Bebaskan Penyihir Itu

Pulang Atau Menetap



Pulang Atau Menetap

3"Sabun wangi?" May mengambil satu batang, mendekatkan sabun itu ke hidungnya dan menghirup wanginya. May benar-benar bisa mencium aroma bunga mawar yang harum.     3

"Yah, sulit dibayangkan bahwa sabun ini tadinya adalah pasta lengket sebelum jadi seperti ini. Yang Mulia bahkan menambahkan parfum ke dalam pastanya untuk membuat sabun ini menjadi wangi."     

May melihat harga yang tertera di atas kertas, sabun ini bisa dianggap sebagai barang mewah karena harganya masing-masing dua puluh lima keping perak, namun, harga sabun ini masih sedikit lebih murah dibandingkan dengan parfum yang mahal. "Apakah kamu yakin ada parfum yang ditambahkan ke dalam sabun ini? Seorang bangsawan pernah memberiku tiga botol parfum ketika aku tampil di Kota Raja dan setiap botol hanya sebesar ibu jari tetapi harga setiap botolnya lebih dari lima keping emas. Sabun besar seperti ini setidaknya membutuhkan setengah botol parfum agar bisa seharum ini."     

"Benarkah begitu?" Carter tertegun. "Harga parfum semahal itu?"     

"Tentu saja parfum memang mahal." May memutar bola matanya sambil bicara dengan Carter. "Parfum adalah produk paling hebat yang dihasilkan oleh Bengkel ahli kimia di Kota Raja, selain gelas kristal, parfum adalah salah satu produk terlaris. Aku dengar hanya ada ribuan botol parfum yang diproduksi ke pasaran setiap tahun selain parfum produksi pertama yang dibuat sebagai hadiah penghormatan kepada keluarga kerajaan. Mereka yang mampu membeli parfum adalah para pedagang kelas atas dan orang-orang kaya. Aku tidak akan menghabiskan upah yang kudapat dari bermain drama hanya untuk membeli sebotol parfum jika bukan merupakan sebuah pemberian."     

"Namun, aku tidak melihat bahan yang langka ketika Yang Mulia membuat parfum ini … aku dengar Yang Mulia menyebutkan sabun ini terbuat dari pohon tebu." Carter menambahkan, ia melihat ekspresi kebingungan di wajah May. "Tebu adalah semacam tanaman yang manis, tanaman itu berasal dari Fjords yang terlihat seperti tongkat dan saat dikunyah, batangnya akan mengeluarkan air yang manis. Saat ini pohon tebu hanya ditanam di halaman belakang istana, dan aku akan meminta izin Yang Mulia untuk bawakan kamu satu batang."     

"Lagi-lagi nama Yang Mulia yang selalu disebut …" May sering mendengar nama Roland Wimbledon sejak ia datang ke kota ini. Selama May berada di kota ini, baik Irene dan Carter pasti akan menyebut nama Yang Mulia. Kedengarannya Yang Mulia Roland Wimbledon mengetahui segala sesuatu dan semua barang-barang baru ini diciptakan oleh Yang Mulia.     

[Apakah benar-benar ada seseorang yang sangat terpelajar di dunia ini?] May merasa skeptis. [Perlu waktu yang lama bagi seseorang untuk mempelajari pengetahuan yang baru. Orang-orang berilmu yang diakui di Kota Raja dan di Benteng Longsong adalah orang-orang tua berambut putih. Bahkan ada pepatah yang mengatakan bahwa semakin panjang jenggot seseorang, maka akan semakin banyak pengetahuannya. Pangeran Roland baru berusia sekitar dua puluh tahun, bagaimana ia bisa mengetahui berbagai macam hal itu?]     

Sambil memikirkan Yang Mulia, May memasang wajah tenang dan berkata, "Kamu tidak perlu melakukannya untukku, pohon itu pasti tanaman langka jika digunakan untuk membuat parfum. Apa lagi pohon itu digunakan sebagai bahan formula parfum yang bisa dijual dengan harga tinggi. Kamu tidak perlu meminta kepada Yang Mulia dan juga kamu tidak boleh mengatakan apa-apa kepada orang lain mengenai hal itu."     

"Baiklah," jawab Carter kemudian ia mengeluarkan sebuah sapu tangan dan membungkus empat buah sabun wangi.     

"Kamu akan membeli sabun sebanyak itu?"     

"Setiap orang dibatasi untuk membeli dua buah sabun saja kita akan berpura-pura membeli secara terpisah dan aku akan memberikan semuanya padamu saat kita di luar — jangan menolak pemberianku kali ini." Carter merentangkan lengannya untuk menghentikan May yang hendak protes kepadanya. "Aku bisa saja meminta sabun ini dari Yang Mulia jika aku kehabisan sabun, tetapi aku tidak yakin kapan stok baru akan diproduksi lagi jika sabunnya sudah terjual habis di sini. Sabun ini bisa bertahan cukup lama untuk kamu simpan."     

May merasa hatinya terasa hangat, ia melihat ekspresi yang sungguh-sungguh di wajah Carter. "Agar bisa bertahan lama …" May mengerucutkan bibirnya, ia diam-diam memperhatikan Carter yang sedang membungkus sabun wangi itu.     

"Mari kita lihat barang-barang lain selagi kita masih ada di sini." Carter membawa kantungnya sambil tersenyum.     

…     

Langitnya mendung ketika May pulang ke "rumahnya" di Kota Perbatasan.     

Sinar matahari terbenam menembus ke dalam rumah dari jendela, mewarnai perabotan di rumah dengan sentuhan warna oranye dan merah.     

Karena May memutuskan untuk tinggal di kota ini untuk pementasan drama yang berikutnya, May mendapatkan satu kamar yang sama seperti kamar Irene. Kamar itu tidak terlalu besar tetapi lengkap dan nyaman.     

May meletakkan barang-barang mewah yang dibeli dari Pasar serba ada di atas meja, dan ada sebotol minuman keras yang diletakkan di samping empat sabun wangi itu.     

Botol minuman keras itu berbeda dari bir biasa dan anggur dari kedai minum. Minuman ini hampir tidak berwarna dan terlihat jernih dan transparan seperti air. May ingat minuman ini disebut White Liquor oleh si penjual, dan minuman ini mengandung kadar alkohol yang tinggi dan tidak boleh diminum terlalu banyak.     

[White Liquor.] May tersenyum. [Namanya cocok dengan penampilannya yang terlihat jernih dan transparan.]     

May membuka sumbatnya dan menuangkan segelas White Liquor[1] untuk dirinya sendiri. May mengangkat gelasnya dan aromanya yang tajam membuat ia mengerutkan kening. Setelah mencium aroma tajam itu, May juga bisa mencium aroma alkohol yang manis, dan sama sekali berbeda dari minuman berkualitas rendah yang ada di bar.     

May jarang pergi ke bar karena ia membutuhkan fokus dan konsentrasi penuh selama bermain drama, dan ia hanya akan minum satu atau dua gelas untuk merayakan kesuksesan pertunjukannya dengan tim drama setelah pertunjukan itu selesai. Sebenarnya tidak apa-apa jika seseorang mabuk, tetapi May pernah menyaksikan banyak aktor dan aktris yang berperilaku buruk setelah mereka mabuk, jadi ia selalu menjaga minuman yang diminumnya agar tidak mempengaruhi perilakunya.     

Namun, May sedang ingin mabuk sekarang, jika tidak, ia tidak akan bersikeras membeli White Liquor yang mahal bahkan meski Carter melarangnya dengan tegas - May dengar dari rekannya sesama aktor bahwa mabuk dapat mengenyahkan pikiran-pikiran serta kekhawatiran yang mengganggu untuk mencari sebuah jawaban yang tersembunyi di lubuk hati, dan ia ingin mencoba mencari tahu jawaban itu sendiri.     

May menutup matanya dan meminum White Liquornya, dan ia bisa langsung merasakan sensasi panas di tenggorokannya. May langsung menyemburkan minuman itu sebelum ia menelannya dan ia terbatuk-batuk sampai mengeluarkan air mata.     

"Sialan, apakah ini benar-benar minuman keras?"     

May menggigit bibirnya dan mencoba lagi setelah sensasi terbakar mereda di tenggorokannya — ia hanya berani menyesap sedikit saja, dan ia bisa merasakan rasa minuman yang tajam dan harum setelah sensasi terbakar di mulutnya. Rasanya tidak enak jika kedua rasa itu bercampur antara rasa terbakar dan rasa tajam di lidahnya, dan itu membuat May merasa aneh.     

May merasa sedikit pusing setelah tujuh menit berlalu.     

May mengeluarkan sebuah kotak logam berukuran telapak tangan dari sakunya dan membuka kotak dimana ia melihat sebuah cermin yang berkilau di depannya. Cermin ini pasti mahal karena berbeda dari cermin perunggu atau cermin perak biasa, dan cermin ini memiliki permukaan yang halus dengan pantulan yang sangat jelas. May bisa melihat kedua pipinya memerah dan matanya terlihat seperti sedang bingung.     

Cermin ini adalah hadiah dari Carter sebelum mereka berpisah, awalnya ia ingin menolak pemberian Carter tetapi kesatria itu pergi tanpa memberi May kesempatan untuk mengembalikan cerminnya. Carter menoleh dan melambaikan tangan pada May sambil berjalan pergi dengan cepat. Sejujurnya, Carter Lannis adalah pria yang sempurna dalam hal penampilan, namun, mustahil May bisa menetap di kota ini jika bukan karena Carter yang terus menerus mengajaknya mengobrol.     

Jadi, haruskah May menetap di kota ini? Pindah dari Benteng Longsong yang ramai dan memulai kembali kehidupannya di kota yang jauh, dan hanya ada beberapa orang dari mereka yang mengetahui identitasnya yang sebenarnya … rasa takut May terhadap hal-hal yang akan dihadapinya nanti di kota yang baru membuatnya sulit untuk mengambil keputusan.     

May membuka surat yang tergeletak di mejanya selama beberapa hari — itu adalah surat dari Pangeran Roland, Yang Mulia memberikan surat ini melalui Irene dan surat itu ditulis oleh Petrov, pengelola pemerintahan di Benteng Longsong. May diberi tahu bahwa teater di Benteng Longsong telah mengumumkan bahwa dirinya telah menghilang, dan Petrov secara pribadi berharap May mau kembali ke benteng dan melanjutkan pertunjukan dramanya di sana.     

Pangeran Roland tidak menyembunyikan berita itu dari May dan meninggalkan surat itu agar May bisa memutuskannya sendiri.     

Saat May meminum White Liquor yang masih tersisa di gelasnya, penglihatannya menjadi kabur secara perlahan.     

May terhuyung-huyung sambil berjalan ke meja, ia membuka selembar kertas untuk menulis surat balasan kepada Petrov.     

Dalam pikirannya yang tumpang tindih, May bisa melihat Teater Longsong, Irene, Ferlin Eltek, serta alun-alun kota yang dipenuhi dengan suara sorak-sorai penonton dan aktor-aktor rendahan yang terlihat begitu bersemangat … ketika semua keriuhan ini memudar, yang tersisa hanyalah wajah Carter Lannis yang sedang tersenyum ketika ia menawarkan diri hendak mentraktir May minum.     

"Halo, Nona May. Bolehkah aku mentraktir kamu segelas minuman?"     

…     

[1] Nama minuman keras     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.