Bebaskan Penyihir Itu

Seni Bujukan



Seni Bujukan

0Molly mengangguk dengan sepenuh hati.     
4

Dalam satu bulan terakhir, Molly sangat tersentuh oleh sikap warga Kota Tanpa Musim Dingin terhadap penyihir. Mereka bertindak tidak terlalu akrab atau diskriminatif, dan sebaliknya mereka memperlakukan para penyihir dengan penasaran dan juga sudah terbiasa dengan kehadiran mereka.     

Saat berjalan-jalan di sekitar Distrik Pelabuhan beberapa hari sebelumnya, Molly melihat embusan angin yang kencang meniup tumpukan peti kayu kosong di dermaga. Reaksi alam bawah sadar Molly adalah memanggil pelayan ajaibnya untuk menangkap peti kayu yang jatuh itu. Daripada berteriak dan melarikan diri, kerumunan pekerja malah memperhatikan makhluk raksasa transparan tanpa kaki dengan penasaran.     

Ini adalah pengalaman yang tidak pernah dimiliki Molly sebelumnya. Bahkan para imigran di Pulau Tidur tidak pernah berinteraksi sedekat itu dengan para penyihir. Meskipun mereka mematuhi perintah Yang Mulia Tilly dari depan, mereka masih menganggap penyihir sebagai kaum yang berbeda dari diri mereka. Sebagian besar penduduk pulau Fjords menjaga jarak dengan penyihir, hanya para penjelajah dan beberapa pedagang yang tidak keberatan berurusan dengan kekuatan yang dimiliki para penyihir.     

Belum lagi soal betapa mengerikannya situasi di benua di mana Gereja memiliki pengaruh kuat.     

Ketika Lotus pertama kali menceritakan pengalamannya di Wilayah Barat, Molly hanya setengah percaya. Namun, ketika Molly datang ke Wilayah Barat, ia menyadari bahwa cerita Lotus itu baru sebagian kecilnya.     

Sekarang, Molly merasa sedikit cemburu melihat Lotus memimpin sejumlah besar orang yang naik dan turun di gedung-gedung tinggi, Evelyn menjalankan kedai minuman yang ramai, dan Candle, yang dulu dianggap tidak berguna, ia selalu disambut hangat oleh para pekerja pabrik.     

Bukan semata-mata karena Molly tidak ingin mengganggu Tilly, ia lantas tidak aktif mencari pekerjaan.     

Molly tidak pernah tinggal diam, bahkan saat ia masih berada di Pulau Tidur.     

"Dan, jangan lupa bahwa kita masih memiliki musuh terbesar yang harus diwaspadai, yaitu Iblis." Tilly memandang ke sekeliling hadirin. "Kalian semua sudah tahu apa arti Pertempuran Besar. Bahkan Gereja Hermes tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan mereka, oleh karena itu, pekerjaan yang kalian ambil tidak seharusnya demi memenuhi kesenangan kalian sendiri. Setiap pekerjaan yang kalian hasilkan adalah sumbangan kepada Kota Tanpa Musim Dingin dan seluruh umat manusia. Ini akan membawa kemuliaan bagi para penyihir secara keseluruhan karena melalui pekerjaan ini, kita dapat membuktikan kepada dunia bahwa para penyihir adalah bagian yang sangat penting dan menentukan untuk seluruh umat manusia!" Tilly mengangkat tangan kanannya yang mengepal. "Para saudari-saudari yang bersedia menerima perekrutan ini, silahkan naik ke panggung sekarang …."     

…     

"Dari 86 pekerjaan, 69 penyihir telah melamar. Ini hasil yang cukup bagus." Tilly menyerahkan daftar nama itu pada Wendy setelah pertemuan itu selesai. "Dan sebagian besar orang yang masih belum merespons hanya ragu-ragu. Aku percaya akan ada lebih banyak yang mau menerima rekrutmen setelah beberapa waktu."     

"Ini lebih dari sekadar baik," gurau Wendy, "Jumlah ini jauh melampaui tebakan Yang Mulia."     

"Oh?" Tilly tampak penasaran. "Berapa banyak yang Roland tebak?"     

Wendy tertawa dan mengulurkan tiga jarinya.     

"30 orang?" Tilly cemberut. "Roland benar-benar sudah meremehkan Mantra Tidur."     

"Daripada mengatakan bahwa Yang Mulia meremehkan antusiasme penyihir, kamu bisa mendapatkan pujian untuk itu." Wendy membungkuk dengan sungguh-sungguh ke arah Tilly. "Yang Mulia, anda tidak perlu berkata seperti itu."     

Jika itu adalah proses rekrutmen biasa, 30 orang mungkin sudah bisa diprediksi. Berkat pidato Tilly tentang bekerja demi saudari-saudari dan membawa kemuliaan bagi para penyihirlah yang menggerakkan mayoritas orang itu. Sebagai mantan penjaga Asosiasi Persatuan Penyihir, Wendy memahami apa yang paling kurang dimiliki sesama penyihir selain rumah, yaitu pengakuan dari orang biasa.     

Lagi pula, setelah hidup sebagai orang biasa selama lebih dari 10 tahun dalam hidup mereka, tidak mudah bagi mereka untuk menyingkirkan masa lalu mereka begitu saja.     

"Aku bicara demikian juga demi diriku sendiri." Tilly tersenyum dan menggelengkan kepalanya. "Roland telah membuat aku melihat berbagai hal menarik dan memahami kota yang luar biasa ini. Jika kita kalah dalam Pertempuran Besar Ketiga, semua kenyamanan ini akan hilang, dan dengan demikian aku harus berusaha agar aku bisa terus melihat hal-hal yang indah. Akan sangat bijaksana jika kita bisa bergandengan bersama sebelum kiamat tiba, bukan begitu?"     

"… Yang Mulia memang benar." Wendy mulai tertawa.     

"Sayang sekali tidak semua orang setuju denganku." Tilly mengangkat bahu dengan pasrah. "Seperti para penyihir Wilayah Timur, yang mungkin tidak akan pernah menerima perekrutan bahkan sampai mereka mati."     

"Yang Mulia, maksudmu kelompok kecil yang dipimpin oleh Azima?" Wendy bertanya dengan bingung. "Jika Azima tidak akur denganmu, mengapa ia mau pergi bersamamu ke Fjords?"     

"Perkenalan kami tidak dimulai dengan cara ini." Tilly menghela napas. "Sebelum mereka tiba di Pulau Tidur, mereka sudah berkenalan dengan Asosiasi Taring Berdarah terlebih dahulu. Asosiasi Taring Berdarah membantu mereka berkali-kali untuk melawan tentara pengejaran gereja selama pelarian, karena itu Azima dan kelompoknya mempercayai Heidi Morgan. Ini bukan apa-apa pada awalnya, tetapi, ketika ketegangan pecah antara Asosiasi Taring Berdarah dan Mantra Tidur, hubungan kami semakin renggang dan hancur."     

"Jadi … begitu kejadiannya."     

"Dan ketika aku bertarung melawan Heidi tanpa memberi tahu semua orang, Azima semakin benci kepadaku. Dengan demikian aku menyetujui ketika mereka meminta meninggalkan Pulau Tidur." Tilly melanjutkan perlahan. "Sebenarnya, jika Gulir tidak membujuk mereka, mereka mungkin tidak akan mau tinggal di Kota Tanpa Musim Dingin."     

"Itu bukan salahmu," kata Wendy sambil berusaha menghibur Tilly. "Heidi Morgan pantas mendapatkannya karena ia sudah menipu para penyihir Kerajaan Hati Serigala."     

"Tapi Heidi jelas membantu Azima." Tilly tampak tidak tertarik untuk membahas masalah ini lebih jauh. "Jika aku ada di posisi mereka, aku mungkin akan merasa kesal juga. Sebenarnya mereka bukan orang jahat."     

"Oh …" Wendy terdiam beberapa saat. "Aku mungkin punya cara untuk membujuk mereka untuk tinggal di sini, tapi …."     

"Tetapi apa?"     

"Itu bisa menyebabkan mereka melepaskan diri dari Mantra Tidur." jawab Wendy.     

"Itu tidak ada bedanya dengan sekarang." jawab Tilly dengan mantap. "Jika idemu itu bisa menguntungkan Roland dan juga mereka, silahkan saja."     

***************     

"Apakah ini … tidak apa-apa?" Doris merasa khawatir saat kembali ke tempat tinggalnya. "Kita sudah menyinggung Lady Tilly. Jika kita menolak pekerjaan Yang Mulia kali ini, kita akan membuat Lady Tilly tidak senang, dan kita mungkin …."     

Kata-kata Doris mendapat persetujuan dari beberapa penyihir Wilayah Timur lainnya.     

"Kurasa Doris benar. Roland Wimbledon bukan raja biasa, dan saat ini ia adalah raja Graycastle. Bahkan jika kita berhasil kembali ke Wilayah Timur, itu masih wilayah kekuasaannya."     

"Ditambah lagi kita bukan penyihir tempur. Jika mereka menggunakan kekuatan untuk melawan kita, kita tidak akan memiliki kemampuan untuk melawan."     

"Ayolah. Bahkan jika kita bertarung melawan mereka, bagaimana kita bisa mengalahkan orang gila seperti Ashes? Aku berani bertaruh bahwa Ashes sudah lama tidak menyukai kita."     

"Sebenarnya … aku merasa Persatuan Penyihir sudah memperlakukan kita dengan cukup baik."     

"Lupakan saja. Mereka pasti akan memihak raja. Masih untung jika mereka tidak membantu Yang Mulia untuk menangkap kita."     

"Tunggu sebentar." Azima memotong argumen yang sedang berlangsung. "Roland Wimbledon tidak akan pernah menggunakan metode keras, jika tidak, citra diri yang telah dibangunnya selama ini akan hancur. Jika kita menerima rekrutmen itu, untuk apa semua kegigihan yang kita lakukan sebelumnya? Kita pasti akan mengandalkan Mantra Tidur pada akhirnya. Bagi orang luar, kita tidak berbeda dari para penyihir lainnya."     

Azima mengucapkan kata-kata ini dengan nada keberatan. Jika mau jujur, selama setengah bulan terakhir Persatuan Penyihir telah memberi mereka bantuan daripada menindas mereka, bahkan Persatuan Penyihir juga memperlakukan mereka dengan setara. Penyihir yang bernama Wendy bahkan datang beberapa kali untuk membicarakan masalah ini dengan Azima. Bahkan, sikap ramah Wendy menyebabkan Azima merasa rindu akan kampung halamannya.     

Namun, Azima tahu bahwa ia harus terus bersikap acuh tak acuh. Azima berpendapat bahwa begitu ia mengalah, ia akan sulit untuk keluar dari Mantra Tidur selamanya.     

Tepat pada saat itu, seseorang mengetuk pintu kamar mereka.     

"Siapa itu?" Azima menoleh dengan jengkel.     

"Ini aku, Wendy." Suara Wendy yang familiar dan lembut terdengar dari luar. "Azima, ada sesuatu yang ingin aku diskusikan denganmu."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.