Dewa Obat Tak Tertandingi

Terhubungnya Hati Ibu dan Anak



Terhubungnya Hati Ibu dan Anak

4"Leluhur, kau pasti tahu apa yang telah terjadi kan?"      1

Ao Li berdiri di luar sebuah gua, kedua tangannya dia letakkan di samping badannya. Dia sangat menghormati leluhur yang ada di dalam gua ini.      

Setelah cukup lama, sebuah suara yang terdengar datang dari orang yang sudah melewati pahit manis kehidupan terdengar dari dalam gua.      

"Apakah kau menyalahkanku karena aku tidak melakukan apa-apa?"     

Ekspresi wajah Ao Li langsung berubah. Dengan cepat dia menjawab, "Aku tidak berani melakukannya, Leluhur!"      

"Haha, meskipun aku bergerak juga, mungkin aku juga tidak dapat berbuat banyak untuk menghadapinya," suara tua itu membalas.      

Sekujur tubuh Ao Li gemetar. Dia benar-benar terkejut.      

"Ini...bagaimana mungkin!"      

""Kalau Dao Surgawi masih sama, mungkin akan mudah bagiku untuk membalikkan tangan untuk melenyapkannya! Tapi, sekarang ini, kekuatanmu hanya sedikit lebih tinggi dari petarung Raja Dewa. Di dunia ini, mungkin akan ada orang yang bisa mengalahkanku."     

Suara tua ini menyebut dirinya sebagai petarung Maha Dewa. Tidak disangka, ternyata leluhur tua Alam Dewa Binatang Buas ini adalah seorang Maha Dewa.      

Mungkin, semua orang di Dunia Tinggi, tidak pernah menyangka kalau masih ada seorang petarung Maha Dewa yang tinggal di dalam Pegunungan Dewa Gugur.     

Sayangnya, dao Surgawi sudah lama menghilang dari muka bumi ini. Seorang petarung Maha Dewa sekalipun sudah tidak lagi memegang kejayaan yang dulu mereka punya.      

Ao Li tentu sangat syok mendengar jawaban si leluhur tua.      

Selama ini, sosok inilah yang selalu menuntunnya untuk memahami hukum-hukum kekuatan Dao Dewa dan juga gelombang naga tingkat dewa. Di mata Ao Li, Meski Dao Surgawi memang telah menghilang dari dunia ini, leluhur tua adalah orang paling kuat yang dia kenal.      

Namun, kalimat yang dia dengar hari ini membuat Ao Li merasa mendapatkan jawaban dari seorang pahlawan yang telah melewati masa jayanya.      

"Dia...atas dasar apa?" tanya Ao Li, masih tidak percaya.      

"Di Dunia ini, ada orang yang disebut sebagai petarung jenius sejati! Meskipun kita sudah berusaha sekuat yang kita bisa, kita tidak akan bisa mengunggulinya! Sekarang ini, intisari, energi dan juga jiwanya belum mencapai kesempurnaan. Ketika nanti sudah menjadi sempurna dan dia mendapatkan kekuatan kanuragan di tingkat Setengah-Maha Dewa maka dia mungkin benar-benar tidak bisa ditandingi lagi!" Suara leluhur tua terdengar putus asa.      

Ada begitu banyak perasaan yang terkandung di dalamnya.      

Mendengar penilai leluhur tua pada Ye Yuan, Ao Li tentu menjadi begitu syok.      

Meskipun kita sudah berusaha sekuat yang kita bisa, kita tidak akan bisa mengunggulinya.     

"Hm...kembalilah! bilang padanya, kalau aku akan mengirimnya kembali!"     

Si leluhur ini berkata sambil menghela nafas panjang.      

Ao Li masih merasa begitu kecewa. Dia bahkan bingung untuk memutar badan balik. Sulit bagi seseorang yang kuat seperti dirinya mendengar sebuah penilaian seorang leluhur tua setinggi itu pada Ye Yuan. Akan tetapi, dia pun tidak bisa membantah.      

Ye Yuan memang jauh lebih muda darinya dan dia sudah sehebat itu. Ini faktanya.      

Apakah masih ada hal lain yang lebih meyakinkan dari ini?     

Setelah Ao Li pergi, terdengar suara seorang perempuan dari dalam gua.      

"Sekarang, apakah kau menyesali apa yang kau lakukan dulu?"     

"Iya! Aku tidak menyangka kalau....aku salah menilai!"      

Perempuan ini tidak menyangka kalau leluhur tua akan dengan begitu mudahnya menerima tuduhannya. Dia langsung terdiam.      

Setelah beberapa saat, si leluhur tua melanjutkan kalimatnya.      

"Dia berinkarnasi di tubuh baru dan sepertinya banyak menderita di luar sana. Mungkinkah...kau tidak ingin melihatnya?"      

"Apapun yang terjadi, dia sudah tumbuh dewasa sekarang. Nantinya, kau pun tidak akan bisa menandinginya kan? Untuk apa aku harus melihatnya?"     

Si leluhur tua menghela napas dalam.      

"Hmm..sungguh takdir yang kejam!"      

....     

Sepanjang malam, perasaan Ye Yuan tak karuan. Biasanya,ketika dia tidak melakukan apa pun, dia akan dengan muda untuk bermeditasi. Namun hari ini, sulit baginya untuk melakukan hal ini.      

Hingga tengah malam berlalu, dia baru bisa memejamkan matanya.      

Kali ini, jiwa dewanya berubah menjadi naga azure dan keluar dari dalam tubuhnya. Jiwa ini pergi ke sana-kemari sebelum akhirnya bergerak menuju Gua di mana Ao Li menemui si leluhur tua.      

Begitu Ye Yuan sampai di luar gua, dia menemukan kalau gua ini memancarkan aura energi yang amat kuat.      

Dia mengitari gua cukup lama sebelum pada akhirnya kembali lagi ke dalam tubuhnya menjelang subuh.      

"Kakak Yuan! Kakak Yuan! Apakah kau baik-baik saja?"     

Ye Yuan bergegas bangun begitu dia mendengar suara Li. Tubuhnya sudah basah kuyup karena keringat.      

"Aku...apakah aku sedang bermimpi? Bukan, tunggu! Ini bukan mimpi! Gua itu terlihat aneh!" Ye Yuan bergumam pada dirinya sendiri.      

Li terlihat bingung.      

"Gua apa? Kakak Yuan, apa yang sedang kau bicarakan?"     

Ye Yuan menarik Li dan langsung pergi ke luar. Simbol berjalan dia berbicara, "Ayo, pergi denganku. Kita dari gua itu!"      

Kedua orang ini memanggil Cahaya Putih. Begitu ketiganya hendak melangkah keluar, Ao Li menghadangnya.      

Kalian mau pergi ke mana?" tanya Ao Li dengan ekspresi wajah garang.      

Ye Yuan membalasnya dengan sikap tidak sopan.      

"Bukan urusanmu, minggir!"      

Ao Li tahu kalau Ye Yan tidak mungkin takut dan dikendalikan.      

"Leluhur Tua sudah mengizinkan kamu untuk kembali. Jadi, sangat tidak baik kalau berlaku seperti ini, kan?"     

"Alam Dewa Binatang Buas ini sepertinya memiliki sebuah hubungan denganku. Kalian semua minggir! Aku hanya ingin menemukan di mana guanya dan tidak akan melukaimu!" Ye Yuan memaksa untuk menahan gejolak di hatinya.      

Begitu Ao Li mendengar kata gua, dia menebak Ye Yuan sepertinya tahu tentang sesuatu.      

Sebuah Gua yang membuat Ye Yuan merasa tidak biasa adalah tempat di mana si leluhur tua mengasingkan diri.      

"Lucu sekali! Apa hubungannya Alam Dewa Binatang Buas ini denganmu? Bukankah kau ini terlalu percaya diri?" Ao Li berbicara sambil tersenyum sinis.      

Bagaimana bisa seorang Ye Yuan datang untuk mengganggu pengasingan leluhur tua?      

Ye Yuan merasa begitu marah dan menjawab dengan suara beratnya.      

"Kalau kau masih tidak ingin menyingkir maka jangan salahkan aku kalau aku tidak sopan padamu!"      

Ao Li punikut marah.      

"Jangan harap kau bisa keluar sebelum melangkahi mayatku!"      

"Huh! Terpaksa aku harus menyerangmu, kalau begitu!"      

Ye Yuan tidak mengatakan apa pun. Dia mengangkat tangannya dan mengeluarkan jurus Telapak Tangan Naga Surga Melilit Penghancur. Dia sama sekali tidak menahan serangannya. Begitu jurus ini keluar, bumi dan langit langsung bergetar.      

Ao Li tampak tercengang, namun dia tidak bisa berbuat banyak kecuali ikut mengeluarkan serangan dari jurus yang sama.      

Hasilnya, tidak mengejutkan.      

Serangan tangan Ye Yuan berhasil. Dia pun langsung membawa Li dan Cahaya Putih bergegas menuju gua.      

Semua anggota klan terbangun karena jurus Telapak Tangan Naga Surga Melilit Penghancur Ye Yuan. Mereka langsung menuju ke tempat asal serangan namun ternyata Ye Yuan sudah menghilang.      

Kalau Pemimpin Ao Li saja tidak bisa menghentikannya, apalagi mereka?     

Ye Yuan mengikuti sensasi yang masih dia rasakan ketika jiwa dewanya keluar tadi malam dan tak lama kemudian menemukan lokasi gua. Dia tampak gelisah begitu berada di luar gua ini.      

"Ini dia gua-nya! Sama persis seperti yang ada di dalam mimpiku!" kata Ye Yuan.      

"Kakak Yuan, ada rahasia apa di dalam gua ini?" tanya Li, penasaran.      

Ye Yuan menggelengkan kepalanya.      

"Aku juga tidak tahu. Kita akan tahu kalau kita sudah ada di dalam."     

Selesai bicara, Ye Yuan langsung membawa Li dan Cahaya Putih masuk ke dalam, namun ekspresi wajahnya langsung berubah.      

Seseorang perlahan berjalan keluar dari dalam kegelapan, perlahan tampak jelas. Seorang lelaki tua dengan rambut dan jenggot memutih.      

Gelombang energi yang keluar dari tubuhnya membuat jantung Ye Yuan berdetak tak karuan.      

Lelaki tua itu bukan sosok sembarangan!      

"Bukankah Maha Dewa setuju untuk mengirimmu kembali? Kenapa kau masih tak sabaran?" lelaki tua berbicara dengan nada tidak suka.      

Ye Yuan terguncang mendengar suaranya.      

"Maha Dewa? Kau...kau adalah petarung Maha Dewa!" Cahaya Putih berteriak saking terkejutnya.      

Si lelaki tua tertawa mencemooh.      

"Haha, petarung Maha Dewa? Aku sudah lama sekali mendengarnya. Sekarang...aku merasa sebagai petarung Setengah-Maha Dewa!"      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.