Bebaskan Penyihir Itu

Sebuah Sumpah



Sebuah Sumpah

0…      1

Tanpa cahaya lilin yang bergoyang-goyang atau api yang berderak di perapian, ruangan itu terasa begitu hangat dan menyenangkan berkat sistem pemanas yang baru. Orang-orang tidak akan merasa kedinginan bahkan meski mereka hanya mengenakan pakaian tipis. Batu Cahaya di tempat tidur menyinari ruangan — cahayanya berwarna kuning dan dengan lembut menyinari seprai dan karpet, semua perpaduan ini menghasilkan suasana nostalgia yang indah.     

Sambil duduk di samping tempat tidur dan mendengarkan suara gemericik air yang sesekali terdengar dari saluran air, Roland merasa seolah-olah ia sedang bermimpi. Sepertinya Roland tidak sedang berada di suatu kerajaan terbelakang atau berada dalam masyarakat modern yang penuh dengan produk-produk elektronik, melainkan ia merasa seperti sedang berada di suatu tempat dari … masa kecilnya.     

Ingatan masa kecil Roland sangat mirip dengan pemandangan yang terhampar di depannya — semuanya ditutupi oleh warna kuning yang lembut.     

Satu-satunya perbedaan adalah Anna tidak ada dalam ingatan masa kecil Roland.     

Mengingat akan hal ini, Roland berbalik dan menatap Anna yang sedang duduk di sisi tempat tidur.     

Anna sedang membaca sebuah buku cerita. Poninya berkilauan di bawah cahaya lampu dan bulu matanya yang panjang sesekali bergetar, membuat matanya terlihat sangat indah. Namun, anggota tubuh Anna paling luar biasa adalah kedua bola matanya yang bening seperti batu safir, yang berwarna biru seperti air danau yang jernih. Satu-satunya perbedaan dari satu tahun yang lalu adalah sepasang mata ini tidak lagi tampak seperti air danau yang tenang.     

Keberadaan Anna saja sudah membuat segala sesuatunya sangat jelas. Anna tidak hanya berbeda dari semua hal yang ada di sini, tetapi ia juga merupakan pemisah antara realita dengan memori yang ada di benak Roland. Melihat Anna, Roland merasa bahwa semuanya terasa sangat nyata.     

"Apa yang kamu lihat?" Anna sudah meletakkan Kitab Sihir itu dan menatap Roland. "Kamu memperhatikan aku?"     

"Ehem …" Roland mengalihkan pandangan matanya tanpa sadar, tetapi ia dengan cepat menatap Anna kembali. "Hehehe … tebakanmu benar."     

Setelah menghabiskan waktu sekitar satu tahun bersama-sama, Roland dan Anna sudah semakin dekat satu dengan yang lain. Roland tidak lagi bersikap pasif seperti sebelumnya, dan karena mereka sedang berduaan di kamar, sikap Roland menjadi lebih terbuka mengenai semua perasaannya yang selama ini ia pendam.     

Roland dan Anna saling memandang dan mereka tertawa pada waktu yang bersamaan.     

"Apakah kamu pikir keinginanku agak terlalu keras kepala?" Anna menggelengkan kepalanya dan tersenyum. "Sudah jelas semua orang peduli padaku, tetapi aku malah menjauhi mereka semua."     

"Jangan khawatir." Roland berkata sambil membelai rambut Anna, "Mereka hanya terkejut dengan reaksimu pada saat itu."     

"Kalau bukan karena 'metode kuno' yang disarankan oleh Agatha, aku tidak akan membuat permintaan ini," kata Anna sambil menjulurkan lidahnya - itu sesuatu yang lucu yang jarang ia lakukan. "Tetapi aku menganggap saudari yang lain juga pasti akan melakukan hal yang sama. Kamu akan sangat sibuk nanti."     

Roland tersenyum pasrah dan berkata, "Kurasa mereka hanya akan meminta imbalan beberapa buah roti es krim."     

Setelah mengetahui bahwa Anna akan melewati Hari Kebangkitannya yang kedua, Agatha langsung menyumbangkan pengalamannya yang ia peroleh di Kota Suci Taquila — menurut penelitian Perkumpulan Taquila, pada Hari Kebangkitan atau Hari Kedewasaan, seorang penyihir harus menguras kekuatan sihirnya untuk mengurangi pengaruh Siksaan Iblis. Selain itu, emosi penyihir juga sangat penting - emosi positif karena rasa bahagia dan kenyamanan akan sangat meningkatkan daya tahan mereka. Untuk beberapa penyihir yang dianggap cukup penting, Pusat Persatuan Penyihir bahkan akan mengutus personel mereka untuk memenuhi semua keinginan penyihir itu pada Hari Kedewasaan mereka.     

Setelah mengetahui hal ini, Anna meminta agar Roland yang menemaninya pada Hari Kebangkitannya.     

"Berkat Agatha, aku bisa bersenang-senang." kata Anna. "Waktu itu aku tidak bisa melewati Hari Kedewasaan bersamamu, tetapi sekarang aku bisa menebusnya pada Hari Kebangkitanku."     

Melihat ekspresi Anna yang tulus, Roland tersipu. Roland berdeham lalu mengeluarkan sebuah buku tipis yang dibalut dengan pita berwarna-warni dari balik punggungnya, lalu ia menyerahkan buku itu kepada Anna. "Ini hadiah untuk Hari Kebangkitanmu."     

Alasan mengapa Roland terburu-buru menyelesaikan tulisan untuk buku kalkulus tingkat lanjutan itu adalah agar ia bisa menyelesaikan buku itu sebelum Hari Kebangkitan Anna yang kedua. Bagi seorang penyihir, Hari Kebangkitan lebih penting daripada hari ulang tahun dan bisa dianggap sebagai hari kelahiran kembali. Roland selalu merasa sulit untuk memilih hadiah apa yang tepat untuk Anna, dan kali ini juga sama. Setelah memeras otaknya, Roland memutuskan untuk memberi Anna buku pengetahuan baru itu sebagai hadiah — Anna memiliki bakat dalam pelajaran dan ia juga memiliki keinginan kuat untuk mempelajari ilmu pengetahuan baru, jadi Roland berusaha memilih hadiah yang tepat untuk Anna.     

Namun kali ini, setelah menerima buku itu Anna tidak langsung membuka bukunya seperti dulu. Malah, Anna langsung meletakkan hadiahnya bersama dengan Buku Sihir. "Terima kasih." kata Anna.     

"Buku cerita itu … apakah kamu sudah selesai membacanya?" tanya Roland.     

"Belum." Anna menggelengkan kepalanya. "Tetapi aku ingin mendengar sesuatu yang istimewa."     

"Sesuatu yang istimewa?" Roland merasa kebingungan.     

"Benar." kata Anna sambil tersenyum, "Aku ingin mendengar kisah hidupmu — terakhir kali aku tertidur saat sedang mendengarkan ceritamu dan hari ini aku harap aku bisa mendengar kelanjutannya."     

"Apakah maksud Anna hari ketika kami berbaring di tempat tidur bersama-sama waktu itu?" pikir Roland sambil mengulum bibirnya. Tiba-tiba Roland merasa ingin memberitahukan Anna mengenai identitas aslinya, dan tidak berusaha menyembunyikannya lagi. "Apakah kamu masih ingat, aku pernah memberitahumu bahwa aku dulu tinggal di sebuah kota besar? Kota besar yang aku maksud itu bukan di Kerajaan Graycastle."     

"Aku tahu." sahut Anna.     

"Hah?" Jawaban Anna membuat Roland terkejut.     

"Ketika aku memikirkan ceritamu, aku menyadari bahwa kisah yang kamu ceritakan itu tidak mungkin terjadi di Istana Kota Raja," kata Anna sambil tersenyum. "Jangan lupa, aku sudah berulang kali membaca buku Sejarah Kerajaan Graycastle."'     

"Begitukah?" Roland merasa ragu sejenak. "Sebenarnya aku …."     

"Kamu tidak perlu mengatakan apa-apa." Anna menghentikan kalimat Roland. "Kamu merasa ragu-ragu, itu artinya tidak mudah bagimu untuk mengatakan kebenaran itu, bukan? Kalau begitu jangan katakan apa-apa. Selain itu, sebenarnya tidak sulit menebak apa yang kamu maksud. Aku yakin bukan hanya aku yang memiliki perasaan ini. Semakin aku mengenalmu, semakin aku yakin dengan apa yang aku rasakan — kamu memang berbeda dari orang lain." Anna berhenti sejenak. "Bagaimana jika … kita bertaruh."     

"Bertaruh … apa?" tanya Roland.     

"Mari kita bertaruh seberapa banyak aku bisa menebak tentang kisah hidupmu." kata Anna.     

Tiba-tiba Roland teringat sebuah permainan yang biasa ia mainkan ketika ia masih kecil yang bernama: 'kapsul waktu'. "Cara memainkan permainan itu adalah: tuliskan harapan dan keinginan yang kita inginkan di masa depan dalam secarik kertas, lalu masukkan catatan itu ke dalam sebuah kaleng, kemudian tanam atau sembunyikan kaleng itu di suatu tempat dan keluarkan kaleng itu beberapa tahun kemudian … meskipun sebagian besar kaleng yang ditanam atau disembunyikan itu akan hilang, beberapa kaleng masih bisa ditemukan kembali, dan ketika kita melihat catatan yang kita tulis bertahun-tahun yang lalu, itu akan memberikan sebuah sensasi perasaan nostalgia yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata."     

Roland tidak bertanya tentang taruhan itu. "Tidak masalah siapa yang menang dan siapa yang kalah, karena Anna mungkin mengusulkan taruhan itu hanya untuk menghiburku, daripada berusaha mencari tahu identitas asliku." pikir Roland. Roland harus mengakui, di antara semua penyihir, Anna adalah orang yang paling memahami dirinya.     

"Setuju." jawab Roland sambil mengangguk.     

"Sampai di mana ceritamu waktu terakhir kali?" tanya Anna.     

"Aku menyelesaikan program pendidikanku di bawah bimbingan guruku …" jawab Roland sambil tertawa. "Mari kita lanjutkan kisahnya dari sini."     

Ketika fajar bersinar di langit, Anna sudah berhasil melewati Hari Kebangkitannya dengan selamat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.