Bebaskan Penyihir Itu

Menyaksikan Berdirinya Kota yang Baru



Menyaksikan Berdirinya Kota yang Baru

1Setelah selesai bercinta, Anna menyandarkan kepalanya di lengan Roland dan menempelkan tubuhnya ke tubuh Roland seperti seekor kucing.     0

"Yang Mulia, aku senang sekali … bisa bertemu denganmu," bisik Anna. Napas Anna terdengar normal kembali setelah semua aktifitas bercinta itu usai.     

"Panggil aku Roland." kata Roland sambil membelai rambut Anna yang panjang dan tersenyum. "Tidak ada orang lain di sini, dan aku belum pernah mendengar kamu memanggil namaku."     

"Ro … land." kata Anna.     

"Gadis pintar." Roland menggelitik telinga Anna sampai gadis itu tertawa, kemudian Roland berkata, "Sebenarnya … akulah yang seharusnya mengatakan hal itu. Dulu, aku tidak pernah menyangka bahwa aku akan bertemu dengan seorang gadis yang begitu jenius seperti kamu."     

"Bahkan di istana pun tidak pernah bertemu orang seperti diriku?" tanya Anna.     

"Tidak, belum pernah." Roland menggelengkan kepalanya dengan pelan. "Kadang-kadang, aku bahkan berpikir aku sedang bermimpi saat ini."     

Anna terdiam beberapa saat, lalu ia meringkuk lebih dekat ke tubuh Roland dan berkata, "Aku ada di sini dan aku tidak akan pergi ke mana pun."     

Kata-kata Anna membangkitkan kenangan Roland di masa lalu. Roland ingat Anna pernah mengatakan hal yang sama sebelumnya.     

"… Aku ingin hidup seperti orang normal, tetapi aku tidak peduli tentang hal itu. Aku hanya ingin tetap bersamamu, hanya itu saja." kata Anna dengan pelan.     

"Apa yang kamu bicarakan? Aku tidak akan pergi ke mana-mana." kata Roland.     

Dulu, Anna adalah seorang gadis mungil yang lemah yang pernah meringkuk di sudut sel penjara, ia adalah gadis yang rajin mempraktikkan kemampuannya dalam balutan pakaian pelayan, ia adalah gadis muda pemberani yang menciptakan kobaran api besar dan menyelamatkan tembok kota dari serangan binatang iblis, ia adalah gadis pemalu yang mengangkat kepalanya dan menciumku, dan kini Anna sudah menjadi seorang wanita muda cantik yang memintaku untuk mendampinginya pada Hari Kebangkitannya ….     

Kenangan demi kenangan akan Anna sejak pertama kali mereka bertemu melintas di benak Roland satu per satu.     

Tanpa disadari, mereka berdua telah membangun begitu banyak kenangan bersama-sama.     

"… Itu benar." Roland merapikan rambut Anna yang halus dan membelai punggungnya yang mulus. "Kini kamu ada di sini bersamaku."     

"Perasaan cinta benar-benar aneh dan sulit dipahami," pikir Roland dalam hati. "Meskipun ini hanyalah kata-kata yang tidak berarti dan konyol, kata-kata Anna bisa menghangatkan dan meluluhkan hatiku, dan tidak ada orang yang bisa membuatku merasa seperti ini selain Anna."     

Setelah itu mereka berdua terdiam cukup lama. Kemudian, tepat ketika Roland berpikir bahwa Anna sudah tertidur, gadis itu berbicara.     

"Aku adalah seorang penyihir." kata Anna.     

"Aku tahu." jawab Roland.     

"Wendy memberitahuku bahwa kami para penyihir tidak akan bisa mengandung dan melahirkan anak," gumam Anna. "Hal ini akan membuatmu sulit di masa depan."     

"Aku tidak takut," jawab Roland dengan mantap. "Dibandingkan dengan Pertempuran Besar Ketiga yang akan datang, itu bukan apa-apa." Roland pernah menghabiskan waktu sambil mempertimbangkan bagaimana ia akan mendapatkan ahli waris baginya, tetapi pemikiran itu sirna setelah ia mendengar penjelasan Agatha mengenai Pertempuran Besar Ketiga. Pertempuran yang akan menentukan nasib seluruh umat manusia sudah dekat. Semua kerajaan akan hancur total jika mereka tidak dapat mengalahkan serangan iblis. Dibandingkan dengan masalah ini, masalah untuk mendapatkan seorang ahli waris bukanlah sesuatu hal yang penting.     

Roland terdiam sejenak ketika memikirkan hal ini. Beberapa saat kemudian, Roland melanjutkan, "Sebenarnya, aku merasa agak khawatir sebelumnya."     

"Tentang apa?" tanya Anna.     

"Aku khawatir kamu akan menggunakan alasan kemandulan itu untuk menolakku."     

"Mengapa kamu berpikir begitu?" Anna tampak bingung. "Aku selalu ingin bersamamu, tidak peduli meski aku ini seorang penyihir atau bukan."     

Roland tertawa terbahak-bahak ketika mendengar jawaban Anna. "Memang, sejak pertama kali aku bertemu Anna, ia selalu seperti itu … lugas, tidak pernah berbelit-belit, dan mampu mengekspresikan apa pun yang ada di pikirannya. Bersama Anna, tidak akan pernah ada kasus kesalahpahaman seperti dalam adegan drama Korea yang 'aku sebenarnya menyukaimu, tetapi aku tidak bisa mengatakan perasaanku padamu.' Tampaknya aku memang terlalu banyak berpikir selama ini."     

Selagi mereka berdua mengobrol, Roland mulai merasakan tubuhnya mulai bergairah kembali. Merasakan ada perubahan pada tubuh Roland, Anna menciumi leher Roland dan ia naik ke atas tubuhnya …     

Malam masih sangat panjang ….     

…     

Keesokan harinya, Roland bangun jauh lebih siang dari biasanya. Ketika Roland membuka matanya, matahari sudah berada tepat di atas istana.     

Roland menoleh ke samping tempat tidurnya dan ia sedikit terkejut. Anna tidak ada di sampingnya! "Mungkinkah … yang terjadi semalam itu hanyalah sebuah mimpi?" Roland membungkuk dan menghela napas lega. Untaian rambut berwarna pirang tertinggal di bantal, dan ia masih bisa mencium aroma wangi tubuh Anna di satu sisi pakaiannya.     

"Apa yang sedang kamu lakukan?" Suara Anna tiba-tiba terdengar dari atas kepala Roland.     

Roland mendongak dan ia merasa canggung - ia pasti kelihatan sedang mengendus-endus aroma tubuh Anna sambil berbaring di bantal. "Ehem, aku baru saja menghitung berapa helai rambutmu yang tertinggal di bantal. Hei, kapan kamu bangun?"     

"Aku bangun untuk membawakan sarapan untukmu." kata Anna sambil meletakkan piring yang ia pegang di meja di samping tempat tidur. Tindakan dan gerakan Anna tampak sedikit berbeda dari Anna yang biasanya. "Aku melihatmu masih tidur nyenyak ketika aku bangun dan aku tidak ingin membangunkanmu."     

"Maaf," kata Roland, "Aku seharusnya membantumu menyiapkan sarapan." Setelah melakukan begitu banyak aktifitas bercinta semalam, Roland takut Anna merasa kelelahan meskipun kemampuan pemulihan seorang penyihir sangat luar biasa.     

"Omong kosong apa itu." Anna tertawa dengan lembut. "Kamu adalah seorang pangeran."     

Roland hanya menggelengkan kepalanya dan tidak menyahut. Sebaliknya, Roland malah menarik Anna ke dalam pelukannya. Setelah berpelukan sejenak, Anna menepuk punggung Roland. "Baiklah, sudah cukup. Karena sekarang kamu sudah bangun, cepat habiskan sarapanmu. Aku masih punya banyak pekerjaan yang harus aku lakukan hari ini."     

"Bukankah seharusnya kamu perlu beristirahat selama beberapa hari?"     

"Itu tidak mungkin," jawab Anna dengan mantap. "Tidak lama lagi kita harus menghadapi serangan iblis. Soraya dan Agatha sudah bekerja sangat keras, karena itu tidak mungkin aku hanya bermalas-malasan." kata Anna sambil tersenyum manis. "Sebaiknya kamu juga … Roland."     

…     

Setelah memberikan ciuman perpisahan pada Anna, Roland berjalan ke kantornya dengan perasaan yang begitu lega dan ringan. Ketika Roland membuka pintu kantornya, ia terkejut melihat Tilly yang sudah menunggu dan Tilly duduk di samping meja kerjanya.     

"Selamat pagi." sapa Roland kepada Tilly. "Apa ada masalah?"     

"Hey, hari sudah siang." jawab Tilly sambil tersenyum. "Dan kelihatannya semalam kamu baru bermimpi indah."     

"A … apakah aku terlihat seperti itu?" Roland meletakkan tangan di mulutnya sambil tersipu.     

"Tentu saja, kamu dan Anna tersenyum terus hari ini." sahut Tilly sambil mengangkat bahu dan senyum di wajahnya perlahan menghilang. "Kali ini aku datang untuk mengucapkan selamat tinggal kepadamu."     

Roland tertegun. "Selamat tinggal? Apakah kamu akan kembali ke Pulau Tidur?"     

"Aku sudah terlalu lama tinggal di kota ini. Meskipun aku tetap berhubungan dengan para penyihirku di Fjords melalui surat-menyurat, tetapi … aku harus kembali ke sana cepat atau lambat. Sekarang Bulan Iblis sudah berakhir, tujuan utama dari perjalananku ke kota ini bisa dibilang sudah selesai." Tilly bangkit berdiri dan berjalan ke jendela. "Jangan khawatir. Meskipun aku berada di seberang lautan, aku akan memberimu dukungan dan bantuan secara penuh untuk melawan gereja dan serangan iblis."     

"Tidak bisakah kamu menetap di Wilayah Barat?" Roland melakukan upaya terakhirnya untuk membujuk Tilly agar tetap tinggal. Ada sejumlah besar tanah kosong di tepi selatan Sungai Air Merah. Lahan itu dapat menampung semua penyihir Pulau Tidur."     

"Kita sudah pernah membahas ini sebelumnya." kata Tilly sambil menghela napas. "Ini bukan masalah untuk menemukan tempat tinggal."     

"Sepertinya Tilly sudah mengambil keputusan," batin Roland. Meskipun Roland mengerti bahwa keputusan yang diambil Tilly adalah sebagai tanda kedewasaan dan tanggung jawabnya sebagai seorang pemimpin, Roland merasa sedih karena Tilly akan meninggalkannya. "Setidaknya tinggallah selama 1 minggu lagi di sini. Aku akan menyiapkan beberapa hal yang berguna untuk para penyihir di Fjords."     

"Oh?" Tilly berbalik dan menatap Roland. "Apa saja yang akan kamu berikan?"     

"Buku-buku, program pelatihan, dan beberapa soal latihan." kata Roland sambil menjentikkan jarinya. "Barang-barang ini tidak hanya akan menghemat tenagamu agar kamu tidak repot untuk menyalin tetapi juga berguna untuk meningkatkan efektivitas belajar mereka. Ditambah lagi, aku juga akan mengemas beberapa revolver untuk kalian. Senjata ini dapat digunakan untuk melindungi diri jika kalian menghadapi musuh yang memakai Batu Pembalasan Tuhan. Nanti juga akan ada 2 mesin uap yang dapat kalian gunakan untuk memompa air untuk sistem irigasi dan mengekstrak garam."     

"Oh baiklah …" Tilly membalikkan tubuhnya. "Terima kasih banyak."     

"Dan pada Hari Peletakan Batu Pertama," Kata Roland sambil menekankan setiap ucapannya. "Aku harap pada hari itu, kamu bisa bergabung denganku untuk menyaksikan proses pendirian Kota Tanpa Musim Dingin."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.