Bebaskan Penyihir Itu

Kedamaian Dan Gangguan



Kedamaian Dan Gangguan

1Wendy, Gulir, dan Passi sedang duduk di aula istana, mereka menikmati teh hitam berkualitas tinggi yang diimpor dari Kota Cahaya.     
0

Wendy mengambil ketel yang sudah mendidih dari perapian dan menuangkan air panas ke dalam cangkir teh. Menyaksikan permukaan air yang secara bertahap berubah menjadi warna oranye jernih dan menghirup aroma menyenangkan yang berasal dari uap panas, Wendy merasa seluruh tubuhnya menjadi sangat rileks. Setelah meniup-niup cangkir untuk mendinginkan tehnya, Wendy menyesap tehnya sedikit. Rasa awal tehnya terasa agak pahit, tetapi perlahan-lahan rasanya berubah menjadi segar dan manis yang bermain di lidah Wendy. Saat cairan teh hangat itu mengalir ke dalam lambung Wendy, ia mendesah dengan penuh kenikmatan.     

Di sisi lain aula, Paper sedang mengutak-atik pelat simbol Lambang Tuhan. Paper sudah menguasai keterampilan untuk mengalirkan kekuatan sihir ke dalam pelat simbol, dan juga ia sudah mampu mengontrol kekuatan sihir yang ia keluarkan dengan tepat. Tetapi tidak peduli bagaimana kerasnya Paper mencoba, ia hanya mampu mengaktifkan satu batu ajaib di pelat simbol itu.     

"Setiap kali aku melihat Paper, aku teringat hari-hari ketika aku masih di Asosiasi Persatuan Penyihir," kata Gulir. "Pada saat itu, tidak ada yang menyangka bahwa kita semua akan dapat menjalani kehidupan seperti yang kita miliki saat ini."     

"Jika kita bisa meramalkan masa depan, Cara tidak akan keras kepala seperti itu." sahut Wendy sambil meletakkan cangkirnya. "Di masa depan nanti semoga saudari-saudari kita yang terbangun sebagai penyihir tidak mengalami penderitaan yang sama seperti kita." Ketika Wendy berbicara, ia mulai tertawa. "Kita mungkin kelompok penyihir terakhir yang harus mengalami penderitaan."     

"Kita mungkin juga kumpulan penyihir yang paling tua, itu berarti waktu kita menikmati saat-saat seperti ini hanya tinggal sedikit," kata Gulir sambil meletakkan tangan di keningnya. "Sepertinya kita mendapat bagian yang paling buruk untuk bersenang-senang."     

"Itukah sebabnya kamu kembali lebih awal hari ini, hanya untuk menikmati waktu untuk bersantai sejenak?" tanya Wendy sambil bercanda.     

"Aku kembali setelah menyelesaikan semua tugasku." jawab Gulir sambil mengangkat bahu. "Yang Mulia sedang pergi dan jumlah pekerjaanku menjadi jauh lebih sedikit dari biasanya. Aku agak tidak terbiasa dengan keadaan santai seperti itu."     

"Benarkah?" tanya Wendy sambil mengangkat alisnya. "Ketika Yang Mulia kembali nanti, aku akan memberitahu Yang Mulia apa yang kamu katakan barusan."     

"Oh … kalau begitu, untuk ujian yang berikutnya, aku tidak janji kamu dapat menjawab setiap pertanyaan dalam soal."     

"Kalian berdua memiliki hubungan yang akrab." Passi terkikik selagi mendengarkan percakapan Wendy dan Gulir. "Meskipun aku tidak muda lagi, aku tidak pernah menikmati hubungan yang begitu akrab dengan siapa pun. Kalian berdua adalah salah satu penyihir yang paling beruntung."     

"Itu sudah pasti. Namun tidak setiap penyihir memiliki ayah yang memiliki pengaruh kuat seperti ayahmu," kata Gulir, ia minum seteguk teh sebelum melanjutkan, "Dan seorang ayah akan mewariskan semua yang ia miliki kepada putrinya - bahkan di kalangan bangsawan sekali pun, orang seperti ayahmu itu jarang ada."     

"Ngomong-ngomong, bagaimana keadaan di Balai Kota?" Wendy memandang ke arah Passi. "Aku dengar kamu selalu pergi ke sana setiap kali kamu punya waktu luang."     

"Ada banyak manfaat yang aku dapat dengan pergi ke Balai Kota." jawab Passi sambil menghela napas panjang. "Ini adalah pertama kalinya aku mendapatkan wawasan tentang gaya manajemen departemen yang tertata dan terbagi dengan baik, namun tetap memungkinkan semua departemen itu untuk bekerja sama. Daripada meminta menteri dari masing-masing departemen melakukan rekrutmen dan kompensasi karyawan mereka sendiri, Balai Kota akan mengurus semua hal itu untuk mereka. Dengan begini, tingkat kesulitan untuk mencari karyawan baru jadi lebih berkurang, dan juga memungkinkan warga yang kompeten untuk memasuki pekerjaan dinas sipil tanpa hambatan. Aku tidak tahu bagaimana Yang Mulia bisa memahami gagasan ini."     

"Passi bahkan mengobrol dengan Barov." kata Gulir sambil bercanda.     

"Ehem, Tuan Barov hanya berkonsultasi denganku mengenai beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan undang-undang di kalangan bangsawan, yang kebetulan aku pahami," kata Passi sambil menggelengkan kepalanya. "Ditambah lagi, undang-undang baru yang ditetapkan oleh Yang Mulia bisa dibilang sangat unik, dan bahkan mungkin bisa diimplementasikan di Bukit Naga Tumbang. Aku membahas hal ini cukup lama dengan Tuan Barov."     

"Oh? Apa yang unik dari undang-undang itu?"     

"Contohnya bagian tentang definisi kewarganegaraan …."     

"Wendy, kapan aku bisa mengaktifkan batu ajaib yang kedua?" Paper tiba-tiba bergabung dengan mereka sambil mengeluh kesal dan memegang pelat simbol Lambang Tuhan.     

"Ketika kamu nanti sedikit lebih dewasa." sahut Wendy sambil mengulurkan tangannya ke arah Paper. "Mari aku peluk."     

Paper memegang tangan Wendy dan masuk ke dalam pelukan Wendy.     

Wendy membelai kepala Paper dengan lembut selagi ia menyaksikan Passi dan Gulir mendiskusikan undang-undang baru, dan ia merasa sangat nyaman dan rileks.     

Alangkah indahnya jika kehidupan yang nyaman ini bisa bertahan selamanya.     

Pada saat itu, seorang penjaga memasuki aula. Pertama-tama penjaga itu melirik ke sekeliling ruangan sebelum berjalan ke arah keempat penyihir itu dengan sikap ragu-ragu.     

"Apa ada sesuatu?" Wendy mengenali penjaga itu - ia adalah pengawal pribadi Yang Mulia.     

"Nona Wendy, ada seseorang yang datang di luar istana, dan ia mengklaim putrinya baru saja terbangun sebagai penyihir …" kata penjaga itu sambil memberi hormat. "Yang Mulia berpesan kepadaku bahwa ketika beliau tidak sedang di tempat, Anda yang akan bertanggung jawab untuk menangani masalah-masalah seperti ini."     

"Apa?" ketiga penyihir itu terkejut secara serentak. "Ada penyihir yang baru terbangun?"     

"Itulah yang dikatakan wanita itu."     

"Cepat, antar aku menemui wanita itu," kata Wendy.     

…     

Di gerbang utama istana, Wendy melihat ada 2 warga sipil yang sedang menunggu. Salah satu dari mereka tampak berusia sekitar 40 tahun, rambutnya sudah memutih setengah, dan kerutan di keningnya terlihat dalam dan panjang. Wanita itu mengenakan mantel kuno dan perawakannya terlihat sedikit bungkuk. Wanita yang satu lagi jauh lebih muda, mungkin ia berusia sekitar 17 atau 18 tahun, dan ia berdiri dengan tenang di samping wanita yang lebih tua itu.     

"Ini Nona Wendy dari Persatuan Penyihir." kata penjaga itu sambil memperkenalkan Wendy kepada kedua wanita itu.     

"Salam, Nona Wendy." Kedua warga sipil itu membungkuk dengan hormat.     

"Mereka mengklaim sebagai pendatang dari Wilayah Selatan dan mereka telah pindah ke distrik perumahan dalam kota setengah bulan yang lalu. Aku sudah memverifikasi kartu identitas mereka dan tidak menemukan ada kejanggalan dengan informasi yang mereka berikan."     

"Apa kamu penyihir yang baru terbangun itu?" Wendy memandang ke arah wanita muda itu dan berbicara dengan lembut. "Siapa namamu?"     

"Nona Wendy mengajukan pertanyaan kepadamu." kata wanita tua itu sambil menarik lengan baju wanita yang lebih muda.     

"Namaku Summer," gumam gadis itu.     

"Dan kamu adalah … ibunya?" tanya Wendy kepada wanita tua itu.     

"Ya, ya, aku ibunya. Ayahnya masih bekerja di Area Tungku pembakaran, jadi aku membawanya ke sini." sahut wanita tua itu sambil mengangguk berulang kali. "Nona Wendy, bolehkah aku bertanya apakah yang dikatakan Yang Mulia dalam pengumuman itu benar … bahwa penyihir akan menerima upah sebesar 1 keping emas setiap bulannya?"     

"Itu benar, tetapi anakmu harus bergabung dengan Persatuan Penyihir terlebih dahulu."     

"Aku …" Summer membuka mulutnya dan hendak bicara.     

"Anakku bersedia, ia pasti bersedia untuk melayani dan mendedikasikan segalanya untuk melayani Yang Mulia." kata sang ibu sambil menyela putrinya. "Apakah kami harus menandatangani kontrak? Kapan kami akan menerima uang itu?"     

Kata-kata wanita tua ini membuat Wendy mengerutkan keningnya. Dari nada bicaranya jelas sang ibu tidak hanya memperlakukan putrinya sebagai barang untuk dijual, tetapi wanita tua ini juga berpikir bahwa Persatuan Penyihir adalah sebuah tempat untuk 'menyenangkan' Yang Mulia.     

Wendy menahan kekesalannya dan ia menjawab dengan tenang, "Yang Mulia sedang menangani beberapa urusan di Benteng Longsong, dan aku tidak yakin kapan Yang Mulia akan kembali ke sini. Selain itu, akan ada beberapa pemeriksaan dan tes sebelum anakmu dapat bergabung dengan Persatuan Penyihir. Anda bisa meninggalkan putri Anda di sini, dan ketika Yang Mulia kembali, kami akan mengatur agar kalian bisa menandatangani kontrak."     

Bagaimanapun juga, Summer tidak bersalah, dan Wendy tidak ingin melampiaskan amarahnya kepada ibu yang bodoh itu pada gadis itu. Meskipun keberadaan para penyihir sudah diterima oleh mayoritas penduduk Kota Perbatasan, para pengungsi yang baru saja tiba di Wilayah Barat masih memiliki pemahaman yang salah tentang para penyihir.     

"Aku percayakan putriku padamu, Nona Wendy." sang ibu membungkuk dalam-dalam kemudian menepuk kepala putrinya. "Berperilakulah yang baik dan jangan mengecewakan Yang Mulia."     

"Ibu, aku …" Summer ingin mengatakan sesuatu, tetapi wanita tua itu sudah berbalik dan berjalan menuju pintu keluar.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.