Bebaskan Penyihir Itu

Beraksi Di Kota



Beraksi Di Kota

1"Apakah kamu sudah mendapatkan obat suci itu?" Si Palu Hitam tiba-tiba bertanya dengan semangat.     4

"Obat suci?" Theo langsung mencibir. "Obat milikku juga dapat menyembuhkan orang yang terinfeksi tanpa obat dari gereja." Theo mengeluarkan dua kantung kecil dari pinggangnya dan meletakkan obatnya di atas meja. "Menyalahkan para penyihir itu sebagai penyebab wabah itu adalah trik yang digunakan oleh gereja, lagi pula, orang yang sudah mati tidak akan bisa membela dan bersaksi bahwa itu bukan kesalahan para penyihir."     

Si Palu Hitam merasa bingung dan mengambil salah satu kantung obat itu, ia mengocok kantungnya dan melepaskan tali pengikat botolnya serta mengendus baunya. "Obat ini tidak berbau?"     

"Bawalah obat ini kepada Cincin Perak dan Pott dan suruh mereka meminumnya, silahkan buktikan jika obat ini asli atau palsu," kata Theo, "Si Cincin Perak dan Pott pasti masih berada di dalam kedai itu, bukan."     

"Karena mereka berdua terinfeksi, aku menyuruh mereka bersembunyi di ruang bawah tanah, dan sejak saat itu mereka belum juga keluar dari sana. Karena sekarang orang yang terinfeksi mudah diserang jika berada di jalanan, dan "Kerangka Jari" tidak akan mengizinkan mereka yang terinfeksi untuk masuk ke dalam kedai," Si Palu Hitam mengambil kantung itu sambil berkata, "Baiklah Tuan Theo, aku akan mencoba obat ini kepada Si Cincin Perak dan Pott."     

Ketika Si Palu Hitam sudah pergi, Hill masih menatap meja, ia tidak mengatakan sepatah kata pun, dan sikapnya itu membuat Theo menggelengkan kepala.     

Sebagai orang biasa yang hidup di tengah-tengah Wabah Iblis yang sedang merajalela, ketika mendengar bahwa obat ini dapat menyembuhkan penyakit, bagaimana Hill bisa bersikap begitu tenang? Bahkan meski Hill tidak berniat untuk melihat obatnya, setidaknya ia bisa bertanya lebih banyak mengenai obat itu. Sebagai seorang mata-mata, cara kerja seperti itu sungguh tidak pantas.     

"Obat ini benar-benar dapat menyembuhkan wabah iblis?" seru Si Jari Kelingking, "Tuan Theo, bagaimana kamu bisa mendapatkan obat ini?"     

Bahkan seorang gadis kecil masih bereaksi lebih baik daripada Hill. Theo meminum segelas anggur dan berkata, "Tentu saja, Yang Mulia yang berada di istana yang memberikan obat ini kepadaku. Selain Yang Mulia, siapa orang yang berani menentang gereja?"     

Beberapa saat kemudian, Si Palu Hitam sudah kembali bersama Si Cincin Perak dan Pott. "Ya Tuhan, obat ini sungguh luar biasa! Tidak lama setelah meminumnya, bintik-bintik hitam di tubuh mereka langsung menghilang."     

"Tuan Theo, terima kasih atas obatmu." Si Cincin Perak dan Pott langsung berlutut untuk memberi hormat kepada Theo, sementara kulit Pott yang pecah-pecah masih mengeluarkan darah. "Anda telah menyelamatkan hidup kami!"     

"Pertama-tama, sebaiknya kamu membalut lagi lukamu itu." sahut Theo sambil melambaikan tangannya. Meskipun obat yang diberikan Theo bisa menghilangkan penyakit, obatnya tidak bisa menyembuhkan luka yang masih berdarah. Jika orang yang terinfeksi cukup parah ingin pulih sepenuhnya, mereka harus meminum obatnya selama satu minggu atau lebih. "Kalian tidak perlu berterima kasih padaku, sebaliknya kalian harus berterima kasih kepada atasanku. Jika kamu menyelesaikan tugas ini dengan baik, kamu bisa memiliki kesempatan untuk menyingkirkan status sebagai anggota geng Tikus Jalan Hitam."     

"Bukan begitu, maksud kami apakah majikan Anda akan memperbolehkan kami untuk menjual obatnya?" Si Palu Hitam bertanya dengan penuh semangat. Tampaknya Si Palu Hitam menyadari bahwa jika ia bisa menjual obat khusus itu, ia bisa mendapatkan pendapatan tambahan.     

"Benar, atasanku sangat murka karena gereja telah menipu orang-orang dengan menjual obat-obatan itu. Jika gereja ini terus melakukan hal-hal seperti ini, aku khawatir seluruh Kota Raja akan menjadi pengikut gereja yang paling besar, melebihi wilayah kekuasaan Wimbledon," Theo berkata dengan muram, "Selain itu, atasanku tidak ingin melihat para pengungsi itu hidup melarat di Kota Raja yang besar seperti itu. Karena itu, obat ini tidak dapat dijual dengan harga tinggi, agar semua orang sipil bisa turut mendapatkan obat ini." Theo mengambil dua kantung obat lagi dan berkata, "Obat ini bisa dijual, dengan harga tertinggi sebanyak sepuluh keping perak."     

"Sepuluh … sepuluh keping perak!?" Si Palu Hitam berseru sambil membelalakkan mata.     

"Benar, kamu harus membayar enam keping perak kepada atasanku, dan sisanya menjadi milikmu" kata Theo, "Dan obatnya cukup untuk menyembuhkan lima ribu sampai enam ribu orang, sehingga kamu masih bisa mendapatkan keuntungan setidaknya beberapa ratus keping emas. Bahkan jika kamu membagikan obat itu dengan adil, keuntungan yang kamu dapatkan akan cukup besar, dan uang itu masih cukup untuk kamu habiskan seumur hidupmu."     

Si Palu Hitam, Cincin Perak dan Pott saling berpandangan dengan ragu, mereka menatap kantung yang berada di atas meja seolah-olah mereka sedang mempertimbangkan cara lain untuk mendapatkan keuntungan yang lebih banyak dari obat-obatan itu.     

Theo bisa menebak apa yang sedang dipikirkan oleh Tikus-tikus ini.     

Obat itu sendiri tidak memerlukan biaya produksi apa pun, dan tidak apa-apa jika diberikan secara cuma-cuma kepada orang-orang yang sakit. Namun, jika Theo mendistribusikan obat itu sendiri, cara seperti itu tidak efisien dan terlalu menarik perhatian. Dengan cara menyuruh Tikus yang mendistribusikan obatnya, hal ini bisa mengurangi risiko ketahuan oleh orang-orang Timothy, dan harga sebesar sepuluh keping perak masih terjangkau bagi sebagian besar penduduk. Tentu saja, para Tikus ini tidak dapat ​menjual obatnya dengan harga yang terlalu rendah, tetapi apakah nantinya mereka menjual obatnya ke Dalam kota atau menjualnya di Pasar gelap, mereka bertiga masih bisa mendapatkan penghasilan yang besar.     

Pada akhirnya, separuh obat itu bisa dijual kepada warga sipil dengan harga murah, tetapi itu bukan fokus utama Theo. Tugas yang diberikan oleh Yang Mulia kepada Theo adalah untuk menggagalkan konspirasi gereja sebisa mungkin, selama semua orang mengerti bahwa obat suci dari gereja bukanlah satu-satunya penangkal untuk memerangi wabah iblis, dan obat itu bukanlah sesuatu yang langka atau mahal. Kemudian isi propaganda yang digembor-gemborkan oleh gereja akan dipertanyakan keabsahannya oleh masyarakat, terutama mereka yang sudah membayar mahal untuk membeli obat suci dari gereja. Mereka akan meragukan kebenaran dari gereja bahwa gereja mungkin telah menipu mereka.     

"Aku tahu apa yang kalian pikirkan," kata Theo, "Kalian ingin menyimpan beberapa obatnya dan menjualnya dengan harga tinggi secara diam-diam, atau kalian lebih mengutamakan pembeli yang berani membayar dengan harga tertinggi. Aku tidak akan mencampuri urusan kalian … tetapi jangan lupakan ini." Nada suara Theo menjadi dingin. "Majikanku bukan orang yang bermurah hati, jika kalian tidak ingin menjadi mayat di selokan, sebaiknya kalian lupakan niat buruk kalian itu. Lagi pula, hanya orang yang masih hidup yang memiliki kesempatan untuk menikmati kehidupan ini, bukankah begitu?"     

"Tetapi apa yang terjadi jika orang lain yang menjual obat itu?" tanya si Cincin Perak.     

"Mudah saja. ​​Semua orang hanya dapat membeli dan langsung meminum obat itu saat mereka membelinya."Theo menjawab dan menoleh kepada Si Palu Hitam. "Bagaimana, apakah kamu mau menjalankan bisnis ini? Apakah kamu tertarik untuk bergabung?"     

Kedai "Peniup Terompet Terselubung" mungkin tidak dapat menjual obat sebanyak itu, jadi aku ingin …."     

Theo memotong perkataan Si Palu Hitam. "Kepada siapa kamu mau menjual dan di mana kamu mau menjual obat itu adalah urusanmu, sedangkan tugasku adalah mengawasi tindakan kalian untuk Yang Mulia."     

Si Palu Hitam menggertakkan giginya dan melihat sekelilingnya. Melihat bahwa Si Cincin Perak dan Pott tidak ada yang merasa keberatan, Si Palu Hitam hitam menghantamkan tinjunya ke meja. "Baiklah, aku terima persyaratan itu!"     

"Bagus sekali." jawab Theo sambil mengangguk. "Ketika matahari terbenam dua hari lagi, kereta yang membawa obat-obatan itu akan tiba di kedai "Peniup Terompet Terselubung". Kamu harus mengatur anak buahmu dan menyebarkan rumor mengenai obat baru. Bekerjalah dengan baik, atasanku tidak suka ada kegagalan."     

Theo ingat bahwa dua hari lagi Tentara Pertama masih akan berada di Kota Raja, dan tidak peduli seperti apa Kota Raja nanti, kota ini tidak akan menimbulkan ancaman lagi bagi Yang Mulia.     

…     

Tidak lama setelah Theo keluar dari kedai itu, Hill menyusul Theo.     

"Apakah kamu ingin bertemu dengan rekan-rekanku? Mereka semua ingin membalas dendam terhadap Timothy."     

"Aku percaya padamu karena kamu telah lulus tes, tetapi itu tidak berarti aku percaya kepada mereka juga." jawab Theo sambil menggelengkan kepalanya. "Jika kamu tidak tertangkap hari ini, apa rencana yang hendak kamu lakukan?"     

"Aku ingin kembali ke Kota Raja untuk menyampaikan berita kepada rekan-rekanku yang lain dan menanyakan pendapat mereka, apakah kami masih harus terus mengawasi keadaan lebih lama lagi, atau langsung pergi bertemu dengan Yang Mulia Roland," jawab Hill.     

"Oh, begitukah?" Theo bertanya dengan penasaran, "Apa pendapatmu mengenai Yang Mulia Roland Wimbledon?"     

Hill merasa ragu sejenak dan akhirnya berkata, "Aku rasa Yang Mulia Roland Wimbledon berbeda dari kaum bangsawan pada umumnya, karena hanya sedikit orang yang mau menyelamatkan seorang pelarian seperti diriku, dan … Yang Mulia juga memperlakukan para penyihir dengan baik. Jika Timothy melakukan hal yang sama seperti Yang Mulia Roland, istriku pasti masih … " Hill terdiam sejenak. "Karena itu, aku ingin bekerja untuk Yang Mulia."     

"Kalau begitu kembalilah kamu ke Kota Raja dan jangan mengatakan apa-apa, seolah-olah kamu tidak melihat kejadian apa-apa di dermaga."     

"Mengapa kamu …" Hill mendongak menatap Theo dengan tatapan tidak percaya.     

"Seorang mata-mata yang baik harus bisa menyembunyikan rahasia di dalam hatinya, dan tidak membicarakan rahasianya dengan orang lain, terutama pada saat-saat yang penting seperti ini," kata Theo dengan perlahan, "Jika kamu ingin bekerja untuk Yang Mulia Roland, ada banyak hal lain yang perlu kamu pelajari."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.