Bebaskan Penyihir Itu

Penyergapan di Sungai Air Merah (Bagian I)



Penyergapan di Sungai Air Merah (Bagian I)

1Ketika kapal-kapal musuh tiba di persimpangan Sungai Air Merah, mereka terlambat setengah hari seperti yang sudah di duga oleh Roland. Empat hari kemudian, di siang hari, sudah ada sepuluh kapal musuh yang perlahan-lahan muncul di ujung cakrawala.     
1

Mendengar berita kedatangan kapal-kapal musuh ini, Van'er berjalan ke keenam bilik dalam benteng tanah untuk memerintahkan anak buahnya agar mereka bersiap-siap, kemudian ia kembali ke posisinya semula.     

"Di mana pasukan musuh?" Rodney memandang keluar melalui suatu lubang sambil mengangkat penutup jendela.     

"Setidaknya musuh masih beberapa ratus meter jauhnya dari posisi kita," jawab Si Cakar Kucing, ia yang bertanggung jawab untuk mengawasi sinyal bendera, ia berbaring di tanah sambil berkata demikian. "Ada terlalu banyak ilalang di atap, begitu lebatnya ilalang ini sehingga aku tidak bisa melihat musuh dari sini."     

Setiap bilik ruangan yang terdapat di dalam benteng tanah dilengkapi dengan jendela untuk menembak ke luar dan ada sebuah lubang di bagian atas di samping tembok tanah. Jika seseorang berdiri di atas anak tangga yang terbuat dari tanah, orang tersebut bisa melihat situasi di Sungai Air Merah dengan mudah.     

"Penyihir yang berambut hijau memiliki kemampuan luar biasa dalam menumbuhkan ilalang ini." Jop yang sedang mengelap peluru meriam yang sedikit berkarat berkata, "Ke mana pun gadis itu pergi, semua tumbuh-tumbuhan akan tumbuh dan menutupi segala sesuatu bahkan bisa memenuhi seluruh benteng tanah ini dengan rerumputan, dan jika dilihat dari luar, benteng tanah ini tetap terlihat seperti gundukan tanah biasa."     

"Apa katamu? Penyihir yang berambut hijau?" Van'er memarahi Jop. "Gadis itu bernama Daun. Saat kita bertempur melawan kesatria Adipati Ryan, Daun yang telah membantu kita untuk menumbuhkan tanaman rambat di kedua sisi hutan, untuk menghalangi pasukan musuh agar mereka tidak bisa melewati medan dengan mudah. Jika tidak, kita akan pasti akan kesulitan jika musuh bisa menerobos hutan dan menyerang kita dari belakang."     

"Jika berbicara mengenai kemampuan, semua penyihir itu memang luar biasa." jawab Rodney sambil mengangkat bahu. "Mereka bisa membangun bunker dalam satu malam, menumbuhkan tanaman rambat dan ilalang untuk menutupi persembunyian kita, terbang dengan leluasa di langit, bahkan bisa berubah menjadi burung merpati raksasa — tidak ada dari semua hal ini yang bisa dilakukan oleh kita sebagai orang awam."     

"Menurut pendapatku, Nona Nana adalah penyihir yang paling hebat," kata Si Cakar Kucing dengan penuh semangat, "Aku tidak tahu kapan aku akan terluka dan membutuhkan bantuan Nona Nana. Tetapi, jika aku terluka aku akan bertemu dengan Nona Nana dalam jarak yang sangat dekat dan mungkin aku bisa mendengar suaranya yang menenangkan itu."     

"Tolong berjaga-jaga dan awasi kedatangan musuh, kalian paham?" Van'er mengerutkan keningnya sambil berteriak, "Jika kalian membicarakan omong kosong itu lagi, aku akan menyuruh kalian untuk membersihkan kakus!"     

Si Cakar Kucing menjulurkan lidahnya lalu kembali mengawasi musuh.     

Van'er menghela nafas diam-diam, sebagai Kapten dalam pasukan Pasukan Artileri, ia menyadari bahwa anak buahnya tidak merasa cemas dan tidak gemetar seperti yang mereka alami beberapa bulan lalu ketika mereka pertama kali berada di medan pertempuran. Van'er tidak bisa berkata apa-apa mengenai sikap mereka, ia merasa anak buahnya terlalu meremehkan kekuatan musuh. Namun, Van'er tidak bisa menyalahkan sikap mereka, karena ia sendiri juga tidak lebih baik daripada mereka — sejak Van'er menjadi prajurit pasukan milik Yang Mulia Roland, pemahaman Van'er mengenai medan pertempuran sudah banyak berubah, sesungguhnya pertempuran yang sebenarnya tidak terlalu berkaitan erat dengan kekuatan, keterampilan, atau keberanian dari para prajurit. Yang perlu dilakukan untuk meraih kemenangan adalah mengulangi prosedur yang telah mereka latih berulang-ulang selama ini yaitu menyiapkan persenjataan, bertempur, dan menembakkan senjata mereka.     

Semua teori itu sudah terbukti pada saat mereka berperang melawan pasukan Adipati Ryan di Kota Perbatasan. Jelas, musuh memang memiliki kekuatan luar biasa dan binatang iblis juga hewan yang tidak takut mati, tetapi pertempuran berakhir hanya dalam waktu setengah jam saja. Selain itu, ketika membersihkan mayat-mayat dari medan pertempuran, Van'er menyadari bahwa dirinya tidak merasa lelah sama sekali, seolah-olah ia baru saja selesai melakukan pemanasan sebelum berlatih, dan musuh malah sudah dikalahkan.     

Jika kemenangan ini terus berlanjut dengan mudah, akankah suatu hari nanti pasukan Yang Mulia hanya perlu mengoperasikan mesin tempur untuk menghancurkan musuh mereka dari jarak berpuluh-puluh kilometer tanpa harus menghadapi musuh secara langsung?     

Saat Van'er sedang asyik melamun, peringatan yang diteriakkan oleh Si Cakar Kucing membuyarkan lamunannya.     

"Aku melihat ada musuh!"     

Van'er menggelengkan kepalanya untuk mengenyahkan lamunannya dan dengan tenang memerintahkan anak buahnya. "Masukkan peluru ke dalam meriam!"     

Pasukan artileri langsung sibuk dan mereka bahkan sudah hafal di luar kepala langkah-langkah untuk melakukan prosedur penembakkan. Tanpa harus memikirkan pengaturan ulang dan menyesuaikan sudut penembakan meriam, pasukan artileri kini dapat menembak satu kali setiap dua puluh detik.     

Van'er telah mengingat rencana penyerangan yang sudah disusun oleh Pangeran Roland dan Si Kapak Besi — rencana itu mirip dengan rencana pertempuran di Kota Perbatasan, dan mereka tidak boleh membuka jendela untuk menembak sampai Si Cakar Kucing melihat sinyal bendera merah yang dipegang oleh Nona Kilat. Tim satu dan tim dua adalah tim yang paling dekat dengan tepi sungai, dan mereka yang akan menembak geladak kapal musuh dengan menggunakan peluru kecil sementara prajurit lain akan membombardir kabin kapal musuh dengan peluru meriam besar.     

Van'er menunggu sinyal bendera merah dikibarkan dengan sabar.     

…     

Tanpa bantuan teleskop, Lotus dapat melihat kapal-kapal musuh yang bergerak semakin dekat ke lokasi penyergapan.     

Dibandingkan dengan kapal-kapal yang berlayar di laut lepas, kapal-kapal musuh ini terlihat jauh lebih ramping tanpa pegangan samping kapal. Kapal yang rendah itu membuat kapal musuh tampak seperti kapal yang tersangkut di dalam sungai. Selain layar, ada awak kapal yang duduk berderet di setiap sisi geladak kapal, sambil mendayung dengan perlahan.     

Sejauh ini, Yang Mulia masih belum mengeluarkan perintah untuk menyerang.     

Lotus merasa agak cemas karena menara pengawas itu dibangun di atas bukit yang tinggi dan jauh dari sungai, meskipun menara pengawas itu bisa melihat seluruh medan perang. Pada saat itu, Kilat dan Maggie juga tidak bersama dengan Yang Mulia. Karena itu, para kurir pembawa pesan membutuhkan waktu untuk mengirimkan perintah kepada masing-masing tim, dan kapal-kapal musuh akan segera melewati persimpangan Sungai Air Merah jika Yang Mulia tidak segera memberikan perintah.     

Melihat kapal pertama musuh sudah bergerak mendekati lokasi penyergapan, Lotus tidak sabar untuk bertanya kepada Yang Mulia, sementara kapal musuh terdengar bergemuruh dalam aliran sungai. Seolah-olah suara bergemuruh itu adalah sinyal untuk segera menyerang musuh, selain itu suara bergemuruh dari kapal itu terdengar kembali berturut-turut, disertai asap tebal bercampur percikan api yang mengepul keluar memenuhi udara.     

"Apa yang sedang terjadi?"     

Sambil memicingkan mata Lotus kembali menatap ke arah sungai, dan ia terkejut melihat apa yang sedang terjadi di sana — Lotus tidak melihat para kesatria dan tentara bayaran yang sedang bertarung, tetapi dek kapal pertama musuh sudah di bom dengan tiba-tiba. Para pelaut yang sedang mendayung itu langsung tewas seketika bersama dengan puing-puing badan kapal dan anggota tubuh yang berhamburan ke langit. Darah bermuncratan di mana-mana, dan dek kapal musuh seketika langsung berwarna merah terang.     

Kapal musuh langsung bergerak dengan lambat karena tidak ada awak kapal lagi yang mendayung kapalnya, sementara suara bergemuruh kapal itu tidak juga berhenti. Setelah beberapa saat, tiang kapal yang menjulang tinggi di tengah lambung kapal terpotong menjadi setengah oleh sesosok bayangan hitam dan jatuh setelah bergoyang dua kali. Dua orang kesatria yang sedang merangkak keluar dari kabin saat itu, tertimpa tiang kapal yang patah dan langsung tewas.     

Tergerak oleh arus air sungai, kapal musuh perlahan mundur ke belakang dan kapal-kapal lain yang berada di belakangnya langsung memberi jalan untuk kapal yang hancur itu. Mendengar suara bergemuruh itu, banyak awak kapal musuh yang melangkah keluar dari kabin untuk melihat apa yang sedang terjadi. Mereka semua tampak kebingungan dan tidak mengetahui apa yang telah terjadi, mereka melihat kapal pertama, yang kini sudah hancur berkeping-keping dan dipenuhi darah dan mayat di mana-mana.     

Kemudian, kapal kedua itu juga diserang.     

Lotus dapat melihat bahwa geladak yang penuh sesak dengan para awak kapal membuat cipratan darah di mana-mana. Setelah suara bergemuruh terdengar, terdapat area kosong yang dipenuhi darah sementara awak kapal yang masih selamat saling berdiri berdampingan. Orang-orang yang kurang beruntung itu terpecah menjadi beberapa kelompok, sementara beberapa orang yang masih hidup berteriak-teriak dengan panik. Semua yang selamat melompat ke dalam sungai untuk menyelamatkan hidup mereka sendiri dan tidak akan berani bertahan di kapal lebih lama lagi.     

Lotus akhirnya mengerti apa yang dimaksud Yang Mulia ketika ia berkata, 'Musuh tidak akan berhasil melewati sungai', tetapi bagaimana cara prajurit Yang Mulia bisa menyerang musuh seperti itu?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.