Dewa Obat Tak Tertandingi

Membunuh dengan Menggunakan Pisau Pinjaman



Membunuh dengan Menggunakan Pisau Pinjaman

0Duar!      
3

Tubuh Xie Jingyi terhempas lurus.      

"Ouch, pantatku!" Si Gendut Kecil meratap, terdengar menyakitkan.      

Semua orang hanya menyeringai melihat si gendut yang banyak tingkah.      

"Heh, si benda kurang ajar dan buta ini berani sekali bersikap kurang ajar pada Kakak Senior Lin Xiu. Otaknya mungkin sudah rusak, kan?"     

"Kakak Senior Lin Xiu adalah murid top dari padepokan dalam, bagaimana bisa si gendut punya pikiran tak pantas padanya. Dia sudah seperti kodok yang berhasrat pada daging angsa!"      

"Benar! Kakak Senior Lin Xiu ini bagaikan bunga di padepokan dalam. Dia sudah menolak banyak para petarung luar biasa. Mana mungkin dia akan tertarik dengan manusia macam bola gendut macam dia?"     

....     

Ketika Jia Chong melihat pemandangan tersebut, dia hanya menyeringai dalam hati.      

"Dia sudah ada di ranjang kematiannya dan masih punya semangat untuk menggoda perempuan di sini. Si bodoh itu tidak berpikir kalau dia bisa ikut Pengadilan Peleburan Seratus Kota karena bakatnya lebih unggul dari yang lain kan?"      

Jia Chong adalah petarung nomor dua dalam musim ini. Tentu saja dia dipilih untuk ikut Pengadilan Peleburan Seratus Kota.      

Si Gendut Kecil berguling, merangkak, dan kemudian berlari goyah ke samping Lin Xiu. Dia sungguh tak tahu malu.      

"Lelaki sejati akan menggunakan akal, bukan kekerasan. Xiu..maksudku Kakak Senior Xiu. Apa yang sedang kau lakukan di sini?"     

"Kalau kau berani bicara ngawur lagi maka aku akan merobek mulutmu!" Lin Xiu berkata dengan nada suara dingin.      

"Tidak, aku tidak akan mengatakannya lagi!" Si Gendut Kecil bergumam.      

Tepat pada saat ini, ada sebuah cahaya bersinar di altar, energi jiwa bergolak kencang. Setelah itu semua orang menghilang. Begitu mereka melewati lorong ruang, pandangan mata semua orang menjadi kabur sebelum pada akhirnya mereka tiba di sebuah tempat asing.      

Ada ratusan altar di depan mereka.      

"Yoo, bukankah itu guru petir dari Perguruan Wu Meng? Kali ini tempat apa yang ingin kalian capai dibandingkan dulu?"      

Begitu para murid mendarat, ada seorang petarung Maha Dewa Asli yang berkomentar sarkas.      

Dalam perjalanan ini, selain Qin Yuanlong, masih ada guru lainnya. Dia adalah Si Petir yang dulunya menilai Ye Yuan dan yang lainnya di ujian masuk perguruan.      

Begitu mendengar kalimatnya, dahi Petir berkerut namun dia tidak membantah. Dia hanya mendengus dingin dan mengabaikan orang itu.      

Semua murid Wu Meng, khususnya yang berasal dari padepokan dalam, merupakan orang-orang yang penuh dengan kemarahan baik yang berharap untuk cepat-cepat bisa bertemu dengan pihak lain.      

"Kakak Senior, siapa mereka? Begitu sombong!" Si Gendut Kecil berpindah mendekati Lin Xiu dan bertanya penasaran.      

Ekspresi wajah Lin Xiu terlihat begitu masam. Dia menjawab pertanyaan Xie Jingyi, "Mereka adalah orang-orang sari Ibukota Zuo Xiang. Secara keseluruhan, mereka memiliki kekuatan untuk berada di posisi sepuluh besar dari ratusan kota yang ikut dalam Pengadilan Peleburan Ratusan Kota ini. Yang lebih penting, perguruan kita musuh bebuyutan mereka. Setiap kali, kita bertemu, maka mereka akan sengaja mentarget kita dan mengambil semua yang sudah kita dapatkan. Karena merekalah, peringkat kita selalu rendah."     

Begitu Si Gendut Kecil mendengar jawaban itu, dia menjadi marah.      

"Sombong sekali! Kali ini, aku, Si Tuan Gendut, akan mengambil semua yang mereka dapatkan!"      

Lin Xiu memutar bola matanya. Dia berkata dengan nada marah, "Kekuatanmu yang masih sedikit belum cukup untuk mengisi lubang di antara gigi mereka. Kau berpikir akan mengambil harta mereka?"     

Si Gendut Kecil terkekeh.      

"Kakak Senior, aku tahu kalau kau memang kuat tapi aku sudah tidak bisa dibandingkan dengan diriku yang dulu. Kali ini, aku akan membuktikan kalau matamu salah menilaiku."     

Orang itu sedang membual. Lin Xiu hanya bisa melotot ke arahnya tanpa bisa meluapkan amarahnya di depan murid-murid dari kota lain.      

Ketika si petarung Maha Dewa Asli dari Ibukota Zui Xiang melihat si Petir diam saja maka dia merasa begitu senang.      

Dia mengedarkan pandangannya dan berhenti di Ye Yuan. Sambil tersenyum, dia berkata, "Ckck, petarung dari Perguruan Wu Meng semakin terpuruk di setiap generasinya! Bagaimana bisa seorang petarung Gua Dalam akhir bisa diikutkan dalam Pengadilan Peleburan Ratusan Kota. Apa kalian ini tidak bisa mencari orang lain? Hahaha..."     

Si Petir melihatnya seolah dia melihat orang bodoh. Tingkat kekuatan Ye Yuan membingungkan namun kekuatannya berada di peringkat tiga besar di antara semua murid padepokan luar yang ikut dalam perjalanan ini.      

Kalau sampai mereka berani memutar ujung tombak mereka ke arah Ye Yuan maka mereka akan rugi besar. Hanya saja, si Petir tidak akan menjelaskan apa pun. Dia ingin melihat si bodoh yang malu sendiri.      

"Zhang Sheng, jangan merendahkan orang! Ye Yuan merupakan terkuat dari rombongan! Bahkan murid nomor satu seangkatannya kalah darinya! Apalagi murid dari padepokan luar. Kalau sampai nanti mereka kehilangan nyawa, jangan salahkan aku dengan tuduhan tidak memperingatkan!"      

Begitu Si Petir sebenarnya menyimpan kesenangan dalam hati, Qin Yuanlong tiba-tiba maju dan memarahi Zhang Zheng.      

Raut wajah semua murid Perguruan Wu Meng pun berubah. Niat Qin Yuanlong untuk membunuh dengan meminjam pisau orang lain sungguh terlihat dengan jelas.      

Qin Yuanlong terlihat seolah mendukung reputasi Ibukota Wu Meng namun kenyataannya, dia memperingatkan Zhang Sheng untuk menyasar Ye Yuan.      

"Qin Yuanlong, apa arti dari semua ini?" kata Si Petir murka.      

"Petir, orang-orang Ibukota Zuo Xiang kelewatan merudung orang. Apa kau bisa tahan melihatnya?" Qin Yuanlong berkata dengan nada biasa, tidak terdengar merendah atau juga meninggi.      

Di samping, si Zhang Sheng melihat ke arah Ye Yuan, setengah ragu. Tidak ada yang aneh dengan pemuda itu. Mana mungkin dia bisa mengalahkan seorang petarung nomor satu?      

Apakah anak itu memang kuat atau si petarung nomor satu Perguruan Wu Meng yang terlalu lemah?      

Tepat pada saat itu, ada sebuah gambar bayangan yang turun dari langit, mendarat di tengah alun-alun.      

Semua petarung Maha Dewa yang ada di sini membungkuk.      

"Salam hormat pada Tuan Xuan Ling!"      

Jantung Ye Yuan berdesir begitu dia mendengar nama Xuan Ling disebut. Gambar bayangan memancarkan kekuatan yang sama dengan Wali Kota Wu Meng waktu itu. Keduanya adalah petarung yang kekuatannya sudah berada di tengah kota.      

Xuan Ling menganggukkan kepalanya.      

"Selang beberapa waktu, sudah 200 tahun berlalu. Masing- masing dari kalian sepertinya membawa petarung hebat. Aku tidak banyak berbicara banyak mengenai peraturan uji coba kali ini. Aku yakin semua orang pasti sudah tahu. Aku hanya akan melihat hasil, bukan prosesnya.      

Pihak yang bisa mendapatkan paling banyak sumber daya yang akan bisa menjadi pemenang tidak peduli metode yang digunakan. Ibukota yang bisa menjadi pemenang dalam pertarungan kali ini akan mendapatkan pil dewa Bintang-Empat! Para murid padepokan dalamnya akan mendapatkan banyak artefak dewa, Piring Pengumpul Jiwa. Sementara itu untuk pemenang dari tempat kecil akan mendapatkan Buah Jiwa Menangis. Sementara itu jika pemenangnya dari Padepokan luar maka di akan mendapat sepuluh helai Buah Jiwa Menangis. Semuanya, bekerja keraslah!"     

Begitu Xuan Ling mendengar kalimat tersebut, semua orang langsung geger.      

"Hadiah kali ini ternyata Piring Pengumpul Jiwa. Dengan alat itu, seseorang akan bisa meningkatkan kekuatannya sepuluh kali lebih cepat. "     

"Buah Tangisan Jiwa! Itu adalah Buah Tangisan Jiwa! Sepuluh buah cukup digunakan untuk naik ke tingkat kekuatan Sekilas Surga."     

"Aku tidak menyangka kalau hadiahnya sangat besar. Sepertinya aku harus bekerja lebih keras."     

Begitu mendengar hadiahnya, puluhan ribu orang yang ada di sana langsung bersemangat. Hadiahnya merupakan sebuah benda langka.      

Diam-diam, Ye Yuan juga cukup tertegun. Pil dewa Bintang Empat jelas-jelas diberikan pada Yang Mulia Walikota. Akan tetapi hanya ada satu wali kota yang bisa menerimanya.      

Ini adalah alasan kenapa setiap kota begitu mempersiapkan diri untuk mengikuti Pengadilan Peleburan Ratusan Kota.      

Xuan Ling mengibaskan tangannya. Ada ribuan lampu hijau yang muncul di hadapan semua orang.      

Mata Ye Yuan mencoba untuk berfokus dan melihat. Itu adalah liontin.      

"Simpan liontin kalung giok ini baik-baik. Sekarang? Aku akan mengirim kalian ke tempat yang sesuai dengan kemampuan kalian. Kalau kau menemui marabahaya, rusak saja liontin giok ini. Kau akan langsung dikirim kembali ke altar. Dan tentu saja, cincin penyimpanan bisanya ditinggalkan juga."      

Sambil berbicara, Xuan Ling mulai membentuk ajian pengunci dengan kedua tangannya. Ye Yuan merasa pandangan matanya mengabur, badannya menghilang dari tempat dia berdiri.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.