Bebaskan Penyihir Itu

Camilan Tengah Malam



Camilan Tengah Malam

1Setelah makan malam, Anna membawa satu kantung besar berisi Jamur Paruh Burung[1] ke dapur.      1

Jamur Paruh Burung itu telah dipetik oleh Maggie dari Hutan Berkabut. Jamur ini berbeda dari jamur biasa, karena Jamur Paruh Burung biasanya tumbuh di puncak pohon besar dan hidup dengan cara menyerap nutrisi pada pohon tersebut. Jamur ini juga merupakan makanan favorit burung-burung. Batang tebal jamur ini rasanya lunak seperti daging yang empuk, dan rasanya sungguh lezat. Sulit menemukan Jamur Paruh Burung karena lokasinya yang tinggi di atas pohon. Tidak banyak orang yang mau memanjat pohon hanya untuk memetik jamur.     

Ibu Anna selalu memetik Jamur Paruh Burung pada hari ulang tahun Anna dan mereka merayakan hari ulang tahunnya dengan memasak dua macam hidangan yang terbuat dari jamur. Dibandingkan dengan roti yang kering dan kasar serta bubur gandum yang terasa hambar, rasa lezat jamur ini tidak mudah dilupakan begitu saja. Meskipun Anna tidak perlu merasa khawatir lagi akan kelaparan dan makanan yang ia makan kini jauh lebih mewah, ia masih ingin membuat dua hidangan khas yang spesial ini dan memberikan makanan ini kepada Pangeran Roland yang selalu sibuk bekerja.     

Tungku di dapur sudah dipadamkan. Namun, itu bukan masalah bagi Anna. Anna mengeluarkan Api Hitam miliknya dan apinya segera menyala di tungku.     

Pada saat itu, Nightingale menembus keluar dari tembok. "Huh? Apa yang sedang kamu lakukan?"     

"Aku sedang membuat makanan untuk Yang Mulia. Belakangan ini Yang Mulia sering tidur larut malam. Kamu sendiri sedang apa?"     

"Haha." Nightingale menggaruk-garuk bagian belakang kepalanya. "Aku sedang mencari camilan … Aku merasa sedikit lapar." Nightingale berhenti bicara dan melihat ke tungku dengan penasaran. "Apa yang hendak kamu masak?"     

"Umm … aku ingin memasak jamur panggang madu dan sup jamur." Anna membuka kantungnya dan menunjukkan kepada Nightingale satu kantung penuh berisi Jamur Paruh Burung. "Hidangan ini adalah hidangan khas Kota Perbatasan. Apakah kamu ingin mencoba jamur ini?"     

Nightingale mengangguk, dan ia langsung bertanya, "Bisakah kamu mengajari aku cara memasak jamur ini? Aku ingin belajar membuat hidangan jamur ini."     

"Tentu saja." jawab Anna sambil tersenyum. "Cara memasak hidangan ini cukup mudah."     

Anna memotong jamur menjadi irisan-irisan dan menyerahkan sepotong besar irisan itu kepada Nightingale. "Pertama, oleskan mentega di kedua sisi jamur dan panggang di atas api secara perlahan sampai kedua sisi jamur berwarna kuning keemasan. Hati-hati jangan sampai kamu memanggang jamur ini terlalu lama jika tidak jamurnya akan hangus."     

"Baiklah." Nightingale mengambil beberapa irisan Jamur Paruh Burung, dan mengoleskan mentega di kedua sisi jamur itu. "Belakangan ini Yang Mulia bekerja sampai larut malam?"     

"Benar, untuk mengurus akomodasi para pengungsi dan juga menggambar beberapa rancangan mesin baru. Yang Mulia bekerja hingga larut malam hampir setiap hari. Sering kali, ketika aku melewati kantornya, aku masih bisa melihat cahaya dari celah pintu." sahut Anna sambil mengangguk. "Kamu sudah pergi jauh dari Kota Perbatasan selama lebih dari dua minggu. Kamu pasti sangat merindukan Yang Mulia, bukan?"     

Tangan Nightingale bergetar sedikit, dan jamur itu hampir jatuh ke dalam mentega. "Umm … tidak terlalu …."     

"Bukan hanya kamu yang merindukan Yang Mulia. Kilat, Lily, Gema dan Wendy juga sangat merindukan Yang Mulia. Mereka mengatakan bahwa tidak ada kamar mandi di sana. Mereka ingin segera kembali ke Kota Perbatasan." Anna merasa bahwa ekspresi di wajah Nightingale menjadi sedikit aneh. "Hmm? Ada apa?"     

"Tidak apa-apa." Nightingale menggelengkan kepalanya, dan mengambil jamur lagi. Nightingale tersenyum dan pipinya bersemu merah. "Aku mengerti, memang benar … kita semua memang merindukan Yang Mulia."     

"Benar." Anna mengambil jamur yang sudah diolesi mentega dan meletakkan jamurnya di dekat api tungku. "Jika aku meninggalkan Yang Mulia selama lebih dari dua minggu, bukan, selama beberapa hari saja, aku pasti sudah tidak sabar untuk segera bertemu dengan Yang Mulia."     

Pertemuan pertama Anna ketika bertemu dengan Roland Wimbledon di penjara bawah tanah adalah saat-saat yang paling mengesankan dalam hidup Anna. Anna selalu merasa bersyukur ketika ia memikirkan hal itu. Jika bukan karena Pangeran Roland, bahkan jika Anna mampu bertahan hidup sendiri, ia hanya akan hidup dalam kebingungan sama seperti penduduk kota lainnya.     

Pangeran Roland telah mengajari Anna mengenai keindahan dunia ini. Entah memperkenalkan daging panggang lada hitam kepada Anna, atau memberikan buku "Ilmu Pengetahuan Alam", kehadiran Roland dalam hidup Anna mengisi suatu ruang kosong dalam hati Anna, dan itu membuat dirinya merasa unik, dan Anna merasa dirinya berbeda dari orang lain.     

Saudari-saudari penyihir lainnya pasti juga merasakan hal yang sama. Semakin lama mereka menghabiskan waktu dengan Pangeran Roland, semakin mereka kagum dengan kharisma yang unik dan ide-ide Pangeran Roland yang luar biasa. Anna percaya dan yakin akan hal itu.     

"Ahh, sepertinya aku memanggang jamurnya terlalu lama," Nightingale mengangkat garpu besinya, dan melihat satu sisi jamurnya sedikit hangus.     

"Benar, jamurnya sedikit hangus …" Anna tidak bisa menahan tawanya. "Jamur Paruh Burung ini sangat lembut, jadi kamu harus memanggangnya dalam waktu yang tepat. Kamu akan terbiasa memasak jamur ini setelah kamu mencoba beberapa kali lagi. Aku akan menyiapkan bahan-bahan untuk membuat sup."     

Nightingale mengoleskan madu dan menaburkan sedikit garam pada jamur yang hangus itu dan memakan jamurnya. "Mmm, jamur ini sangat enak." Nightingale menatap Anna yang sedang mencampurkan rempah-rempah ke dalam saus, Nightingale bertanya dengan penasaran, "Apakah kamu pernah membuat masakan ini sebelumnya?"     

"Pernah, aku memetik sayuran, menggiling tepung, melakukan pekerjaan paruh waktu untuk kaum bangsawan, mencuci pakaian dan mencukur domba milik tetangga," kata Anna. "Selain pergi belajar ke kelas Profesor Karl, aku menghabiskan sebagian besar waktuku untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan itu." Anna berhenti bicara sejenak dan berkata, "Tetapi setelah ibuku meninggal, ayahku tidak mengizinkan aku pergi ke sekolah lagi, dan bahkan melarangku meninggalkan rumah."     

"Maaf … aku membuatmu bersedih."     

"Oh, tidak apa-apa. Itu semua hanyalah masa lalu." Mata Anna berkilau seperti air danau berwarna biru di bawah sinar bulan. "Dibandingkan dengan para penyihir lainnya, aku sangat beruntung, bukan?"     

Jamur yang diolesi mentega mengkerut sedikit saat dipanggang dan membuat suara berderak. Anna menaburkan garam ke jamurnya dan memanggangnya lagi. Anna menghirup aroma jamur yang lezat dan menggiurkan itu. Aroma mentega yang sudah meleleh bercampur dengan rasa gurih Jamur Paruh Burung. Aroma yang lezat ini membangkitkan nafsu makan. Terakhir, Anna mengoleskan madu ke jamurnya dan menyelesaikan proses pemanggangan yang terakhir. Jamur Paruh Burung dan madunya dapat ditemukan di Hutan Berkabut. Bagi penduduk setempat, adalah suatu keberuntungan jika seseorang bisa menemukan pohon yang memiliki sarang madu dan juga Jamur Paruh Burung yang tersembunyi di atas puncak pohon tersebut.     

Ketika sup jamurnya sudah matang, Anna dan Nightingale menyelesaikan proses pemanggangan jamur dan pembuatan sausnya.     

"Sudah selesai! Masakan kita terlihat enak." Nightingale memakan satu potong jamur lagi. "Ternyata aku cukup berbakat dalam memasak … umm, irisan jamur yang ini sedikit terlalu asin."     

"Dan kita selesai tepat pada waktunya." Anna menatap langit melalui jendela. "Mari kita antarkan makanan ini kepada Yang Mulia."     

"Maukah kamu yang memberikan jamur yang aku masak ini kepada Yang Mulia?" Nightingale melipat kedua tangannya dan memohon kepada Anna, "Tolonglah."     

"Apakah kamu tidak mau ikut denganku untuk mengantarkan makanan ini?"     

"Tidak." jawab Nightingale sambil tersenyum. "Karena aku tidak tahu bagaimana aku bisa menghadapi Yang Mulia ketika aku bertemu dengannya lagi."     

Anna merasa bingung sesaat. Nightingale langsung menghilang tanpa memberi Anna kesempatan untuk bertanya. Apakah Anna harus menanyakan ekspresi aneh di wajah Nightingale itu? Meski sedang tersenyum, sedang bersedih, atau tanpa ekspresi seharusnya tidak menjadi masalah di depan Yang Mulia. Yang Mulia bahkan tidak menyukai penampilan Anna yang putus asa ketika ia pertama kali keluar dari penjara bawah tanah. Mengapa Nightingale menghindari Yang Mulia? Anna tidak mengerti. Anna menggelengkan kepalanya saat ia membawa piring-piring dan makanan ke kantor Roland.     

[1] Nama jamur yang tumbuh di atas pohon     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.