Bebaskan Penyihir Itu

Musuh Terakhir



Musuh Terakhir

1Timothy Wimbledon berjalan ke tholos[1] atau yang biasa disebut kubah lengkung yang berada di puncak Menara Pengawas di Pelabuhan Air Jernih.      4

Berbeda dari istana pada umumnya, struktur bangunan menara pengawas ini menjulang lebih tinggi dari istana normal dan juga lebih sempit. Selain untuk melihat pemandangan dan menangani urusan pemerintahan, menara pengawas ini hampir tidak dapat digunakan untuk memanggil para menteri untuk melakukan rapat penting.     

Perabotan di dalam ruangan itu masih berada di tempat yang sama seolah-olah pemilik ruangan ini baru saja meninggalkan ruangan dan akan segera kembali. Sebuah meja berbentuk persegi yang kokoh menghadap ke arah pintu masuk, dengan beberapa buku yang tersusun rapi di atas meja dan naskah-naskah yang belum selesai dibaca diletakkan di tengah meja. Di tempat pena terdapat sebuah pena bulu, siap untuk digunakan untuk menulis.     

Timothy berjalan ke meja itu selangkah demi selangkah, kemudian ia duduk di sebuah kursi panjang. Kursi panjang itu dilapisi dengan bantalan pendingin yang terbuat dari bambu, cocok untuk meredakan hawa panas di musim panas. Satu baskom berisi air diletakkan di samping kursi panjang itu. Rupanya, baskom itu digunakan untuk menaruh es selama musim panas berlangsung. Namun, cuaca hari ini mendung, awan gelap menutupi garis lautan. Suhunya sedang tidak terlalu panas di dalam ruangan itu.     

Timothy bersandar di kursi panjang dan mengendus mejanya. Ada wangi samar-samar yang tercium oleh Timothy, wangi ini adalah wangi parfum bunga matahari biru, parfum favorit Garcia. Bunga matahari biru hanya tumbuh di Bukit Angin Dingin, dan bunga itu memiliki sensasi aroma dingin yang unik. Berbeda dari bunga mawar dan bunga rosemary, bunga matahari biru memiliki aroma seperti es dan aroma salju yang berasal dari Wilayah Utara.     

Parfum ini pasti sering digunakan oleh Garcia untuk waktu yang sangat lama sehingga wanginya masih tercium dan bertahan sampai sekarang. Timothy sangat yakin, Garcia pasti sering duduk di kursi ini, sambil meletakkan tangannya di atas meja, dan mendengarkan laporan dari anak buahnya atau menulis surat keputusan untuk memerintahkan sesuatu.     

Memikirkan hal ini, Timothy langsung terkekeh sendiri.     

Akhirnya, Timothy bersandar di sandaran kursi itu dan tertawa keras-keras.     

Akhirnya Timothy menang!     

Garcia telah menyerahkan Pelabuhan Air Jernih dan juga Wilayah Selatan, itu sama saja dengan melepaskan genggamannya untuk menyerahkan takhta Kerajaan Graycastle kepada Timothy.     

Setelah mendengar bahwa Armada Layar Hitam milik Garcia berlayar ke utara, Timothy segera mengumpulkan pasukannya dan mengerahkan lima ribu orang budak, para anggota geng Tikus, dan para penjahat ke Wilayah Selatan untuk menyerang Pelabuhan Air Jernih, tempat kediaman Garcia. Satu-satunya perlawanan yang dilakukan dari Pelabuhan Air Jernih berasal dari Negara Pasir di Wilayah Selatan. Tidak jelas apa yang telah Garcia janjikan kepada Negara Pasir, pasukan Negara Pasir bertempur dengan putus asa seperti binatang buas yang sedang terpojok. Yang paling merepotkan, pasukan Negara Pasir juga memiliki Pil Berserk.     

Pertempuran itu berlangsung selama hampir dua minggu lamanya. Dengan mengambil keuntungan dari banyaknya pasukan yang dimilikinya, Timothy mengalahkan serangan Negara Pasir dan merangsek masuk ke batas pertahanan Negara Pasir. Hampir tiga ribu orang mati dalam pertempuran ini. Jika bukan karena pil yang mereka konsumsi, gerombolan pengacau yang disewa Timothy ini tidak mungkin bisa berperang, apalagi berperang melawan tentara barbar dan membalas perlawanan sengit yang dilakukan oleh Negara Pasir.     

Hasil akhir pertempuran ini memungkinkan Timothy berjalan di atas mayat-mayat yang bergelimpangan di tanah dan berhasil menduduki Menara Pengawas milik Garcia di Pelabuhan Air Jernih.     

'Ratu Pelabuhan Air Jernih' sekarang sudah menjadi sejarah. Wilayah Selatan di Kerajaan Graycastle akhirnya jatuh ke tangan Timothy Wimbledon.     

"Yang Mulia?" seorang kesatria yang sedang bertugas masuk ke ruangan itu. Mungkin kesatria itu mendengar suara tawa Timothy yang terbahak-bahak tadi.     

"Tidak ada apa-apa," kata Timothy. Timothy bangkit berdiri, ia mengisyaratkan kesatria itu untuk mengikutinya, kemudian naik ke teras dari pintu samping tholos.     

Angin laut yang asin sedang bertiup, dan jubah Timothy dan kesatria itu bergoyang-goyang karena tertiup angin. Awan mendung nampak berkumpul dari kejauhan, tampaknya hujan lebat akan segera turun.     

Sayang sekali! Awalnya Timothy telah merencanakan untuk meluluh lantakkan pelabuhan, dermaga, dan Menara Pengawas milik Garcia menjadi puing-puing, debu dan juga abu, tetapi tampaknya itu tidak mungkin. Timothy telah melakukan berbagai ekspedisi dengan pasukannya selama hampir setengah tahun dan hampir tidak pernah berada di Kota Raja selama lebih dari satu bulan. Semua urusan pemerintahan di Kota Raja telah dipercayakan kepada Perdana Menteri Marquis Wyke untuk ditangani. Meskipun Marquis Wyke tampaknya seorang menteri yang setia, kesetiaan tidak akan bisa bertahan terhadap godaan kekuasaan dan juga keserakahan. Gerald Wimbledon adalah contoh nyata orang yang haus akan kekuasaan dan juga serakah. Timothy harus kembali ke Kota Raja secepat mungkin untuk mengendalikan situasi politik yang sedang bergolak. Hujan lebat di Wilayah Selatan akan berlangsung selama beberapa hari, dan Timothy tidak bisa menunda kepulangannya ke Kota Raja lebih lama lagi.     

"Aku akan kembali ke Kota Raja esok pagi. Para kesatria dan tentara bayaran lainnya akan berada di bawah komandomu kecuali para penjaga dan kesatria Kota Raja yang akan ikut pulang bersamaku ke Kota Raja. Tuan Ed Howes, tolong kamu jaga Wilayah Selatan untukku. Jangan biarkan orang-orang Negara Pasir menginjakkan kaki mereka lagi di Kerajaan Graycastle."     

"Anda akan meninggalkan aku di sini? Tetapi aku ingin bertarung untuk Anda, Yang Mulia. Aku … " kesatria muda dari Keluarga Howes yang berasal dari wilayah utara itu terkejut mendengar perintah Timothy.     

"Menjaga garis perbatasan juga berarti berjuang untukku," sahut Timothy menyela perkataan Ed Howes. "Dengar, ada beberapa hal yang harus aku lakukan di Kota Raja. Aku butuh seseorang yang setia dan kompeten untuk menangani masalah seperti ini."     

"Tetapi … " Ed Howes terdengar masih ragu.     

"Aku tahu apa yang kamu khawatirkan. Percayalah, aku tidak akan meninggalkanmu di sini untuk menjaga Pelabuhan Air Jernih selamanya. Setelah semua urusan di Pelabuhan Air Jernih berakhir, aku akan memanggilmu kembali ke Kota Raja. Kerajaan Graycastle masih belum sepenuhnya bersatu saat ini. Aku akan membutuhkan lebih banyak kesatria untuk bertarung untukku agar bisa merebut kembali Wilayah Barat. Tidak mungkin aku melupakanmu," kata Timothy sambil tersenyum dan menepuk bahu Ed Howes.     

Ed Howes mengangkat kepalanya kemudian berlutut, matanya tampak berbinar-binar. "Baik, Yang Mulia," jawab Ed Howes dengan semangat.     

"Berdirilah," kata Timothy sambil mengangguk puas, "Selanjutnya, kamu harus melakukan tiga hal untukku. Yang pertama adalah mengawal semua penduduk yang tersisa di Pelabuhan Air Jernih ke Kota Raja."     

"Anda tidak ingin menggantung para pengkhianat ini?" tanya Ed Howes dengan heran.     

"Tidak, mereka bukan para pengkhianat. Mereka akan ikut pergi bersama Armada Layar Hitam jika mereka memang sepenuhnya mendukung Garcia. Jika aku membunuh mereka, itu sama saja dengan membantu Garcia untuk mengenyahkan mereka," kata Timothy. Faktanya, pengaruh Garcia benar-benar di luar dugaan Timothy. Pelabuhan Air Jernih ini memiliki populasi lebih dari sepuluh ribu orang, termasuk budak-budak yang diambil dari Kota Elang. Hanya ada empat ratus orang yang enggan meninggalkan Pelabuhan Air Jernih. Tetapi untuk Negara Pasir, pelabuhan ini akan menjadi kota kosong.     

"Yang Mulia selalu berbaik hati dan penuh pengampunan."     

"Tugasmu yang kedua adalah membakar Pelabuhan Air Jernih, dermaga dan juga Menara Pengawas milik Garcia. Aku ingin semua orang di Wilayah Selatan melihat bahwa kediaman Garcia telah hancur bersama dengan tiupan angin laut. Bahkan jika Garcia melarikan diri ke wilayah utara dan akhirnya kembali ke Pelabuhan Air Jernih, yang tersisa untuknya hanyalah puing-puing ini."     

"Baik, Yang Mulia!" jawab Ed Howes.     

Tugas terakhirmu adalah mengumpulkan semua pengungsi. Semua gelandangan, anggota geng Tikus, dan prajurit, bahkan orang-orang dari Negara Pasir juga tidak apa-apa. Sejak pertempuran di Kota Elang, pergolakan di Wilayah Selatan tidak kunjung padam." Akan ada sejumlah besar pengungsi dari desa-desa dan kota-kota di sekitar Kota Elang. Kamu harus memiliki pasukan setidaknya lima ribu orang prajurit untuk berperang merebut Wilayah Barat," kata Timothy sambil memandang ke kejauhan.     

Kaburnya Garcia ke wilayah utara telah membuktikan keberhasilan strategi yang dilancarkan Timothy. Pasukan Garcia sudah menghabisi nyawa lebih dari setengah populasi Kerajaan Graycastle. Dalam keadaan normal, ribuan warga sipil akan dipimpin oleh seratus orang kesatria untuk melancarkan serangan. Kesatria yang tidak perlu berpartisipasi dalam perang hanya perlu bertanggung jawab untuk mendistribusikan pil dan menangani hal-hal yang bersifat umum. Menghadapi jumlah pasukan Timothy yang jauh lebih banyak, musuh pasti akan langsung mundur. Mundurnya pasukan Garcia sepertinya sudah tidak bisa dielakkan lagi. Jika Garcia berniat untuk melakukan serangan terakhir, Pelabuhan Air Jernih seharusnya sudah dikuasai oleh penduduk yang telah meminum pil Berserk.     

Satu-satunya musuh yang harus Timothy hadapi saat ini adalah Roland Wimbledon yang berada di Wilayah Barat.     

[1] Berasal dari bahasa Yunani yang berarti bangunan berbentuk bundar dengan kubah lengkung di bagian atas dan pilar yang mengelilingi bangunannya     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.