Dewa Obat Tak Tertandingi

Dunia Lain



Dunia Lain

2Duar! Duar! Duar!       2

Ada begitu banyak energi murni di langit. Ao Qian memamerkan kekuatan yang tak terkalahkan dengan begitu megahnya. Meski para petarung dari bangsa laut ini memang kuat, mereka masih tidak tahan menghadapi pukulan Ao Qian.      

Tak lama kemudian, lima petarung Mistik Hampa sudah tunduk di hadapan Ao Qian. Begitu melihat kejadian ini, Zhao Qian dan Tetua Tan amat terkejut.      

"Dia memiliki domain raja dewa sejauh 10 ribu kaki! Orang ini...kekuatannya sudah bisa menandingi pemimpin suci dari Delapan Tanah Suci Super!" Tetua Tan berbicara sambil mengagumi.     

"Sepanjang perjalanan ini, aku mendengar dia memanggil Ye Yuan dengan panggilan Tuan! Petarung sekuat itu ternyata adalah anak buah Tuan Muda Ye!" Zhao Qian melihat ke arah Ye Yuan dengan tatapan cemas dan ragu.      

Zhao Qian menemukan Ye Yuan sudah seperti matahari yang ada di atas begitu dia dia bertemu dengan pemuda ini untuk kali pertama setelah 20 tahun berlalu. Ye Yuan terlihat begitu berkilau hingga membuat orang tidak bisa melihatnya.      

Perbedaan yang begitu besar ini membuat Zhao Qian minder.      

"Ini tidak adil! Kami merasa tidak diuntungkan bertarung di atas tanah! Kalau kau memang mampu, mari bertarung di dalam air!" Hiu Satu berteriak.      

Cling!      

Suara Hiu Satu belum hilang ketika ada sebuah cahaya pedang yang menyapu telinganya.      

"Woa! Kau membuatku takut setengah mati!" suara Hiu Satu sudah terdengar seperti tangisan aneh. Makhluk ini begitu kaget ketakutan melihat pedang ini.      

Ekspresi wajah Ye Yuan terlihat begitu masam. Dia melangkah maju.      

"Diam! Kalau tidak, aku akan membunuh kalian semua!"      

Anggota bangsa laut ini begitu kaget melihat kemunculan pedang Ye Yuan. Semuanya menjadi begitu tenang seperti jangkrik di musim dingin.      

Bahkan Hiu Satu yang paling banyak bicara di antara yang lainnya kini diam. Kekuatan pedang yang tadi mereka lihat lebih menakutkan dibandingkan dengan domain raja dewa milik Ao Qian. Jika Ye Yuan memang mau membunuh orang maka Hiu Satu pasti sudah mati sekarang.      

"Sekarang, aku akan tanya dan kalian menjawab! Kalau sampai aku tahu kalian bohong maka aku tidak segan-segan untuk membunuh!" kata Ye Yuan sembari terlihat begitu muram.      

Si Hiu Satu berkedip tanpa henti karena begitu cemas dan takut.      

Biasanya, bangsa laut akan mengamuk begitu mereka berpapasan dengan manusia. Mereka mengikuti kebijakan "bakar semua, bunuh semua dan jarah semua!" dan tidak akan memberikan kesempatan bagi manusia sampai lolos.      

Bagi makhluk laut ini, bangsa manusia merupakan kelompok yang mudah untuk dibunuh.      

Itulah kenapa ketika mereka melihat rombongan Ye Yuan yang mereka lihat masih lemah, maka mereka akan langsung mengejar. Tidak disangka ternyata kekuatan orang-orang ini tidak bisa diterka.      

"Baik, Baik, Baik, Yang Mulia! Silahkan bertanya! Hiu Satu tidak akan berbohong!" jawab Hiu Satu dengan cepat.      

Ye Yuan melihat ke arah Hiu Satu dan bertanya dengan nada dingin, "Apa kalian sedang bepergian menuju Pulau Sembilan Feniks?"      

Hiu Satu benar-benar berada dalam ketakutan dan tidak berani untuk berbohong. Dia langsung menjawab, "Baik, Yang Mulia. Kita akan pergi ke Pulau Sembilan Feniks.~"      

"Apa kalian sering ke tempat ini?" tanya Ye Yaun sambil mengerutkan dahi.      

"Iya, tiga bulan sekali. Ada sebuah acara perdagangan besar di Pulau Sembilan Feniks. Kami kehabisan sumber daya. Jadi, kami biasanya datang ke sini untuk ikut bagian dalam cara ini," kata Hiu Satu.      

Kabar yang diberikan oleh Hiu Satu ini membuat semua orang yang mendengar kaget bukan kepalang. Pulau Sembilan Feniks yang terkenal sebagai tempat jebakan kematian ternyata memiliki acara pameran perdagangan skala besar.     

Orang-orang berpikir kalau pulau ini merupakan pulau yang tak dihuni. Tidak ada yang menyangka kalau ada orang yang tinggal di sini. Dan sepertinya, jumlahnya tidak sedikit.      

"Siapa yang membuat pameran perdagangan ini?" tanya Ye Yuan dengan dahi yang masih berkerut.      

Hiu Satu menggelengkan kepalanya.      

"Aku tidak yakin tentang hal ini. Aku hanya pernah mendengar dia dipanggil Penguasa Pulau Jangkauan Surga. Selain itu aku tidak tahu."     

"Penguasa Pulau Jangkauan Surga? Apakah kalian pernah mendengar nama ini sebelumnya?" Ye Yuan belum pernah mendengar nama ini sehingga dia bertanya pada yang lainnya.      

Yang ditanya tampak bengong. Mereka juga tidak tahu. Satu yang jelas, si Penguasa Pulau Jangkauan Surga ini pastinya sosok yang sangat kuat.      

Jika tidak, mereka pastinya akan rugi mengadakan pameran perdagangan ini karena para mahluk bangsa laut ini memiliki kepribadian yang tidak sopan dan keras kepala.      

"Katakan padaku dengan lebih detail situasi di pameran perdagangan ini!" kata Ye Yuan dengan ekspresi serius.      

Ternyata pameran dagang ini sudah dilakukan selama ribuan tahun. Orang-orang yang datang ke sini harus memiliki Tanda Mata Jelas. Jika tidak, mereka akan hilang di perbatasan katak di luar pulau. Perbatasan ini beracun dan bahkan roh api yang amat kuat. Kalau sampai orang-orang ini bertemu dengan keduanya maka mereka akan langsung terbakar hangus.      

Selain bangsa laut, ada juga bangsa manusia dan iblis yang ikut menghadiri perdagangan ini.      

Hanya saja, pihak-pihak yang datang ini kebanyakan adalah petarung pengembara. Sangat sedikit orang-orang dari faksi kekuatan yang ikut.      

Selain itu, para pemilik Tanda Mata Jelas adalah kelompok yang sudah dipilih tetap. Itulah kenapa orang-orang yang datang ke sini selalu sama setiap tahunnya. Hanya ada sedikit perubahan yang terjadi.      

Setelah mendengarkan cerita ini, Ye Yuan jadi sadar kalau hanya ada sedikit informasi yang orang-orang dari dunia luar tahu tentang Pulau Sembilan Feniks.      

Area seperti sebuah wilayah tertutup. Sangat sulit bagi orang luar untuk masuk ke sana. Untuk bisa masuk ke sini, pengunjung harus mendapatkan rekomendasi dari orang dalam atau memegang Tanda Mata Jelas.      

Selain itu, hanya petarung yang kekuatannya minimal di tingkat Raja Dewa yang diperbolehkan masuk ke sini. Petarung biasa kebanyakan akan mati terkena serangan bangsa laut sebelum sampai ke pulau ini.Bisa dibilang kalau Pulau Sembilan Feniks ini memang pulau yang amat tertutup. Sementara itu Penguasa Pulau Jangkauan Surga merupakan individu yang amat misterius.      

"Lebih dari 20 tahun yang lalu, ada seorang lelaki bernama Zhao Xingchen yang mukanya hampir sama dengan dia. Dia dulu pernah masuk ke Pulau Sembilan Feniks. Apa kau tahu tentang dia?" Ye Yuan tiba-tiba berbicara dan bertanya.      

Zhao Qian memiliki kemiripan dengan ayahnya. Seandainya Hiu Satu sudah pernah melihat Zhao Xincheng sebelumnya maka dia pasti ingat sesuatu.      

Begitu mendengar pertanyaan Ye Yuan, Zhao Qian melihat ke arah Hiu Satu dengan tatapan cemas. Dia berharap akan mendengar kabar baik mengenai ayahnya.      

Sayangnya, Hiu Satu tidak bisa membuat nyata harapan itu. Makhluk tersebut menggelengkan kepalanya.      

"Aku sudah bertemu ribuan manusia dalam kurun waktu ribuan tahun ini. Bagaimana mungkin aku bisa mengingat satu manusia?"      

Hiu Satu memikirkan pertanyaan Ye Yuan.      

"Teh Suci Bulan Perak memang pernah muncul 20 ribu tahun yang lalu. Hanya saja, waktu itu ada begitu banyak orang yang mengincarnya. Akhirnya, ada satu petarung misterius yang bisa mendapatkannya."     

Ketika Ye Yuan mendengar perkataan Hiu Satu, matanya berbinar. Dia bertanya lagi, "Bagaimana rupa orang itu?"      

Hiu Satu menggelengkan kepalanya lagi.      

"Tubuh orang itu sepenuhnya tertutup. Jadi aku tidak bisa melihat apa-apa darinya!"      

Ye Yuan tampak kecewa. Sepertinya orang ini memang Zhao Xingchen. Tapi, ke mana dia pergi?      

"Baiklah,kalian bergerak di depan ke Pulau Sembilan Feniks!" kata Ye Yuan.      

Apa yang seharusnya ditanyakan sudah Ye Yuan utarakan. Dia tidak akan berpikir terlalu lama. Ye Yuan juga tidak merasa kalau sedikit orang yang berdagang di sana memiliki dunia lain.      

Dengan Hiu Satu yang memimpin, maka rombongan ini bisa bergerak dengan mulus. Lima hari kemudian, mereka sudah sampai di daratan dan melihat ada deretan panjang katak.      

"Yang Mulia, wilayah di depan itu adalah Pulau Sembilan Feniks!" kaat Hiu Satu dengan suara lemah.      

Ye Yuan melihat ke arah yang ditunjuk oleh Hiu Satu. Sepanjang mata memandang yang terlihat hanyalah warna putih pasi. Tidak ada yang bisa melihat apa yang ada di sana.      

Kadang-kadang ada api yang menyala di sana-sini menebarkan aura yang menakutkan. Orang-orang yang melihatnya menjadi ketakutan.      

"Y-Yang Mulia, kami....kami....hanya memiliki dua Tanda Mata Jelas!" kata Hiu Satu dengan suara agak takut.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.