Bebaskan Penyihir Itu

Lucia



Lucia

2Kondisi Ring kini sudah membaik dan stabil.     
2

Ada kejadian aneh yang mirip ketika pertama kali Lucia dan Ring tiba di dermaga Kota Perbatasan, tentara bayaran membawa tombak kayu di punggung mereka dan memisah-misahkan para pengungsi menjadi beberapa kelompok. Pengungsi yang dalam kondisi kritis dibawa ke bangunan kayu yang berbentuk aneh untuk dirawat terlebih dahulu. Setelah itu ada para pemuda pemudi yang dirawat, kemudian keluarga yang membawa anak-anak, dan yang terakhir adalah orang dewasa.     

Lucia dan Ring berada di kelompok pertama yang mendapatkan perawatan. Seluruh proses perawatan berlangsung dengan cepat. Dengan mata yang ditutup, Lucia menggandeng Ring dan berjalan ke pondok kayu itu sambil dituntun oleh seorang tentara bayaran. Tidak lama kemudian, sebuah pil diletakkan di tangannya. Pil itu terasa kecil dan rasanya agak manis. Orang yang berada di samping Lucia mengatakan kepadanya agar tidak khawatir, dan Ring adiknya sedang dalam perawatan.     

Ketika Lucia meninggalkan ruang pemeriksaan dan membuka kerudungnya, ia terkejut melihat perubahan pada kulit Ring. Meskipun Ring masih koma, tubuhnya sudah tidak demam, dan rona merah di wajahnya telah menghilang. Bintik-bintik hitam itu telah menghilang tanpa meninggalkan bekas.     

Para pengungsi yang telah dibebaskan dari bayangan kematian dan mendapatkan kembali kehidupan mereka nyaris tidak dapat menahan diri. Mereka berlutut di depan seorang pria berambut abu-abu yang berdiri di kejauhan dan mereka bersukacita, memberikan tanda penghormatan tertinggi kepada sang pangeran. Para pengungsi sudah mengetahui dari para tentara bayaran bahwa pria berambut abu-abu itu adalah penguasa Wilayah Barat, ialah Yang Mulia Roland Wimbledon.     

Apa yang para pengungsi saksikan ternyata sesuai dengan rumor yang disebarkan di Kota Raja. Sang pangeran tidak hanya menyalakan api unggun di dermaga dan memasak bubur daging untuk para pengungsi, tetapi sang pangeran juga berjalan di antara mereka dan berbicara dengan mereka. Sang pangeran mengatakan kepada mereka bahwa jika mereka bersedia melakukan sesuatu dan bekerja untuk kota ini, mereka dapat menerima upah, makanan, dan tempat tinggal di sini. Semua orang menikmati bubur daging yang lezat, mereka saling berbicara dan merasa beruntung karena mereka datang ke Wilayah Barat dan berterima kasih kepada sang pangeran atas kebaikannya."     

Hanya Lucia yang merasa sedikit cemas.     

Bagaimana Lucia bisa menghubungi Persatuan Penyihir? Informasi yang telah beredar mengatakan bahwa ada penyihir yang tinggal di Kota Perbatasan, tetapi tidak pernah disebutkan bagaimana cara menemukan para penyihir itu disini. Mungkin ada informasi yang telah hilang selama rumor itu beredar. Lucia mendengar bahwa rumor itu berasal dari kota-kota besar di wilayah tengah kerajaan.     

Begitu semua orang sudah kenyang, beberapa orang tentara bayaran membawa mereka ke sebuah pondok kayu di dekat sungai. Tiba-tiba Lucia mendengar ada suara seorang wanita di belakangnya.     

"Apakah yang sedang kamu cari?"     

Lucia terkejut, ia menoleh dan bersiap untuk lari. Namun ketika wanita itu mulai menampakkan diri, Lucia tidak bisa menggerakkan tubuhnya.     

Ya Tuhan, wanita ini sangat cantik. Rambut panjangnya yang bergelombang bergoyang di bawah sinar api dan membuat rambutnya berwarna oranye, matanya bersinar terang seperti bintang, dan senyumnya yang manis tersungging di bibirnya. Namun, hal yang paling mencolok dari wanita ini adalah kharisma yang dipancarkannya, mirip dengan kharisman seorang pria dewasa, dan juga seperti kharisma seorang bangsawan.     

"Namaku Nightingale. Aku adalah seorang penyihir. Selamat datang di Wilayah Barat."     

Mau tidak mau Lucia menundukkan kepalanya karena kharisma wanita itu. "Aku … namaku Lucia White. Aku ingin bergabung dengan asosiasi penyihir."     

"Kalau begitu ikutlah denganku," kata Nightingale sambil tersenyum, "Aku akan membawa kamu pulang."     

Saat ini, matahari sudah terbenam di balik pegunungan, dan langit memancarkan cahaya temaram. Sambil menggendong Ring yang sedang tidur, Lucia mengikuti Nightingale dari belakang.     

"Kapan kamu mulai tersadar?" Nightingale bertanya kepada Lucia.     

"Tersadar?" Lucia terkejut dengan pertanyaan itu.     

"Tersadar adalah momen ketika kamu berubah menjadi penyihir," kata Nightingale, "Sejak saat itu, tubuhmu akan terus menyatu dengan kekuatan sihir. Kami menyebut ini dengan sebutan tersadar."     

"Aku rasa … mungkin sejak dua tahun lalu," Lucia mencoba mengingat-ingat. "Apakah kemampuan kita berasal dari iblis?"     

"Itu hanya tuduhan yang disebarluaskan oleh gereja." jawab Nightingale sambil menggelengkan kepalanya. "Kekuatan sihir adalah kekuatan yang dianugrahkan kepada kita dari Tuhan. Kekuatan sihir kita tidak ada hubungannya dengan kebaikan atau kejahatan. Siksaan Iblis adalah reaksi kekuatan sihir yang berlebihan di tubuh kita. Kamu bisa menghindari rasa sakit pada saat Siksaan Iblis jika kamu terus menerus menggunakan kekuatanmu."     

"Jadi maksudmu ada cara untuk menghindari rasa sakit karena Siksaan Iblis itu?" Lucia menatap Nightingale dengan mata terbelalak.     

"Benar, jika saja gereja tidak berusaha menekan para penyihir, tidak akan ada penyihir yang harus menanggung rasa sakit karena Siksaan Iblis itu." Nightingale mengedipkan matanya. "Tetapi di kota kita bebas menggunakan kemampuan di rumah kita." Nightingale menunjuk ke belakang Lucia. "Apakah anak yang lucu ini adikmu? Dan di mana anggota keluargamu yang lain ….?"     

"Semua keluargaku sudah mati, dan hanya Ring dan aku yang berhasil meloloskan diri." Lucia terdiam sejenak. "Sekelompok orang menyerang Kota Valencia, mereka membakar dan menjarah segalanya. Karena ayahku mencoba melawan mereka, mereka … ayahku ditikam beberapa kali. Ibuku menyuruh aku dan Ring untuk melarikan diri dan akhirnya Ibuku juga …" Kesedihan yang telah lama dirasakan Lucia selama ini kembali terkuak, membuat dirinya tidak dapat melanjutkan kata-katanya. Semua kesulitan yang Lucia dan Ring alami selama perjalanan mereka, rasa lapar, haus, ketakutan, semuanya tercurah keluar. Demi Ring, Lucia menggertakkan giginya dan mencoba untuk tetap tegar. Tetapi sepertinya Lucia tidak bisa mempertahankan ketegarannya, dan akhirnya tangisnya meledak. Lucia berpikir sikapnya tidak sopan terhadap Nightingale. Jika bertemu seseorang untuk pertama kalinya, Lucia seharusnya bisa bersikap anggun, dan pantas. Bagaimana Lucia bisa menghentikan air matanya yang terus bercucuran ini?     

Apakah sikap Lucia ini akan membuat Nightingale tidak menyukainya? Lucia merasa air matanya bercampur dengan ingus dan mulutnya terasa asin. Namun, yang membuat Lucia terkejut, tubuhnya dirangkul oleh Nightingale, ia memeluk Lucia dengan hangat. Nightingale dengan lembut mengusap-usap bagian belakang kepala Lucia, Nightingale menunjukkan bahwa ia tidak keberatan dengan penampilan Lucia yang berantakan dan air matanya yang mengalir deras. Sebaliknya, Nightingale berkata dengan lembut, "Menangislah. Tidak apa-apa jika kamu mau menangis."     

…     

Begitu Lucia bisa menenangkan diri, ia mendongakkan kepalanya, dan melihat bahu Nightingale basah terkena air matanya.     

"Aku, aku minta maaf …" Lucia meminta maaf kepada Nightingale sambil tersipu malu.     

"Tidak apa-apa. Apakah kamu sudah merasa lebih baik?" Nightingale mengeluarkan saputangan dan membantu Lucia menyeka wajahnya. Dengan satu tangan, Nightingale menggendong Ring, dan tangannya yang satu lagi, menggandeng Lucia. "Mari kita pergi. Ada banyak saudari-saudari yang sudah menunggumu."     

Lucia pikir para penyihir tinggal di sebuah gudang yang sudah usang atau di ruang bawah tanah yang sudah lama ditinggalkan. Lucia tidak menyangka Nightingale akan membawanya ke sebuah istana. Bukankah istana ini adalah tempat kediaman sang penguasa? Yang membuat Lucia semakin terkejut para penjaga istana malah melambaikan tangan mereka kepada Nightingale dan dirinya dan tidak menghalangi mereka masuk ke istana.     

Mungkinkah seluruh kota ini berada di bawah kendali Asosiasi Persatuan Penyihir?     

Di lantai tiga istana, Lucia, Ring dan Nightingale memasuki sebuah ruangan yang terang benderang. Lucia merasa sangat terkesan setelah mengetahui bahwa pria yang sedang duduk di depannya adalah sang penguasa yang telah menerima sorak-sorai dari para pengungsi sebelumnya.     

"Ini adalah pemimpin Persatuan Penyihir, Yang Mulia Roland Wimbledon. Yang Mulia menerima para penyihir yang tersisa dari Asosiasi Persatuan Penyihir dan menyebarkan rumor ke seluruh kota, agar dapat menghimbau para penyihir yang tidak tahu harus berlindung ke mana," kata Nightingale, "Kota Perbatasan adalah rumah bagi para penyihir. Kamu tidak perlu meragukan apa pun karena orang yang merawat adikmu itu sebenarnya adalah seorang penyihir juga."     

Lucia tercengang. Lucia tidak pernah menyangka bahwa ada seorang bangsawan yang mau menerima penyihir, dan hebatnya lagi para penyihir itu tidak dimanfaatkan atau dijadikan budak. Lucia langsung membungkuk untuk memberi hormat dengan kikuk. Nightingale tidak bisa menahan tawanya karena melihat sikap Lucia yang kaku. "Jangan khawatir, Yang Mulia bukan orang yang mempedulikan tata krama dan sopan santun seperti itu."     

"Jadi, kamu berasal dari Wilayah Timur?" Suara Yang Mulia Roland terdengar santai dan menenangkan. Yang Mulia seperti hendak mengobrol dengan Lucia dan bukan sedang bertanya.     

Lucia mencuri-curi pandang kepada Yang Mulia yang sedang duduk dan ekspresi di wajah Yang Mulia seperti penasaran dengan dirinya.     

"Benar."     

Dengan percakapan dan penjelasan yang disampaikan oleh Nightingale, suasana hati Lucia perlahan menjadi lebih relaks. Meskipun Yang Mulia Roland adalah seorang bangsawan, ia tidak bersikap agresif dan arogan. Sebaliknya, Yang Mulia bersikap sangat lembut dan perhatian.     

"Jadi, sepertinya ketika kamu tersadar sebagai penyihir dua tahun yang lalu, kamu masih belum dewasa …" kata Yang Mulia dengan penuh minat, "Apa kemampuan sihirmu?"     

"Kemampuanku adalah mengembalikan suatu benda ke bentuk aslinya." Lucia berkata dengan ragu. "Tetapi itu tidak berlaku untuk semua benda."     

"Mengembalikan ke bentuk asli?" Yang Mulia menyentuh dagunya, dan mendorong sebuah cangkir kepada Lucia. "Bisakah kamu memperlihatkan kemampuanmu kepadaku?"     

"Cangkir ini akan hancur jika aku melakukannya."     

"Tidak masalah."     

Lucia menganggukkan kepalanya, ia berjalan ke meja, dan meletakkan tangannya di atas cangkir.     

Cangkir itu mulai menyusut. Cangkirnya menjadi cacat, dan akhirnya dipisahkan menjadi tiga zat unik. Yang paling kiri tampak seperti genangan minyak, berbentuk cairan berwarna gelap dan kental. Bagian kedua adalah sekelompok kecil bubuk berwarna hitam. Dan yang ketiga, ada genangan air yang mengalir perlahan di meja.     

.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.