Bebaskan Penyihir Itu

Sebuah Tes



Sebuah Tes

4Setelah makan malam, Candle pergi ke aula istana lebih awal.      2

Gulir mengajar kelas pelajaran dasar di aula setiap malam. Kelas pengajaran itu berbeda dari sekolah tinggi untuk kaum bangsawan yang ada di kota besar, dan para siswa yang menghadiri kelas Gulir adalah para penyihir dari Asosiasi Persatuan Penyihir.     

Tetapi Candle ternyata bukan orang pertama yang tiba di aula. Evelyn yang sudah tiba di sana sedang duduk di meja panjang dan ia melambaikan tangan kepada Candle.     

"Apakah Yang Mulia memberi kamu tugas belakangan ini?" Evelyn langsung menyerbu Candle dengan pertanyaan meski ia baru saja duduk.     

Candle masih ingat tadinya Evelyn memanggil Pangeran Roland dengan sebutan 'Tuan' ketika ia pertama kali datang ke sini. Candle tertawa di dalam hatinya. "Benar, Yang Mulia menyuruhku untuk mengeluarkan kemampuanku pada beberapa gundukan logam berbentuk aneh dan memadatkan logam itu pada suhu ruangan, tetapi aku tidak tahu apa maksudnya Yang Mulia menyuruhku demikian."     

"Begitukah?" kata Evelyn dengan murung, "Yang Mulia belum meminta aku untuk melakukan tugas apa pun."     

"Bahkan materi untuk pelatihanmu juga belum disebutkan?" Candle bertanya dengan penasaran.     

"Tidak, aku hanya berlatih sendiri." jawab Evelyn sambil menggelengkan kepalanya. "Yang Mulia hanya menyuruh aku mencicipi minuman baru yang bernama White Liquor itu sesekali."     

"Mungkin Yang Mulia berpikir seperti ini. Dahulu kamu biasa melayani para tamu di sebuah kedai minuman dan kamu sangat terbiasa dengan rasa minuman keras yang berbeda-beda. Tidak ada banyak penyihir yang seperti kamu."     

"Namun, jika hanya untuk mencicipi minuman keras Yang Mulia tidak membutuhkan seorang penyihir." kata Evelyn memprotes perkataan Candle. "Satu keping emas saja sudah cukup bagi Yang Mulia untuk mempekerjakan seorang pembuat anggur profesional."     

"Uh …" Candle menepuk bahu Evelyn. "Aku pikir Yang Mulia pasti memiliki alasan tersendiri mengapa ia melakukan hal ini."     

"Gulir juga berkata demikian. Tetapi, bahkan aku sendiri … tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan kemampuanku. Aku tidak bisa hanya mengubah air menjadi minuman keras … kecuali Yang Mulia ingin membuat minuman keras yang terbaik dan menjualnya kepada publik? Tetapi para penduduk biasa hanya mampu membeli bir berkualitas rendah. Sedangkan para bangsawan memiliki seleranya masing-masing …" Evelyn meletakkan dagunya di atas meja dan berkata dengan frustasi, "Minuman keras yang dibuat oleh Yang Mulia … menjadi semakin tidak enak untuk diminum, dan aku telah menyarankan agar Yang Mulia mencampurnya dengan air atau jus buah, tetapi sepertinya Yang Mulia hanya ingin membuat minuman keras yang beraroma kuat."     

Candle tidak tahu harus berkata apa selama beberapa saat. Candle juga sependapat dengan Evelyn mengenai hal ini. Setelah pergi ke Pulau Tidur, mereka hanya bisa melakukan beberapa pekerjaan saja untuk menghabiskan sebagian besar waktu. Dengan semakin melimpahnya sumber daya ikan untuk memproduksi minyak ikan, memadatkan batangan lilin menjadi hal yang kurang dianggap berguna dan mereka juga dilarang untuk minum minuman keras oleh Lady Tilly.     

Di Pulau Tidur, bahan-bahan mentah sering dialokasikan sesuai dengan kemampuan penyihir pada saat yang dibutuhkan. Candle kadang-kadang hanya menerima ikan bakar tanpa garam sepanjang hari. Candle tidak memiliki masalah diperlakukan seperti ini dan ia juga bersedia untuk memberikan lebih banyak makanan kepada para penyihir yang mengkonsumsi dan membutuhkan lebih banyak kekuatan sihir, tetapi para penyihir telah dibagi menjadi beberapa kelompok dan perasaan terkucil seperti itu membuat Candle merasa tidak nyaman. Untungnya, Lady Tilly memperlakukan mereka dengan baik dan ia meminta maaf atas pemberlakuan metode distribusi makanan seperti itu, dan ia berjanji akan menyesuaikan dengan keadaan ketika ada sumber daya yang memadai. Karena itu, para penyihir di Pulau Tidur tidak bisa mengekspresikan rasa ketidakpuasan mereka dengan terus terang.     

Tetapi situasi yang Candle alami di Kota Perbatasan tidak pernah ia alami sebelumnya. Duduk di meja yang sama dengan Yang Mulia untuk menikmati makanan, apa yang dikenakan para penyihir dan apa yang diizinkan untuk mereka gunakan juga sangat berbeda. Dan yang terpenting, mereka semua menerima perlakuan yang sama, terlepas dari kemampuan mereka yang berbeda-beda. Hal itu bisa dilihat dari bagaimana cara mereka bergaul dalam kehidupan sehari-hari. Candle sudah sangat merasakan perbedaan cara hidup antara penyihir di Pulau Tidur dengan penyihir di Kota Perbatasan meskipun ia baru tinggal di kota ini selama dua minggu.     

Para penyihir di sini memperlakukan saudari mereka satu dengan yang lain seperti saudari-saudari yang sesungguhnya.     

Hal itu membuat Candle sangat iri kepada para penyihir dari Asosiasi Persatuan Penyihir.     

Ketika semua penyihir duduk, Gulir masuk sambil membawa setumpuk kertas putih. "Aku tidak mengajarkan pelajaran baru hari ini, tetapi aku akan melakukan tes komprehensif atas apa yang telah kita pelajari selama ini."     

"Tes apa itu?" Kilat adalah orang pertama yang mengangkat tangannya dan bertanya kepada Gulir.     

"Benar, apa tesnya?" Maggie ikut menanyakan pertanyaan yang sama seperti Kilat.     

"Kalian sudah belajar selama hampir tiga bulan sekarang, dan Yang Mulia yakin bahwa kalian perlu melalui suatu tes untuk menguji hasil pembelajaran yang kamu pelajari." Gulir tertawa dan melanjutkan, "Semua pertanyaan ada tertulis di kertas-kertas ini, dan tesnya terbagi menjadi tiga bagian, Tes Bahasa Kerajaan, Tes Matematika, dan Tes Ilmu Pengetahuan Alam, total ada enam puluh pertanyaan. Kalian akan mendapatkan poin untuk setiap jawaban yang benar. Tentu saja kalian tidak diperbolehkan untuk mengangkat tangan untuk bertanya jika kalian tidak mengerti pertanyaan yang aku ajukan. Dan, aku yakin kalian pasti sudah bisa membaca dan menulis, jika tidak, kalian tidak akan dapat menjawab bahkan jika kalian mengetahui jawabannya." Gulir berhenti sejenak. "Oh ya, Yang Mulia telah mengatakan bahwa hanya mereka yang menjawab lebih dari setengah pertanyaan dengan benar yang dapat menikmati makanan penutup es krim pada sore hari di akhir pekan. Sisanya yang tidak memenuhi persyaratan tidak diperkenankan untuk ikut dalam pesta minum teh."     

Candle mendengar suara berisik di belakangnya. Candle berbalik dan ia melihat ekspresi di wajah Nightingale yang terlihat syok, dan pena arangnya jatuh ke lantai dan terbelah menjadi dua.     

"Yang Mulia menyebutkan bahwa lima orang penyihir dari Pulau Tidur tidak perlu ikut dalam tes ini. Kalian semua dapat ikut menjawab pertanyaan dengan semua orang atau kalian boleh beristirahat hari ini." Gulir melihat ke arah Candle, Evelyn dan penyihir Pulau Tidur lainnya sebelum melanjutkan. "Tidak peduli berapa poin yang kalian dapatkan, kalian tetap bisa menikmati jamuan pesta minum teh yang lezat."     

"Fiuh," Evelyn menepuk dadanya, ia berbalik dan berbisik, "Aku bahkan belum bisa memahami semua perkataan yang Gulir sampaikan, jadi kupikir aku pasti tidak akan diizinkan untuk makan es krim."     

Honey dan Lotus dengan gembira bangkit berdiri dan membungkuk pada Gulir sebelum meninggalkan aula istana.     

Hanya Sylvie yang tidak hadir karena ia sedang sakit, jadi hanya ada Evelyn dan Candle saja yang berasal dari Pulau Tidur yang ada di kelas itu.     

"Apakah kamu ingin tetap tinggal di kelas ini?" Candle berbisik kepada Evelyn.     

"Aku ingin mencoba tesnya." sahut Evelyn sambil mengangguk. "Bukankah Yang Mulia menyebutkan bahwa pengetahuan dapat meningkatkan kemampuan kita?" "Jika aku tidak bekerja lebih keras, aku khawatir aku tidak akan pernah sebanding dengan mereka." jawab Evelyn sambil tersenyum. "Aku sudah berlatih menulis di kamarku setelah pengajaran di kelas berakhir. Lagi pula, Lily dan Bulan Misteri juga mengajari aku beberapa kata yang umum."     

Rasa frustrasi di nada suara Evelyn telah sirna dan matanya kini berbinar-binar. Candle tersenyum ketika melihat perubahan dan semangat pada diri Evelyn.     

"Benarkah itu? Aku juga akan mencobanya."     

…     

"Yang Mulia, ini adalah hasil tes para penyihir." Gulir menyerahkan satu lembar ringkasan laporan kepada Roland.     

"Kamu telah bekerja dengan keras." Penemuan baru di daerah Tambang Lereng Utara membuat Roland bingung, dan hal itu membuat ia sulit berkonsentrasi pada pekerjaannya sehari-hari, karena itu kini Roland lebih memilih untuk berkonsentrasi pada urusan yang lebih mudah. "Oh, Nightingale benar-benar lulus dalam tes itu?"     

"Benar, bahkan poinnya berada di tiga besar dan ia mendapatkan nilai sempurna dalam tes Bahasa Kerajaan," jawab Gulir sambil tersenyum, "Lagi pula, sebagian besar pertanyaan yang Anda tanyakan sangat sederhana. Nightingale bisa membaca dan menulis, karena itu tes ini terasa lebih mudah baginya daripada penyihir lainnya."     

"Ckckck." Roland berdecak kagum. "Kupikir tes itu bisa membuat nafsu makan Nightingale untuk makan hidangan penutup lebih berkurang." Sebelum Roland bisa menyelesaikan kalimatnya, ia merasakan ada cubitan yang keras di bahunya. "Singkatnya, semua hasilnya terlihat cukup bagus. Semua anggota Persatuan Penyihir mendapat nilai lebih dari enam puluh poin. Tampaknya pendidikan yang kamu ajarkan kepada mereka berjalan dengan baik."     

"Hasil tes ini adalah bukti bahwa mereka telah berusaha semampu mereka."     

Roland melihat daftarnya ke bawah dan berkata, "Hanya dua orang penyihir dari Pulau Tidur yang berpartisipasi dalam ujian itu?"     

"Ya. Evelyn mendapatkan lima poin dan Candle mendapatkan tiga puluh enam poin. Candle tampaknya menguasai pelajaran Bahasa Kerajaan. Karena sebagian besar poinnya berasal dari pertanyaan dari pelajaran Bahasa Kerajaan," jawab Gulir.     

Mereka baru bergabung dua minggu yang lalu dan kini mereka bisa mendapat nilai pada ujian tertulis. Kualitas individu mereka sungguh luar biasa. Para penyihir memang bisa terus meningkatkan diri baik secara internal maupun eksternal. Penyihir Roland sendiri, seperti Lily, Si Burung Kolibri, Bulan Misteri dan yang lainnya sama-sama mendapatkan nilai yang baik. Mereka hanya membutuhkan waktu tiga bulan untuk belajar dari yang awalnya benar-benar buta huruf hingga akhirnya mereka dapat membaca dan menulis, ini sebuah pencapaian yang jelas lebih baik daripada orang biasa.     

Jika publik dapat sepenuhnya mengesampingkan prasangka mereka dan bekerja sama dengan para penyihir untuk mendorong pembangunan sosial dan peradaban di bumi ini, seperti apa jadinya masa depan nanti? Roland merasa hatinya penuh dengan harapan-harapan baru.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.