Bebaskan Penyihir Itu

Gema dan Nona Bulan Perak



Gema dan Nona Bulan Perak

3"Hissss … hissss …!"      2

Elang Bersayap Empat itu mengeluarkan suara bernada tinggi yang aneh karena mungkin monster itu tidak menyangka para penyihir itu akhirnya mengambil inisiatif untuk menyerang terlebih dahulu.     

Monster itu membuka paruhnya dan segera menyerang Lorgar tanpa berusaha menghindari wanita serigala itu sama sekali.     

Yang terjadi selanjutnya membuat para penonton terkesiap.     

Lorgar langsung berubah wujud menjadi serigala gurun raksasa dan ia memukul monster itu di bagian muka dengan kekuatan penuh! Kepala elang itu miring ke satu sisi dan paruhnya yang semula mampu melahap orang dewasa langsung putus terkena pukulan itu.     

Saat itu, monster elang itu sudah terlambat untuk menyesuaikan keseimbangannya, sehingga kedua binatang raksasa itu hanya bertabrakan dan saling mencengkeram satu sama lain.     

Lorgar sekali lagi memuntahkan darah dari mulutnya, tetapi ia masih mencengkeram monster itu dengan erat, dan ia membenamkan gigi-giginya yang tajam ke tubuh monster itu.     

Monster elang itu merasakan adanya bahaya dari serigala gurun yang terus mengigit tubuhnya dan hewan itu mati-matian mengepakkan sayapnya untuk mencoba meloloskan diri. Namun, tidak peduli seberapa keras monster itu mengepakkan sayapnya, monster itu tidak dapat terbang lebih tinggi karena serigala gurun itu sendiri sama beratnya dengan tubuhnya.     

"Andrea!" teriak Ashes.     

"Ha, aku tahu pada akhirnya kamu akan meminta bantuanku," kata Andrea. Andrea melemparkan pistolnya kembali ke Gema dan ia melompat ke atas panggung sambil mengeluarkan Busur Panah Ajaibnya.     

Pada saat yang bersamaan, kedua binatang buas itu jatuh dan menghantam panggung arena duel dengan keras.     

Diiringi kilatan cahaya putih, serigala gurun yang duduk di atas Elang Bersayap Empat itu tiba-tiba menghilang. Ashes tahu tubuh Lorgar sudah mencapai batasnya. Tetapi untungnya, hasil Duel Suci ini sudah diputuskan. Ashes mengambil jubah salah satu prajurit Negara Pasir yang sudah tewas dan ia bergegas menuju monster itu.     

Setelah Ashes melihat lebih dekat, ia bisa melihat bahwa di punggung monster itu dan bagian perutnya terdapat beberapa luka. Ada beberapa luka goresan, sementara luka lainnya berupa lubang-lubang kecil yang mengeluarkan lendir berwarna hijau dan darah berwarna biru. Luka-luka ini mungkin karena terkena tembakan peluru Tentara Pertama, tetapi tidak satu pun dari peluru itu yang mengakibatkan kerusakan fatal pada monster itu.     

Ashes menemukan Lorgar yang sudah tidak bergerak di antara sayap monster itu dan ia langsung menggendong Lorgar turun dari arena duel.     

Dari sudut matanya, Ashes bisa melihat busur di tangan Andrea yang bersinar dengan cahaya keemasan.     

Hibrida Iblis yang terluka sangat parah itu terhuyung-huyung di tanah ketika tiba-tiba ia melihat sesuatu yang berwarna keemasan di sebelahnya.     

"Hei, apa yang kau lihat?" Andrea tertawa sambil mengejek. "Terbanglah jika kau bisa."     

"Kieeekkk!" Monster elang itu mencoba melebarkan sayapnya dengan panik untuk melarikan diri. Tetapi semuanya sudah terlambat.     

Secercah cahaya menyilaukan ditembakkan dari Busur Panah Ajaib milik Andrea, dan diiringi suara guntur yang bergemuruh, Busur Panah Ajaib itu menembus tubuh monster itu. Dalam sekejap, tubuh monster itu tiba-tiba mulai memancarkan cahaya berwarna keemasan yang tidak terhitung jumlahnya, seolah-olah sinar matahari mencoba keluar dari tubuhnya dan mulai menelan monster itu dengan sinarnya!     

Saat monster itu pasrah berdiam diri menerima nasibnya, sebuah lubang cekungan selebar beberapa meter muncul di tengah-tengah arena duel. Yang tersisa dari Elang Bersayap Empat itu adalah sepotong tubuhnya yang tergeletak di pinggir cekungan itu, dan bagian-bagian tubuhnya yang lain berceceran di seluruh tempat itu seperti tetesan air hujan yang berjatuhan dari langit.     

Andrea berdiri dengan bangga di tengah-tengah hujan daging dan darah ini, sambil memegang Busur Panah Ajaibnya.     

"Kenapa kamu masih mengeluarkan busurmu? Apakah kamu ingin menyia-nyiakan kekuatan sihirmu?" tanya Ashes yang berada di bawah panggung arena duel sambil bangkit berdiri.     

"Tentu saja, supaya orang-orang di sini bisa mengingat kehebatanku … ah, sialan." tiba-tiba Andrea menutup mulutnya dan ia tidak menyelesaikan ucapannya. "Ini semua salahmu karena membuatku keceplosan. Bagaimana jika ada daging burung yang jatuh ke dalam mulutku?"     

Ashes hanya memutar kedua bola matanya mendengar hal itu.     

…     

Wajah Ketua Klan Api Liar tampak pucat saat ia menggendong tubuh putrinya dari tangan Ashes. Bahunya sedikit bergetar dan ia bertanya, "Apakah Lorgar sudah …."     

"Putrimu masih hidup, tetapi kondisinya kritis. Bahkan obat herbal terbaik pun hanya dapat menunda kematiannya." kata Ashes sambil mengangkat bahunya, "Kecuali kita segera merawat putrimu itu."     

"Kamu … apa kamu punya cara untuk menyembuhkan Lorgar putriku?" tanya Guelz.     

"Benar, dan putrimu bisa kembali sehat seperti semula." jawab Ashes.     

Mata Guelz terbelalak dan ia menatap Ashes sejenak sebelum akhirnya ia membuka mulutnya. "Kalau begitu … berapa harga untuk mengobati putriku?"     

"Kamu akan segera mengetahuinya," kata Ashes, "Tetapi yang ingin aku ketahui sekarang adalah … apakah kamu akan mengakui hasil Duel Suci ini?"     

"Klan Api Liar bukanlah Klan Cambuk Besi, dan kami tidak akan menyangkal kemenangan yang dimenangkan melalui darah dan kehormatan. Apa lagi …" Guelz menghela napas dan berkata, "Tidak ada yang bisa menyangkal bahwa saat ini Klan Osha adalah klan yang terkuat. Jika kamu tidak percaya, kamu bisa mendengarnya sendiri …."     

Ashes tentu sudah mendengarnya.     

Baik di panggung arena duel atau di Tanah Api, setiap orang yang hadir di sana meneriakkan satu nama secara bersamaan.     

"Osha! Osha! Osha!!"     

Di antara kegembiraan ini, Gema naik ke panggung arena duel.     

"Aku adalah kepala Klan Osha, namaku Bulan Perak. Tetapi aku juga punya nama lain, Gema, penyihir di Persatuan Penyihir dari Kerajaan Graycastle!" Suaranya terdengar jelas di antara suara kerumunan orang dan suaranya sampai ke telinga semua orang. "Aku telah kehilangan segalanya karena pengkhianatan yang dilakukan oleh Klan Cambuk Besi. Tidak hanya Klan Osha diasingkan, tetapi aku juga dijual sebagai budak, dari Pelabuhan Air Jernih sampai ke Kota Raja di Graycastle. Aku cukup beruntung karena aku diselamatkan oleh sebuah organisasi penyihir. Setelah itu, aku pindah ke sebuah kota kecil di Wilayah Barat, di mana namaku berubah menjadi Gema."     

Gema berhenti bicara sejenak, lalu ia berkata, "Aku lebih suka nama Gema daripada Bulan Perak. Meskipun aku telah melalui beberapa pengalaman yang menyakitkan, aku jauh lebih bahagia di sana daripada ketika aku masih di padang pasir. Kota itu, yang dulunya adalah kota terpencil di sebuah perbatasan, sekarang telah menjadi kota yang ramai. Sebagian besar pertumbuhan kota itu berkat kerja keras Yang Mulia Roland Wimbledon dari Kerajaan Graycastle, dan Yang Mulia juga orang yang telah mengubah nasibku!"     

Ashes tercengang. "Kata-katanya itu … tidak terdengar seperti pidato yang dilatih Gema tempo hari."     

"Yah," kata Andrea sambil terkikik, "Inilah yang sudah lama ingin Gema sampaikan. Selain itu, yang bisa kita lakukan sekarang hanyalah bertepuk tangan atas pidato yang disampaikan Gema."     

Pada awalnya, Gema tampak agak gugup untuk menyampaikan pidatonya, tetapi begitu ia mulai berbicara tentang kehidupan barunya di Kota Tanpa Musim Dingin, kepercayaan dirinya semakin meningkat. "Aku tahu kalian semua penasaran mengapa aku mengatakan semua hal ini, lagi pula, Kota Tanpa Musim Dingin hanya sebuah kota di Wilayah Barat. Tidak peduli betapa indahnya kota itu, itu tidak ada hubungannya dengan orang-orang kita di Negara Pasir. Itu benar. .. mungkin dulunya Negara Pasir adalah negara yang indah, tetapi sekarang semuanya tidak sama!"     

"Yang Mulia berkata, Kota Tanpa Musim Dingin tidak akan pernah membeda-bedakan rakyatnya berdasarkan asal-muasal kita. Kota Tanpa Musim Dingin memiliki orang-orang dari berbagai jenis latar belakang. Ada orang-orang biasa dari Graycastle, penyihir, dan bahkan orang-orang dari klan asing! Ini sudah cukup untuk membuktikan kebaikan dan kebijakan yang dimiliki Yang Mulia. Sekarang Yang Mulia berniat untuk menyelamatkan orang-orang Negara Pasir dari padang pasir tandus yang berlumuran darah ini dan memberi kalian semua kehidupan yang lebih baik, seperti yang telah Yang Mulia lakukan ketika ia membantu kami para penyihir. Dan aku hendak melaksanakan kehendak Yang Mulia, untuk menyampaikan berita ini kepada kalian semua atas nama klan terkuat di Negara Pasir. Yang Mulia telah memutuskan untuk menjadi kepala Klan Mojin untuk menyatukan seluruh Negara Pasir dan memperlakukan kita semua sebagai rakyatnya!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.