rene menegur Aurelia sambil merendahkan suaranya, "Kamu harus memanggil sang pangeran dengan sebutan Yang Mulia!"     

"Benar. Pria ini dulunya adalah seorang bangsawan di Wilayah Barat." Roland memberi isyarat kepada Rene bahwa ia tidak keberatan kemudian melanjutkan, "Beberapa dari kalian mungkin masih mengingat pria ini."     

"Yang Mulia … aku kenal pria ini," jawab seorang kesatria. "Pria ini bernama Tigui Pine. Kami dulu bertetangga dan wilayahnya dulu berdekatan dengan wilayahku."     

"Aku juga pernah bertemu dengannya," kata seseorang. "Tigui Pine hanya seorang Baron pada saat itu. Ayahnya pernah dikalahkan oleh Joe Kohl. Tetapi sejak Tuan Joe meninggalkan Wilayah Barat, wilayah kekuasaan Tigui Pine telah berkurang."     

"Viscount Tigui Pine saat ini tinggal di Kota Perbatasan." Roland berkata sambil tersenyum, "Brosur itu menceritakan bagaimana awal pertemuan kami … dan juga apa yang terjadi kemudian. Seperti yang kalian lihat, Tigui Pine kini adalah seorang bangsawan yang hidup dalam masyarakat yang diatur oleh tatanan sistem baru. Tuan Pine sekarang sibuk berlatih menggunakan senjata api. Setelah Bulan Iblis berakhir, Tuan Tigui hendak membawa putrinya dan para penjaganya ke Hutan Berkabut untuk berlibur dan berburu di sana. Sejauh yang aku tahu, sejak Tuan Pine menjual wilayahnya ke timur Benteng Longsong dan menetap di Kota Perbatasan, ia tidak hanya dipromosikan untuk mendapatkan gelar yang lebih tinggi, tetapi propertinya juga meningkat beberapa kali lipat."     

Rasa takut berasal dari segala sesuatu yang tidak kita ketahui. Hal yang sama juga berlaku untuk perubahan sistem. Karena para bangsawan ini tidak tahu apa dampak dari semua perubahan yang akan terjadi, mereka membenci apa pun yang mereka anggap asing atau tidak dikenal. Untuk mengurangi rasa takut dan penolakan dari para bangsawan ini, Roland memilih kehidupan Tigui Pine sebagai sebuah contoh dan meminta Soraya untuk menggambarkan kehidupan mereka dalam bentuk cerita bergambar[1]. Dibandingkan dengan biografi-biografi yang penuh tulisan membosankan, cerita bergambar tampaknya bisa menyajikan detail cerita dengan cara yang lebih jelas dan menarik.     

"Kalian mungkin sudah mengetahui bahwa aku berencana untuk membangun sebuah kota di Wilayah Barat. Bahkan, aku sudah memikirkan hal itu untuk waktu yang cukup lama. Pada waktunya nanti, Kota Perbatasan, Benteng Longsong, dan wilayah kosong di antaranya kedua kota ini akan dikonsolidasikan menjadi satu wilayah," lanjut Roland, "Kalian mungkin bertanya-tanya bagaimana cara kedua kota itu, yang begitu jauh satu sama lain dapat dihubungkan. Aku harus mengakui bahwa penyatuan wilayah ini akan memiliki kesulitan pada urusan administrasi. Dengan kata lain, kota yang baru akan diatur oleh satu hukum dan satu kebijakan yang sama. Inilah alasan mengapa aku mengambil kembali kekuasaan feodal dan legislatif para bangsawan."     

"Yang Mulia, bagaimana dengan wilayah kami …" seseorang bertanya.     

"Wilayah kekuasaan kalian akan tetap menjadi milik kalian," potong sang pangeran. "Seperti yang aku katakan sebelumnya, kalian tidak akan kehilangan apa pun kecuali dua kekuasaan yang tadi aku sebutkan. Fungsi kekuasaan feodal adalah memberikan tanah kepada orang lain yang kemudian akan menjadi bawahan kalian, dan dengan demikian akan memperluas pengaruh dan kekuasaan kalian, lalu memimpin bangsawan yang lebih rendah gelarnya untuk bertahan melawan musuh dan memperjuangkan keuntungan dan kepentingan kalian. Namun, pasukan yang terlatih secara profesional akan bertanggung jawab untuk menjaga pertahanan kota di bawah tatanan sistem baru. Selama kalian mengikuti aturanku, kalian akan mendapatkan jauh lebih banyak daripada yang kalian dapatkan sebelumnya. Lagi pula, kalian akan mendapat manfaat yang lebih banyak dari potongan 'kue' yang lebih besar daripada saling berbagi dari potongan 'kue' yang lebih kecil."     

Sementara para bangsawan itu terdiam, Roland menyesap tehnya sebelum melanjutkan bujukannya kepada mereka. "Kalian belum pernah ke Kota Perbatasan, jadi sangat wajar kalau kalian tidak tahu berapa banyak manfaat yang bisa kalian dapatkan. Bahkan, pendapatan di Kota Perbatasan untuk paruh kedua tahun ini saja sudah mencapai 30.000 keping emas. Seharusnya aku bisa mendapatkan 10.000 keping lebih banyak jika saja Bulan Iblis tidak datang secepat ini."     

Para bangsawan itu semuanya terkesiap. "30 … 30.000 keping emas?!"     

Roland telah mempelajari situasi keuangan tahunan di Benteng Longsong dari Petrov sejak lama. Pendapatan tahunan Balai Kota tidak lebih dari 30.000 keping emas, dan para bangsawan kecil ini jelas berpenghasilan jauh lebih rendah dari itu. Mendapatkan 100 keping emas saja sudah dianggap besar bagi mereka.     

"Karena kalian akan menjadi pengelola semua jenis perdagangan di masa depan, kalian pasti akan diupah dengan sangat baik." Roland melanjutkan, "Kembali ke masalah penyatuan wilayah - selain penyatuan administrasi, kedua kota ini juga akan lebih dekat secara geografis. Misalnya, suatu hari nanti aku perlu melakukan perjalanan dari Kota Perbatasan ke Benteng Longsong. Setelah pembangunan proyek Jalan Raya Kerajaan selesai, hanya dibutuhkan waktu kurang dari 1 hari untuk menempuh perjalanan antara kedua kota ini dengan berjalan kaki, dan membutuhkan waktu setengah hari jika kalian berkuda atau bersepeda, belum lagi akan ada sarana transportasi yang lebih cepat lain."     

"Apa itu sepeda?" Aurelia bertanya dengan penasaran.     

"Sepeda adalah alat transportasi yang dioperasikan secara manual yang bisa berjalan dengan cepat di permukaan yang datar." jawab sang pangeran, "Aku bertaruh dalam 5 tahun … tidak, dalam 3 tahun kita bisa bolak-balik bekerja di Kota Perbatasan setelah menyantap sarapan di Benteng Longsong." Berkat Jalan Raya Kerajaan yang terbentang antara Kota Perbatasan dan Benteng Longsong, jaraknya kini berkurang drastis menjadi hanya 60 kilometer, hal ini memungkinkan orang untuk bepergian dalam waktu setengah jam dengan menggunakan trem[2] atau menggunakan mobil.     

Namun demikian, sebagian besar bangsawan itu ternyata tidak terlalu antusias dengan transportasi masa depan. Kesatria yang mengaku sebagai tetangga Tigui Pine bertanya kembali dengan pelan, "Yang Mulia, yang baru saja Anda katakan itu, apakah maksud Anda, Anda ingin kami yang mengelola Benteng Longsong?"     

"Antara ya dan tidak." jawab Roland sambil mengangkat bahu. "Seperti yang aku katakan sebelumnya, konsolidasi kedua kota ini hanya terbatas pada urusan administrasi. Benteng Longsong akan menjadi bagian dari wilayah Kota Perbatasan, yang akan dikelola langsung oleh Balai Kota. Tetapi mempertimbangkan jarak pulang-pergi untuk bekerja antara kedua kota ini memang agak terdengar tidak realistis, untuk itu, aku juga akan mendirikan Balai Kota Kedua di Benteng Longsong. Balai Kota Kedua ini akan beroperasi dengan cara yang sama dengan Balai Kota di Kota Perbatasan, dengan beberapa departemen tambahan yang bernaung di bawahnya. Kalian akan bekerja di departemen tambahan itu untuk menangani masalah-masalah lokal."     

"Departemen… tambahan?" para bangsawan itu tampak kebingungan.     

"Tidak mudah untuk mengelola sebuah kota. Meskipun kalian akan diupah dengan baik, pekerjaan kalian tidak akan mudah untuk dilakukan," kata Roland terus terang. "Oleh karena itu, aku ingin kalian datang ke Kota Perbatasan bersamaku begitu aku menyelesaikan semua urusan di sini. Aku ingin kalian melihat dengan mata kepala kalian sendiri seperti apa seharusnya Balai Kota yang berfungsi dengan baik. Sehubungan dengan pekerjaan kalian untuk mengelola benteng ini nantinya, ada banyak hal yang harus kalian pelajari."     

[1] Kartun     

[2] Kereta api listrik     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.