Bebaskan Penyihir Itu

Kebulatan Tekad



Kebulatan Tekad

2Joe sedang jatuh sakit.      0

Joe adalah yang anak yang terlemah kedua dalam tim itu sebelum Paper diambil oleh pemerintah Longsong, dan sejak saat itu Joe menjadi yang terlemah diantara keempat tim Si Gigi Ular. Joe masih baik-baik saja pada malam ketika mereka kembali dari alun-alun untuk mendengarkan infomasi yang dibacakan pemerintah Longsong. Namun keesokan harinya, Si Gigi Ular menemukan Joe sedang diam tergeletak di atas jerami, ia terdengar merintih-rintih dan kedua pipinya berwarna kemerahan.     

"Joe terinfeksi oleh wabah flu," kata Si Bunga Matahari sambil menyentuh kening Joe, "Dan keningnya terasa sangat panas."     

"Apakah aku akan … mati?" tanya Joe dengan napas tersengal-sengal.     

Joe bertanya dengan pelan sambil memicingkan matanya.     

Tidak ada teman-temannya yang menjawab pertanyaan Joe.     

Wabah flu adalah penyakit yang bertahan cukup lama, dan sekali terjangkit penyakit itu, orang hanya bisa mengandalkan kekuatan tubuh mereka sendiri untuk melawan infeksi. Namun, orang-orang yang sehat secara fisik jarang menderita wabah flu - mereka yang terinfeksi umumnya adalah orang yang memiliki kondisi fisik yang lemah, sehingga sangat sedikit orang yang dapat bertahan hidup jika terkena wabah flu. Pada dasarnya penyakit itu sama seperti sebuah hukuman mati bagi seorang Tikus.     

"Aku akan pergi dan mencari Kanas," kata Si Gigi Ular, ia memecah keheningan di antara mereka.     

"Untuk apa kamu ingin bertemu dengan Kanas?"     

"Aku akan memohon kepada Kanas agar ia memberi Joe lebih banyak makanan." sahut Si Gigi Ular sambil bangkit berdiri. "Aku pernah mendengar bahwa peluang untuk bertahan hidup lebih besar jika orang yang terkena wabah flu tetap dijaga agar hangat dan diberi makanan yang cukup."     

"Kanas tidak akan memberimu makanan," kata Si Cakar Macan sambil menggelengkan kepalanya. "Kita semua tahu orang macam apa Kanas itu."     

"Tepat sekali, kamu bahkan bisa dipukuli oleh Kanas," kata Si Bunga Matahari sambil mengumpulkan jerami untuk menghangatkan Joe. "Organisasi ini tidak pernah memberi makan Tikus yang dianggap tidak berguna."     

"Joe bukan orang yang tidak berguna!" balas Si Gigi Ular. "Joe bisa membaca!"     

"Yah, Joe hanya bisa membaca beberapa kata, dan apa gunanya itu untuk Kanas? Kanas ingin orang yang bisa mencuri dan merampok."     

"…" Si Gigi Ular menggertakkan giginya, ia berbalik dan berjalan menuju kamar manajer di Gang Tak Berujung. Si Gigi Ular tetap harus mencoba meminta kepada Kanas bahkan meski ia akan dipukuli oleh Kanas dengan tongkat kayu.     

Yang mengherankan, Kanas masih belum kembali ke ruangannya.     

"Kamu beruntung." Ketika Si Gigi Ular menyampaikan hal itu kembali kepada teman-temannya, Si Cakar Macan menyeringai. "Jika tidak, kami mungkin harus merawat kamu juga jika kamu sampai dipukuli."     

Si Bunga Matahari menghela napas. "Masing-masing dari kita akan memberikan sebagian dari roti kita kepada Joe pada saat makanan dibagikan, sehingga Joe bisa makan lebih banyak."     

Namun, Si Gigi Ular tidak merasa beruntung sama sekali. Si Gigi Ular bisa merasakan bahwa ada sesuatu yang tidak beres.     

"Hanya perlu setengah jam untuk melaporkan sebuah informasi kepada bos Penumpah Darah. Si Gigi Ular masih maklum jika semalam bos tidak kembali karena ada sebuah pertemuan penting — tetapi sekarang hari sudah siang, pertemuan itu seharusnya sudah selesai sekarang." Ditambah lagi, ketika anak buah bos membuka pintu ruangannya, Si Gigi Ular sempat mengintip dan menyadari bahwa Kanas dan kekasihnya juga sama-sama tidak di tempat.     

Organisasi ini mulai membagikan makanan kepada anggotanya tidak lama kemudian, dan Si Gigi Ular menyadari bahwa makanan itu dibagikan oleh orang kepercayaan Kanas.     

Yang mereka terima hanyalah sepotong roti panggang.     

…     

Empat hari kemudian, kondisi Joe semakin memburuk.     

Joe masih bisa berkata bahwa ia merasa kedinginan kemarin, tetapi hari ini ia tidak bisa berbicara sepatah kata pun. Kedua pipi Joe yang tadinya berwarna kemerahan mulai pucat dan napasnya terdengar semakin lemah.     

"Kita sudah mencoba semampu kita," kata Si Bunga Matahari sambil meletakkan tangannya di perut.     

Mereka bertiga telah memberikan setengah dari makanan mereka kepada Joe dalam beberapa hari terakhir. Jika bukan karena mereka, Joe mungkin tidak akan bisa bertahan hidup selama ini. Si Cakar Macan yang biasanya tampak sangat energik, kini mulai terlihat lemas juga.     

Kanas masih tidak muncul juga selama beberapa hari terakhir ini.     

Lebih dari 100 anggota Tikus berkumpul di ruangan itu dan mereka mulai membahas masalah ini. Tetapi itu hanya sekedar obrolan saja - lagi pula, mereka masih mendapatkan makanan seperti biasa. Namun, hari ini suasana di ruangan itu terdengar sangat berisik.     

Hari ini adalah hari di mana bubur gandum gratis dibagikan, sama seperti yang diumumkan tempo hari.     

"Aku akan pergi ke alun-alun," setelah mempertimbangkan dengan saksama, Si Gigi Ular mengambil keputusan itu sambil menggertakkan giginya. "Kita perlu makan lebih dari sekedar roti panggang. Joe mungkin masih bisa bertahan lebih lama jika aku bisa mendapatkan semangkuk bubur gandum hangat untuknya."     

"Apa kamu sudah gila?" Si Bunga Matahari menatap Si Gigi Ular, "Jangan lupa Kanas sudah memperingatkan kita! Apakah kamu benar-benar ingin mendapatkan jahitan di bibirmu?"     

"Itu kalau Kanas tahu aku menyelinap keluar. Kita bahkan tidak tahu di mana Kanas sekarang. Bagaimana jika sang penguasa wilayah benar-benar menyerang para pemimpin geng Tikus?"     

"Tetapi anak buah Kanas masih di sini. Apa kamu pikir mereka akan membiarkanmu pergi jika mereka sampai mengetahui hal ini?" Si Bunga Matahari memandang ke arah Si Cakar Macan. "Jangan hanya berdiri saja di sana. Bantu aku untuk meyakinkan Si Gigi Ular agar ia membatalkan niatnya itu."     

"Aku akan ikut dengan Si Gigi Ular," kata Si Cakar Macan.     

"Kalian berdua …."     

"Pembagian bubur gandum itu mungkin sudah selesai. Atau mungkin tidak ada makanan sama sekali yang dibagikan, dan itu hanya sekedar tipu muslihat para bangsawan untuk menyamarkan kebohongan mereka. Kurasa dalam hal ini seharusnya kita tidak dianggap tidak mematuhi peringatan Kanas, bukan?" kata Si Cakar Macan sambil mengerutkan bibirnya, "Aku masih kuat, aku bisa berlari ke alun-alun dan kembali sambil menggendong Joe, jadi kami tidak akan pergi terlalu lama. Saat ini Kanas sedang tidak ada dan anak buahnya terus berada di ruangannya sambil menghangatkan diri mereka di depan perapian. Tidak ada yang akan memperhatikan kepergian kita."     

"Hmm …" Si Bunga Matahari masih tampak ragu.     

"Kamu tinggal di sini saja," kata Si Gigi Ular kepada Si Bunga Matahari, "Jadi kamu bisa melindungi kami jika sampai ada yang bertanya di mana kami. Katakan saja kami sedang mengalami diare dan kami harus pergi mencari tempat untuk buang air besar. Jangan khawatir. Tidak butuh waktu lama bagi kami untuk bergegas kembali ke sini dari alun-alun."     

"Baiklah kalau begitu," sahut Si Bunga Matahari sambill melihat ke sekelilingnya dan berkata, "Cepatlah!"     

…     

Si Gigi Ular dan Si Cakar Macan menyelinap keluar dari pondok kayu, mereka berlari di sepanjang gang. Salju yang terciprat di bawah kaki mereka membasahi celana mereka. Meskipun angin dingin yang berhembus ke wajah mereka terasa setajam pisau, hal itu tidak menghentikan langkah mereka. Mereka berdua terengah-engah ketika tiba di alun-alun, mereka melihat bahwa ada hampir 1.000 orang yang berkumpul di sekitar panggung.     

Bubur gandum itu benar-benar dibagikan!     

Si Gigi Ular dan Si Cakar Macan berlari dengan cepat, tetapi mereka dihentikan oleh 2 orang penjaga berseragam coklat. "Jalan pelan-pelan, jangan mendorong-dorong, dan jangan memotong antrian - kalau tidak, kalian tidak boleh menerima makanan gratis ini."     

Si Gigi Ular menyadari bahwa ada pagar kayu yang mengelilingi panggung itu. Kerumunan itu bergerak di sepanjang pagar dalam barisan seperti seekor ular panjang. Penjaga bersenjata yang memegang senjata besi aneh dapat dilihat pada setiap beberapa meter. Mereka tampak seperti petugas ketertiban, karena orang-orang yang berusaha melewati pagar terus menerus dijauhkan dari pagar dari waktu ke waktu.     

"Temanku sedang sakit … tolonglah, bisakah Anda membantu kami? Aku mohon!" Si Gigi Ular berlutut di tanah yang bersalju.     

"Teman kami sudah kelaparan selama berhari-hari. Teman kami sangat membutuhkan makanan!" Si Cakar Macan juga ikut berlutut di samping Si Gigi Ular.     

"Sakit apa temanmu itu?"     

"Penyakitnya … wabah flu."     

Salah satu dari petugas itu menggendong Joe yang sudah tidak sadarkan diri sambil berkata, "Serahkan teman kalian kepadaku. Kalian berdua tetap harus mengantri."     

"Ehm …."     

"Teman kalian pasti tahu jalan pulang ke tempat kalian, bukan?" tanya penjaga yang satu lagi, "Bahkan jika teman kalian tidak tahu jalan pulang, kalian bisa kembali lagi ke sini untuk mencarinya."     

Sambil berkata demikian, penjaga itu berlalu sambil menggendong Joe di bahunya.     

"Apa yang harus kita lakukan sekarang?" Si Gigi Ular dan Si Cakar Macan saling berpandangan. Tidak ada yang mengira keadaan akan jadi seperti ini - dalam rencana mereka berdua, para petugas ini mungkin akan benar-benar mengabaikan mereka atau mungkin akan membiarkan mereka melewati pagar untuk mendapatkan bubur gandum terlebih dahulu.     

"Mari kita kembali dulu." Si Gigi Ular memutuskan setelah berpikir sejenak.     

"Apa … kita pulang sekarang?" Si Cakar Macan bertanya dengan terkejut, "Kenapa kita tidak makan bubur gandum itu terlebih dahulu?"     

"Setidaknya kita membutuhkan waktu setengah jam untuk bisa mendapatkan bubur itu jika kita ikut mengantri. Mungkin akan ada masalah jika kita pergi terlalu lama," sahut Si Gigi Ular sambil mengangguk. "Kita bisa menyelinap keluar lagi pada malam hari untuk membawa Joe kembali."     

Si Cakar Macan memandang ke arah bubur gandum yang ada di atas meja dan berkata dengan enggan, "Baiklah … kalau begitu."     

Ada sesuatu yang Si Gigi Ular pikirkan dalam hatinya, karena pengumuman mengenai pembagian makanan gratis itu telah menjadi kenyataan, apakah itu berarti bahwa kedua pengumuman lainnya pada akhirnya juga akan terwujud?     

Si Gigi Ular samar-samar merasa bahwa organisasi Tikus Jalan Hitam mungkin sebentar lagi akan mengalami pergolakan.     

Kembali di Gang Tak Berujung, kedua anak itu berjingkat-jingkat masuk ke dalam pondok tetapi mereka langsung terkejut.     

Si Bunga Matahari digantung di depan pintu masuk dengan kedua tangan terikat di belakang, ia berdiri di atas kursi kayu yang reyot. Seluruh wajah Si Bunga Matahari tampak memar. Sementara itu, para anak buah Kanas sedang berdiri di samping gadis itu, mereka mencibir saat melihat Si Gigi Ular dan Si Cakar Macan datang.     

"Wah, wah, akhirnya kalian kembali dengan perut kenyang?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.