Bebaskan Penyihir Itu

Kemenangan Yang Sudah Lama Ditunggu!



Kemenangan Yang Sudah Lama Ditunggu!

0Di Teluk Naga Laut, Fjords.      1

Para pengikut gereja memanjat tembok dan menembakkan panah demi panah ke para penyihir. Namun, panah mereka tidak terlalu berpengaruh terhadap penyihir, berkat pelindung transparan milik Shavi dan juga pelayan ajaib milik Molly. Anak panah yang ditembakkan langsung ditelan oleh pelayan-pelayan ajaib. Hanya panah penghancur sihir, yang mengandung Liontin Penghukuman Tuhan, yang menimbulkan ancaman bagi para penyihir itu.     

Namun, jumlah Liontin Penghukuman Tuhan milik gereja terbatas. Para penyihir yang terkena panah penghancur sihir segera dibawa ke garis belakang untuk dirawat. Selama pendarahan bisa dihentikan dengan segera, hidup mereka tidak berada dalam bahaya. Setelah dua atau tiga kali penembakan panah, lebih dari dua puluh orang penyihir berhasil maju ke tembok kota. Ashes melompat ke atas tembok dan langsung menghabisi jemaat gereja yang berani menampakkan diri.     

Setelah beberapa hari melakukan pengintaian, para penyihir telah mengetahui titik lemah tembok kota di sisi ini. Pekikan seekor burung merpati yang panjang terdengar dari langit — Maggie memberi tahu semua penyihir bahwa mereka telah berada di posisi yang benar.     

Lotus, yang sudah berpengalaman dalam beberapa pertempuran, mengerahkan seluruh kemampuannya tanpa ragu. Tiba-tiba, bumi mulai bergetar. Para jemaat gereja menyuruh Lotus untuk menghentikan getarannya, tetapi Ashes langsung menghabisi mereka semua. Tanpa perlindungan Liontin Penghukuman Tuhan, tembok kota akan runtuh dengan cepat. Para penyihir bergegas melalui tembok yang runtuh dan menggunakan kemampuan mereka untuk menyerang para jemaat. Mereka yang tidak memakai Liontin Penghukuman Tuhan langsung mati dalam sekejap, sementara mereka yang masih bertahan dengan cepat dihabisi oleh Ashes.     

Ini adalah pertama kalinya katedral mengalami serangan secara langsung sejak dibangun. Selain itu, penyerang itu adalah musuh bebuyutan gereja, yaitu para penyihir. Pendeta yang ditempatkan di katedral itu mengerti bahwa ini adalah saat-saat terakhir baginya. Kemudian pendeta itu memerintahkan para jemaat yang tersisa untuk mengkonsumsi pil dan mengorbankan diri mereka untuk Tuhan. Lebih dari sepuluh orang percaya mengepung Ashes sementara sisanya menyerang Lotus dan para penyihir lainnya.     

Lotus yang sudah siap dengan serangan gereja, langsung mengangkat dinding yang terbuat dari tanah untuk menghalangi musuh sementara, ia mengetahui bahwa Liontin Penghukuman Tuhan tidak bisa menghilangkan efek kekuatan sihir yang sudah berwujud. Pada saat para jemaat itu sampai ke tembok kota, mereka tidak menemukan siapa-siapa.     

Dengan demikian, para jemaat itu hanya bisa menyerang Ashes. Namun, para penyihir lain akan menyergap di belakang mereka secara mendadak untuk menangkap dan menjatuhkan jemaat. Setiap kali para penyihir menyerang, jumlah jemaat gereja berkurang secara drastis. Dalam satu jam pertempuran, katedral dipenuhi dengan mayat para jemaat, dan hanya menyisakan pendeta yang masih hidup.     

Sambil bergidik, pendeta itu memakan pil di mulutnya, tetapi sebelum ia bisa menelannya, Ashes memotong lengannya dengan sekali tebas.     

"Sialan kamu, penyihir iblis! Kalian monster terkutuk!" Pendeta itu memegangi lengannya yang sudah terpotong dan meraung dengan histeris, matanya dipenuhi dengan rona ketakutan yang sangat.     

"Apakah kamu merasa takut? Ketika kamu menyiksa dan membantai orang-orang yang tidak bersalah, apakah kamu pernah memikirkan bagaimana perasaan mereka?" Ashes menjawab dengan dingin, "Dibandingkan dengan penyihir, banyak dari kalian yang bertingkah seperti Iblis, kalian bajingan yang tidak berhenti menebar kejahatan. Jadi, matilah kamu dan pergilah ke neraka." Sesudah berkata demikian, Ashes mengayunkan pedangnya ke tenggorokan pendeta itu, dan sumpah serapah yang diucapkan pendeta itu langsung berhenti.     

"Apakah kita sudah menang?" Molly menghampiri Ashes dengan nada tidak percaya.     

"Tepat sekali" Ashes menghela nafas. "Ini adalah katedral terakhir di Fjords. Mulai sekarang dan seterusnya, tidak ada katedral yang tersisa di pulau mana pun. Kita menang!"     

Meskipun kekuatan gereja di Fjords memang lemah, jumlah jemaat di setiap katedral hampir mencapai ratusan orang, dan tidak ada Pasukan Penghakiman yang ditempatkan di Fjords, namun ini adalah kemenangan langsung pertama para penyihir atas gereja. Penyihir yang tadinya dikejar-kejar oleh gereja dan merasa ketakutan hanya karena mendengar suara angin yang bergemerisik, serangan hari ini di katedral, meskipun katedral ini hanya sebagian kecil dari gereja, tetapi cukup untuk membuat para penyihir bersemangat.     

Seperti yang Ashes harapkan, setelah semua orang mengakui kemenangan yang telah lama ditunggu-tunggu ini, para penyihir mulai bersorak sorai. Gereja adalah gunung besar yang membebani pikiran semua penyihir. Sekarang, para penyihir akhirnya meruntuhkan kesombongan gereja di kaki gunung ini untuk melihat secercah cahaya harapan yang baru. Mulai saat ini dan seterusnya, Fjords menjadi rumah para penyihir yang sepenuhnya.     

"Kita menang!"     

"Panjang umur bagi Lady Tilly!"     

"Hidup Lady Tilly!"     

…     

Setelah tiba di Pulau Tidur dengan menggunakan kapal, Ashes bergegas ke kediaman Tilly dan memberitahu Tilly mengenai kabar kemenangan para penyihir. Tilly merapikan rambutnya yang berwarna abu-abu ke belakang telinganya dan tersenyum cerah. "Maggie sudah memberitahuku. Sungguh luar biasa kalian semua bisa berhasil memenangkan pertempuran dengan selamat dan sehat."     

Memang, jika dibandingkan dengan kapal, kecepatan terbang Maggie ketika ia berubah menjadi burung elang laut jauh lebih cepat. Ashes melihat ke sekeliling ruangan tetapi ia tidak melihat Maggie. "Di mana Maggie?"     

"Maggie langsung pergi tepat setelah melaporkan berita kemenangan kalian kepadaku." jawab Tilly sambil menggelengkan kepalanya.     

Ashes merasa terkejut. "Maggie … kembali ke Wilayah Barat?"     

"Benar." Tilly tersenyum lagi. "Maggie mungkin telah memiliki beberapa teman yang sangat baik di sana. Setelah beberapa hari di Fjords, Maggie tidak sabar untuk kembali ke Kota Perbatasan." Jika bukan karena Maggie ingin membantu kita mengalahkan gereja, ia mungkin akan kembali ke Kota Perbatasan setelah mengirim surat balasanku kepada Roland … Aku jadi semakin penasaran dengan kota itu."     

Ashes merasa ragu sebelum akhirnya ia membuka mulutnya dan bertanya, "Apakah aku bertindak keliru dengan meninggalkan Maggie di sana?"     

"Tidak, ini lebih baik," jawab Tilly dengan yakin. "Justru karena kamu membiarkan Maggie tinggal di Kota Perbatasan, kita bisa menghubungi mereka dengan mudah. ​​Aku bahkan menyuruh Maggie membawa surat balasanku kepada Roland Wimbledon." Tilly membuat ekspresi wajah lucu dan bertanya, "Apakah kamu bisa menebak isi surat balasanku kepada Roland?"     

"Kamu pasti telah menolak permintaan Roland mengenai pertukaran penyihir bukan? Perjalanan laut penuh dengan risiko dan bahaya. Bagaimana kita bisa mengirim penyihir kita ke Wilayah Barat?"     

"Tidak, aku menyetujui permintaan Roland." Tilly mengerutkan bibirnya. "Aku bahkan secara singkat memperkenalkan kemampuan penyihir yang tidak bisa bertarung kita kepadanya. Aku juga mengatakan dalam surat itu bahwa jika ia dapat menjamin keamanan penyihir kita, aku akan mempertimbangkan untuk membiarkan beberapa penyihir pergi ke Kota Perbatasan. Oh, apa lagi yang ia tulis dalam surat itu? Oh ya— 'Belajar dan mempelajari, tingkatkan persahabatan kita, demi kemajuan bersama.'" Tilly berhenti sejenak sebelum melanjutkan, "Roland juga mengatakan bahwa aku bisa mengunjungi Kota Perbatasan jika aku ingin ke sana."     

"Yang mulia!" Ashes tidak bisa menahan seruannya, itu panggilannya kepada Tilly ketika ia masih bekerja sebagai penjaga istana.     

"Aku tahu apa yang kamu khawatirkan, tetapi saat ini, musuh terbesar para penyihir adalah gereja. Sekutu tambahan adalah sumber kekuatan ekstra. Hubungan kita dengan Fjords didasarkan pada keuntungan, sementara Asosiasi Persatuan Penyihir dari Kota Perbatasan adalah teman kita. Karena itu, mengapa kita tidak bisa menunjukkan sedikit niat baik?" jawab Tilly sambil tertawa. "Terlebih lagi, aku dengar dari Maggie bahwa penyihir dapat mengembangkan kemampuan mereka dengan mempelajari ilmu pengetahuan. Tidakkah kamu merasa penasaran? Jika para penyihir yang kita kirim juga dapat mengambil teknik pengembangan kemampuan ini, Pulau Tidur akan mendapat manfaat yang besar."     

"Tetapi jika kamu pergi ke sana, apa yang akan terjadi jika mereka …."     

Tilly mengulurkan tangannya dan memotong perkataan Ashes. "Jangan khawatir. Aku tidak mengatakan bahwa aku akan segera berangkat ke sana. Aku tidak akan membahayakan diriku sendiri sampai situasi di Kota Perbatasan jelas. Jangan lupa bahwa Sylvie dapat melihat jika kita ditipu, apakah itu rekayasa belaka atau ilusi kekuatan sihir. Sylvie akan ikut kelompok penyihir pertama yang akan pergi ke Kota Perbatasan dan membantuku menemukan kebenaran tentang Pangeran Roland. Selain itu, bahkan jika aku menghadapi bahaya, bukankah ada kamu di sisiku?"     

Setelah menatap Tilly untuk waktu yang lama, Ashes akhirnya menganggukkan kepalanya.     

"Tentu saja, berita yang lebih spesifik mengenai Kota Perbatasan dapat kita bicarakan ketika Maggie kembali ke Fjords bulan depan." kata Tilly sambil tertawa. "Saat ini, kita memiliki hal yang lebih penting untuk kita lakukan."     

"Hal penting apa itu?" Ashes bertanya dengan bingung. Saat ini, kekuatan gereja di Fjords benar-benar sudah musnah, dan tampaknya satu-satunya yang tersisa untuk dilakukan adalah rencana untuk mengembangkan Pulau Tidur … tetapi ekspresi di wajah Tilly tampaknya tidak sama dengan yang Ashes pikirkan.     

Tilly menunjuk sebuah batu permata berwarna merah di sarung tangan sutra putihnya. "Tidak hanya di benua kerajaan saja tetapi di Pulau Bayangan juga terdapat reruntuhan kuno. Lebih dari setengah Batu Ajaib yang dibeli dari penduduk pulau berasal dari reruntuhan ini. Dengan hilangnya pengaruh gereja di Fjords, aku ingin mengunjungi reruntuhan itu dan melihatnya sendiri."     

"Apakah itu batu Hantu Bayangan Sungai Merah dari dongeng rakyat?" Setelah menghabiskan beberapa waktu di Fjords, Ashes telah mendengar sedikit tentang dongeng rakyat ini. Reruntuhan ini muncul secara berkala di lautan dan sekeliling pulau itu dipenuhi dengan arus berbahaya dan monster laut, karena itu sebagian besar orang tidak bisa mencapai reruntuhan itu. Sejak pertama kali reruntuhan itu ditemukan, banyak penjelajah telah kehilangan nyawa mereka di Pulau Bayangan karena hal ini. "Kamu bahkan tidak tahu posisi pulau itu dengan jelas. Bagaimana kamu bisa memasuki reruntuhan itu?"     

"Aku memang tidak tahu persis di mana posisi Pulau Bayangan itu. Tetapi aku tahu siapa orang yang bisa mengantarkan kita ke sana. Sebenarnya, penjelajah luar biasa itu juga berada di Pulau Tidur, dan ia adalah orang pertama yang menemukan reruntuhan itu," jawab Tilly sambil tersenyum.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.