Bebaskan Penyihir Itu

Bom Yang Mematikan



Bom Yang Mematikan

0Tempat latihan menembak telah diatur di halaman belakang istana.      4

Semua penyihir yang terpilih untuk ikut dalam rencana investigasi telah mendapatkan sebuah revolver, termasuk Sylvie.     

Setelah dua hari membiasakan diri dan belajar menguasai cara memegang revolver yang benar, pelatihan itu menjadi semakin intens dan para penyihir akan berlatih menembak secara langsung. Latihan itu termasuk menembak sasaran sejauh sepuluh meter dan menembak dengan gerakan cepat sejauh lima meter sehingga para penyihir dapat menghadapi serangan dari jarak dekat maupun serangan mendadak.     

Latihan menembak secara langsung membuat para penyihir itu gugup, meski awalnya mereka tampak cukup bagus dalam latihan memegang senjata sebelumnya.     

Terutama ketika bunyi letusan revolver menggelegar, kebanyakan dari mereka menutup telinga dan menjatuhkan revolver yang sedang dipegang. Nightingale mengerutkan alisnya melihat tingkah para penyihir itu.     

Semua penyihir itu bertingkah gugup, kecuali Anna.     

Anna mempertahankan posisi sambil memegang revolver itu, ia menarik pelatuknya berkali-kali, Anna tampak tidak terganggu dengan suara tembakan yang kencang dan asap bubuk mesiu. Sikap Anna tampak tenang dan mantap ketika menembakkan revolver itu.     

"Apakah Anna juga berbakat dalam hal lain selain pelajaran?" pikir Roland dengan penuh kekaguman. "Hentakan revolver masih tetap kuat meski larasnya sudah diisi dengan peluru. Bagaimana Anna bisa tetap menjaga lengannya tetap lurus sambil terus menembak?"     

Karena penasaran, Roland mendekati Anna dari belakang dan melihat dua buah bola Api Hitam miliknya menempel di gagang revolver, menahan revolver itu dengan kencang di udara, sementara Anna hanya berdiri dan berpura-pura menembak tanpa menyentuh revolver itu. Roland menepuk bahu Anna dan Anna mengeluarkan bola Api Hitam yang ia pasang sebagai sumbat di telinganya, wajah Anna berbinar-binar seakan menunggu pujian dari Roland. "Bagaimana menurutmu? Aku bisa mengenai semua sasaran tanpa meleset!"     

Roland tidak tahu apakah ia harus tertawa atau menangis, lalu ia berkata sambil berteriak, "Dilarang menggunakan kekuatan sihir dalam latihan."     

"Oh, mengapa begitu?"     

"Kamu akan kebingungan ketika berhadapan dengan musuh yang mengenakan Liontin Penghukuman Tuhan." jawab Roland sambil menghela nafas dan mengulurkan tangannya untuk menutup telinga Anna. "Sekarang kamu tidak perlu merasa takut lagi."     

"Baiklah," kata Anna, matanya yang jernih berbinar-binar dengan ceria. Anna kembali mengisi amunisi di revolvernya dan mulai membidik.     

"Maggie, kemarilah dan bantu aku menutup telingaku," teriak Kilat dengan nada cemburu.     

"Hah?" Maggie menunjuk ke arah revolver yang sedang dipegangnya.     

"Oh ya, kamu tidak bisa menggunakan revolver jika kamu berubah menjadi seekor burung." kata Kilat sambil mengedipkan matanya. "Kamu bantu aku dengan menutup telingaku terlebih dahulu, kemudian aku akan melakukan hal yang sama untukmu."     

"Baiklah!"     

Tembakan yang terdengar tanpa henti itu telah menarik perhatian para penyihir lain di istana untuk berkumpul di halaman, dan mereka semua juga ingin mencoba untuk menembak. Akhirnya, hampir semua penyihir maju dan belajar cara menggunakan senjata api.     

Hati Roland dipenuhi dengan berbagai macam perasaan ketika melihat sekelompok gadis yang lincah dan riang memainkan senjata di tangan mereka dengan penuh semangat.     

Roland masih ingat bagaimana penampilan mereka ketika pertama kali bertemu dengan para penyihir itu.     

Anna yang lemah dan kurus seperti batang bambu, matanya tidak bersinar dan wajahnya pucat dengan ekspresi yang membosankan.     

Nightingale, yang dulunya jarang tersenyum, kini lebih sering tersenyum apa pun yang sedang ia rasakan, atau mungkin selama ini ia hanya memasang wajah ceria untuk menyembunyikan perasaannya yang sebenarnya.     

Wendy, yang tidak bisa menyembunyikan rasa lelah di balik gaya bicaranya yang lembut; Daun yang tampak lugu dan bingung, yang mempertaruhkan hidupnya demi masa depan yang lebih baik; dan juga Lily, yang selalu bersikap hati-hati dan waspada seperti seekor kucing.     

Juga ada Kilat, Si Bulan Misteri, Si Burung Kolibri, Gulir, dan penyihir lainnya ….     

Bagi para penyihir itu, setelah mengalami penindasan, dijebak, dan diburu, bisa bertahan hidup saja sudah cukup beruntung, mereka tidak punya waktu untuk memikirkan masa depan yang mereka inginkan. Tetapi sekarang, mereka semua benar-benar sudah berubah.     

Tubuh mereka penuh dengan daya tarik yang unik, dan mata mereka berkilauan dengan indah, mereka tidak bingung lagi menyongsong masa depan. Selain bertahan hidup, mereka dapat mengejar hal-hal lain, hal-hal yang sama indahnya dengan kehidupan yang indah ini.     

Roland merasa kuat dan mampu setiap kali ia melihat rasa terima kasih dan kepercayaan yang terpancar di mata para penyihir itu terhadap dirinya.     

…     

Setelah makan siang, tiba saatnya untuk berlatih latihan yang lain, latihan yang telah dirancang Roland khusus untuk menghadapi 'Serangan Musim Gugur'. Hanya tiga penyihir yang berlatih dalam latihan ini, yaitu Anna, Wendy, dan Kilat sementara penyihir lain boleh beristirahat lebih awal.     

Jumlah paling sedikit yang Roland butuhkan untuk melakukan serangan udara terhadap Timothy adalah bersama ketiga orang penyihir ini.     

Setelah mempertimbangkan dengan cermat, Roland menetapkan waktu untuk menyerang Timothy di minggu kedua musim gugur. Jika Roland melancarkan serangan terlalu cepat, ia akan tergesa-gesa untuk membuat persiapannya, sementara jika terlambat menyerang, ia akan kehilangan kesempatan untuk mencegah Timothy mengirim pasukan terlebih dahulu — serangan udara tidak akan mampu mencapai hasil yang Roland inginkan jika Timothy memutuskan untuk memberi pil kepada penduduk Kota Raja dan meluncurkan serangan besar-besaran ke Wilayah Barat.     

Itulah sebabnya Roland harus memulai 'Serangan Musim Gugur' sebelum Timothy dapat menyelesaikan proses untuk merekrut pasukannya.     

Untuk memenuhi 'ancamannya', Roland berencana menjatuhkan bom seberat dua ratus lima puluh kilogram tepat di atas istana Graycastle. Bom yang lima kali lipat lebih berat dari berat badan Nightingale, akan dijatuhkan dari ketinggian dua ribu meter dari udara, dan bom itu akan mengenai kubah istana, dan meledak di dalam istana itu.     

Perlahan, keranjang besar yang membawa bom simulasi padat itu dibawa terbang ke langit. Karena kali ini Roland ikut terbang bersama para penyihir, bom padat itu dibuat sedikit lebih ringan dari berat badan Nightingale, namun bentuknya sama dengan bom pesawat sungguhan yang ada di zaman modern. Bom itu dilengkapi dengan sumbu yang stabil dan parasut untuk memastikan agar bom itu tetap jatuh secara vertikal dan mempertahankan kecepatan jatuhnya dengan maksimal.     

Keranjang balon udara itu dimodifikasi khusus untuk mengakomodasi saat bom dijatuhkan. Braket besi yang terletak di tengah keranjang dipasang untuk menahan bom tetap tegak, dan setengah badan bom dibiarkan mencuat keluar dari bagian bawah keranjang. Menarik katup penutup keranjang akan menyebabkan katupnya terbuka dan melepaskan bom yang jatuh ke bawah.     

Ketika mereka naik perlahan ke langit, Kota Perbatasan terlihat menyusut sampai begitu kecil sementara Sungai Air Merah tampak berubah seperti renda yang berkilauan dengan cahaya keperakan.     

"Ini pertama kalinya aku berdiri di tempat yang sangat tinggi seperti ini," kata Wendy sambil memandang keluar melalui keranjang dan berkata, "Aku merasa seluruh Wilayah Barat jadi begitu kecil."     

"Itu karena Wilayah Barat memang sangat kecil," kata Roland sambil tertawa, "Lihatlah Tanah Barbar yang ada di utara. Kita akan pergi ke sana nantinya."     

"Apakah kalian ingin terus terbang lebih tinggi? Aku hampir tidak bisa melihat di mana sasaran kita," Kilat berteriak dari luar keranjang.     

"Kita pasti berhasil." jawab Roland sambil mengangguk ke arah Anna dan kemudian ia memberi isyarat kepada Kilat agar gadis itu bersiap-siap.     

Roland tidak dapat memperkirakan ketinggian saat ini dengan akurat, namun ia yakin ketinggian saat ini lebih dari seribu meter — ketinggian ini tidak hanya aman untuk melancarkan serangan tetapi juga efektif untuk mencegah musuh melihat balon udara di langit.     

Namun, Roland harus bergantung pada dewa keberuntungan agar bomnya mengenai sasaran ketika dijatuhkan dari ketinggian lebih dari seribu meter, kecuali jika bom itu dilengkapi dengan sistem kontrol untuk mengendalikan serangan dengan tepat.     

Kilat yang akan bertanggung jawab untuk membidik sasarannya.     

"Jatuhkan bomnya," kata Roland.     

Ketika Wendy menarik katup untuk melepaskan bom, arus angin berhembus kencang ke keranjang, dan Anna segera menutup lubang dengan penutup yang sudah disiapkan dan mengencangkan braket besinya. Koordinasi mereka sudah lancar dan baik setelah melakukan latihan berkali-kali.     

"Apakah bom itu mengenai sasaran?" Wendy bertanya sambil merapatkan diri ke keranjang balon udara.     

"Kita akan mengetahuinya saat mendarat nanti." kata Roland sambil mengangkat bahu.     

Kilat yang ikut menukik ke bawah bersamaan pada saat bom itu dijatuhkan yang akan menyesuaikan bom itu agar tidak melenceng dari sasaran. Begitu mendekati sasaran, Kilat akan menarik tali untuk melepaskan parasut. Dengan cara ini, bom itu akan mendapatkan energi kinetik yang cukup selama beberapa ratus meter terakhir hingga bisa mengenai dan menembus kubah istana.     

Dalam hal ini, bom yang jatuh dari ketinggian yang cukup tinggi bisa memastikan bahwa pendaratan bom itu juga bisa dikontrol.     

Setelah itu, yang perlu dilakukan hanyalah melakukan prosedur yang sama berulang kali.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.